10.20 Fluktuasi Harga Komoditas Pangan Dan Dampaknya Terhadap Inflasi Di Provinsi Banten
2007. Badan Pusat Statistik mengelompokkan barang dan jasa menjadi tujuh kelompok, yaitu:
1. Kelompok Bahan Makan, meliputi sub kelompok: padi-padian, umbi-
umbian dan hasilnya, daging dan hasilnya, ikan segar, ikan diawetkan, telur, susu dan hasil-hasilnya, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,
bumbu-bumbuan, lemak dan minyak, serta bahan makanan lainnya. 2.
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau, meliputi sub kelompok: makanan jadi, minuman yang tidak beralkohol, serta tembakau
dan minuman beralkohol. 3.
Kelompok Perumahan, meliputi sub kelompok: biaya tempat tinggal, bahan bakar,
penerangan dan
air, perlengkapan
rumah tangga,
serta penyelenggaraan rumah tangga.
4. Kelompok Sandang, meliputi sub kelompok: sandang laki-laki, sandang
wanita, sandang anak-anak, serta barang pribadi dan sandang lain. 5.
Kelompok Kesehatan, meliputi sub kelompok: jasa kesehatan, obat-obatan, jasa perawatan jasmani, serta perawatan jasmani dan kosmetika.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga, meliputi sub kelompok:
pendidikan, pelatihan, perlengkapan pendidikan, rekreasi, serta olahraga. 7.
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan, meliputi sub kelompok: transportasi, komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang
transportasi, serta jasa keuangan. Oleh karena itu, Indeks Harga Konsumen IHK dapat dihitung per
komoditas, sub kelompok komoditas, maupun gabungan seluruh komoditas. Komoditas yang menjadi objek penelitian ini yaitu beras, jagung, cabai merah
keriting, bawang merah, daging sapi murni, daging ayam ras dan telur ayam ras termasuk dalam kelompok bahan makanan. Penyebab timbulnya inflasi ada
beberapa macam. Mankiw 2000, membedakan inflasi menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1. Inflasi tarikan permintaan demand pull inflation, yaitu inflasi terjadi
karena adanya peningkatan agregat permintaan barang dan jasa, sehingga akan menggeser kurva agregat demand ke kanan. Peningkatan permintaan
tersebut tidak bisa diimbangi oleh produsen untuk meningkatkan penawaran
atau kurva agregat supply tetap. Hal tersebut dikarenakan tenaga kerja dalam keadaan full employment atau hampir full employment. Akibatnya, titik
keseimbangan yang mencerminkan tingkat harga dan jumlah barang akan bergeser ke kanan mengikuti pergerseran kurva agregat demand dan
membentuk keseimbangan baru. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan berdampak pada terjadinya inflasi. Ilustrasi mengenai inflasi tarikan
permintaan ditampilkan pada Gambar 2.1. Tingkat Harga
AS
E
2
P
2
P
1
E
1
AD
2
AD
1
Y1 Y2
Jumlah
Sumber: Mankiw, 2000
Gambar 2.1 Ilustrasi inflasi tarikan permintaan demand pull inflation 2.
Inflasi desakan biaya cost push inflation, yaitu inflasi terjadi karena penurunan agregat penawaran yang diakibatkan oleh naiknya biaya
produksi. Naiknya biaya produksi mendorong produsen untuk menaikkan harga barang dan jasa atau mengurangi jumlah produksi barang dan jasa,
sehingga akan menggeser kurva agregat supply ke kiri. Terjadinya inflasi akibat desakan biaya akan berdampak lebih berbahaya daripada inflasi
akibat tarikan permintaan. Hal ini dikarenakan terjadinya inflasi akibat desakan biaya mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Ilustrasi
mengenai inflasi desakan biaya dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Tingkat Harga AS
2
AS
1
P
2
E
2
P
1
E
1
AD
Y
2
Y
1
Jumlah
Sumber: Mankiw, 2000
Gambar 2.2 Ilustrasi inflasi desakan biaya cost push inflation Inflasi dapat memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian. Ada beberapa masalah sosial yang muncul akibat inflasi yang tinggi yaitu menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi
pendapatan dan terganggunya stabilitas ekonomi Rahardja dan Manurung, 2008. Tingkat inflasi berpengaruh pada sebagian kelompok masyarakat yang
berpendapatan rendah. Masyarakat berpendapatan rendah akan mengalami penurunan daya beli uang yang dimiliki untuk membeli kebutuhan sehari-hari
Suparmono, 2004.