Derajat Keasaman pH Kecerahan Arus

2.3.2 Suhu

Standar Nasional Indonesia SNI 7644-2010, menyatakan bahwa suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan bahang panas yang terkandung dalam air laut. Berdasarkan suhunya, kebanyakan hewan berdarah dingin adalah dorman. Ketika suhu naik, metabolisme meningkat dan aktivitas memakan distimulasi. Jika suhu terus meningkat, ketahanan abalon akan dengan cepat mencapai batas alaminya sehingga pertumbuhan akan berhenti hingga menyebabkan kematian pada abalon Fallu 1991. Menurut Setyono 2010 parameter kualitas suhu yang baik untuk pemeliharaan abalon tropis bervariasi dari 27,5 sampai 28,5 C.

2.3.3 Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen

Oksigen terlarut adalah jumlah milligram oksigen yang terlarut dalam 1 liter air laut SNI 7644-2010. Abalon menyukai daerah yang memiliki aliran arus yang kuat, karena air daerah ini mengandung konsentrasi oksigen terlarut yang tinggi Fallu 1991. Semua jenis abalon menyukai perairan dengan kandungan oksigen terlarut yang tinggi. Setyono 2010 menyatakan kadar oksigen terlarut yang cocok dalam pemeliharaan abalon adalah lebih dari 5 mgl.

2.3.4 Derajat Keasaman pH

pH atau disebut juga derajat keasaman. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH berkisar 7 sampai 8,5 Effendi 2003. pH yang cocok untuk pemeliharaan abalon menurut Setyono 2010 berkisar antara 7,5 sampai 8,5.

2.3.5 Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran transparansi laut yang menunjukkan tingkat penetrasi cahaya yang dapat menembus laut tersebut SNI 7644-2010. Kecerahan perairan ini berpengaruh terhadap ketersediaan bahan pakan abalon berupa mikro- alga dan makro-alga, karena biasanya abalon hidup disekitar sumber makanannya. Menurut Tahang, et al 2006 tingkat kecerahan yang sesuai untuk budidaya abalon tropis berkisar 10 m.

2.3.6 Arus

Menurut Wibisono 2005 arus adalah gerakan massa air laut kearah horizontal dalam skala besar. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah tiupan angin musim dan pasang surut. Arus berperan dalam transportasi oksigen dan unsur hara di perairan. Abalon menyukai tipe perairan yang berarus. Daerah yang berombak dan berarus akan memberikan masukan oksigen kedalam perairan. Kecepatan arus yang ideal untuk budidaya abalon berkisar antara 0.2 sampai 0.5 mdetik Tahang et al. 2006. Terbentuknya arus dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti angin dan pasang surut. Angin merupakan salah satu faktor penentu kecepatan arus di permukaan. Indonesia memiliki pola angin yang dipengaruhi oleh musim angin musim. Nontji 2005 menyatakan bahwa pembagian angin musin di Indonesia meliputi : angin Musim Barat Desember – Februari, Musim Timur Juni – Agustus dan Musim Peralihan antara keduanya : I Maret – Mei, II September – November. Angin musim barat terjadi ketika angin berhembus dari Asia menuju Australia sedangkan Angin Musim Timur sebaliknya. Pada musim peralihan arah angin sudah tidak menentu. Kekuatan angin rata-rata di Indonesia berkisar dari 2,5 sampai 3,5 ms Nontji 2005. Pasang surut adalah salah satu fenomena alam yang terjadi di laut berupa pergerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik antara Bumi dengan benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan Wibisono 2005. Pasang surut juga memperkaya pemasukan oksigen di air. Berdasarkan pola naik- turunnya muka laut, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu : pasut harian tunggal diurnal tide, harian ganda semidiurnal tide, harian campuran dominan ganda, dan harian campuran tunggal. Jenis pasut harian dominan ganda, artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, hal ini terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur Nontji 2005. Pasang dan surut berpengaruh terhadap keberadaan abalon, karena saat pergerakan pasang dan surut terjadi pemasukan oksigen ke perairan. Berdasarkan pustaka abalon menyukai daerah dengan kandungan oksigen terlarut yang tinggi.

2.3.7 Kedalaman