Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

8 berbagai daerah, koleksi tanaman di Tahura 80 harus merupakan tanaman lokal, dan sisanya boleh ditanami oleh tanaman dari daerah lain. 1 .

2.3 Konsep Dasar Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sumberdaya alam dan lingkungan SDAL merupakan faktor yang penting dalam kegiatan pembangunan dan perekonomian. Sumberdaya alam dan lignkungan memiliki nilai guna yang sangat banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat dari SDAL secara langsung adalah menghasilkan barang yang dapat dikonsumsi secara langsung, seperti kayu dari hasil pemanfaatan hutan, ikan dari sektor kelautan, serta bahan mineral dari tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dan bahan bakar. Sedangkan, pemanfaatan SDAl secara tidak langsung adalah berupa jasa lingkungan yang berasal dari fungsi ekologis suatu ekosistem, contohnya hutan sebagai habitat flora dan fauna, pencegah banjir dan tanah longsor, serta penyerap karbon. Menurut Fauzi 2004, secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut dengan willingness to pay, yaitu kesediaan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis suatu sumberdaya dalam ekosistem dapat diukur berdasarkan nilai moneter dari barang dan jasa tersebut. Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2004 menyatakan bahwa pengukuran WTP yang reasonable harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. WTP tidak memiliki batas bawah negatif. 2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan. 3. Ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan perhitungan 1 http:alamendah.org20110401taman-hutan-raya-di-indonesia. Diakses pada 05 Juli 2014 9

2.4 Contingent Valuation Method

Contingent Valuation Method CVM merupakan metode yang digunakan untuk mengukur nilai non-pemanfaatan dari suatu sumberdaya alam. Pendekatan ini disebut contingent tergantung karena informasi yang diperoleh sangat bergantung pada hipotesis yang dibangun Fauzi 2004. Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar nilai WTP dari masyarakat untuk perbaikan kualitas lingkungan dan mengetahui keinginan menerima nilai WTA ganti rugi atas kerusakan lingkungan akibat dari pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Meskipun CVM dianggap sebagai pendekatan yang cukup baik untuk menilai WTP, ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan CVM. Kelemahan yang sering terjadi pada pendekatan ini adalah timbulnya bias. Penyebab utama terjadinya bias adalah strategi yang keliru dan adanya design bias. Selain itu, Carson et al 2001 dalam Fauzi 2004 bahwa realibilitas pengukuran CVM membutuhkan desain yang sangat cermat untuk menghindari fenomena warm glow atau fenomena dimana responden ingin menyenangkan pewawancara dengan memberikan jawaban setuju Becker 1974.

2.5 Analytical Hierarchy Process

Menurut Saaty 1991 dalam Dwipa 2013, analytical hierarchy process adalah bentuk pengorganisasian informasi dan berbagai keputusan secara rasional agar dapat memili alternatif yang lebih disukai.Tahapan-tahapan dalam AHP meliputi: 1. Menentukan masalah dan solusi yang diinginkan 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan