Perumusan Masalah Analisis willingness to pay dan alternatif strategi upaya pengembalian fungsi kawasan konservasi (studi kasus: Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok)

7

2.2 Taman Hutan Raya

Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami maupun bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu pengetahan dan pendidikan dan juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi Ditjen PHKA 2006. Kawasan yang ditunjuk dan ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya memiliki kriteria sebagai berikut: a. Memiliki ciri khas baik asli maupun buatan pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah. b. Memiliki keindahan alam atau gejala alam. c. Mempunyai luas yang cukup dan memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik dari jenis asli maupun bukan asli. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107KptsII2003 Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Pengelolaan Taman Hutan Raya Oleh Gubernur Atau BupatiWalikota, kawasan Taman Hutan Raya dikelola oleh pemerintah daerah dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Pengelolaan Taman Hutan Raya setidaknya harus memuat tujuan pengelolaan yang menunjang upaya perlingdungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk upaya pengawetan kawasan Taman Hutan Raya adalah: 1. Perlindungan dan pengamanan. 2. Inventarisasi potensi kawasan. 3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan. 4. Pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan satwa yang bertujuan untuk koleksi. Di Indonesia, terdapat kurang lebih 22 lokasi Tahura yang tersebar di berbagai daerah. Fungsi Tahura sendiri adalah sebagai „etalase‟ keanekaragaman hayati dan sebagai tempat penyelamatan jenis tumbuhan tertentu yang mulai langka. Namun, berbeda dengan Kebun Raya yang bisa negoleksi tumbuhan dari 8 berbagai daerah, koleksi tanaman di Tahura 80 harus merupakan tanaman lokal, dan sisanya boleh ditanami oleh tanaman dari daerah lain. 1 .

2.3 Konsep Dasar Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sumberdaya alam dan lingkungan SDAL merupakan faktor yang penting dalam kegiatan pembangunan dan perekonomian. Sumberdaya alam dan lignkungan memiliki nilai guna yang sangat banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat dari SDAL secara langsung adalah menghasilkan barang yang dapat dikonsumsi secara langsung, seperti kayu dari hasil pemanfaatan hutan, ikan dari sektor kelautan, serta bahan mineral dari tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dan bahan bakar. Sedangkan, pemanfaatan SDAl secara tidak langsung adalah berupa jasa lingkungan yang berasal dari fungsi ekologis suatu ekosistem, contohnya hutan sebagai habitat flora dan fauna, pencegah banjir dan tanah longsor, serta penyerap karbon. Menurut Fauzi 2004, secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut dengan willingness to pay, yaitu kesediaan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis suatu sumberdaya dalam ekosistem dapat diukur berdasarkan nilai moneter dari barang dan jasa tersebut. Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2004 menyatakan bahwa pengukuran WTP yang reasonable harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. WTP tidak memiliki batas bawah negatif. 2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan. 3. Ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan perhitungan 1 http:alamendah.org20110401taman-hutan-raya-di-indonesia. Diakses pada 05 Juli 2014