Latar Belakang Analisis willingness to pay dan alternatif strategi upaya pengembalian fungsi kawasan konservasi (studi kasus: Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok)

5 3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pelestarian kawasan Tahura Pancoran Mas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya adalah: 1. Wilayah penelitian ini adalah kawasan Tahura Pancoran Mas, Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok. 2. Obyek penelitian ini adalah masyarakat yang tempat tinggalnya di sekitar wilayah Tahura Pancoran Mas. 3. Nilai willingness to pay yang diukur hanya dari penyediaan jasa lingkungan dari Tahura Pancoran Mas. 6 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Konservasi

Kawasan konservasi, menurut hasil rumusan IV World Congress on National Park and Protected Areas tahun 1994, adalah suatu area lahan dan atau laut yang secara khusus ditujukan untuk melindungi dan menjaga keanekaragman biologi, dan sumberdaya alam serta kebudayaan yang berhubungan yang pengelolaannya berdasarkan hukum dan cara efektif lainnya.Ukuran kawasan konservasi sebaiknya mencerminkan luas dari lahan atau perairan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan atau menurut MacKinnon et al 1993, target ukuran kawasan konservasi yang realistis adalah 10 dari luasan total suatu pulau.Pengelolaan kawasan konservasi memiliki tujuan utama untuk riset ilmiah, perlindungan terhadap kehidupan liar, pengawetan spesies dan keanekaraman genetik, pemeliharaan untuk jasa lingkungan, perlindungan keistimewaan alami khusus dan kebudayaan, pariwisata dan rekreasi, pendidikan, pemanfaatan berkelanjutan terhadap sumber-sumber ekosistem alami, serta menjaga kebudayaan dan atribut-atribut adat yang ada. Berdasarkan tujuan-tujuan pengelolaan tersebut, IUCN membagi kawasan konservasi dalam enam kategori pengelolaan, yaitu: 1. Strict Nature ReservesWilderness Area Cagar AlamCagar Ilmiah 2. National Park Taman Nasional 3. Natural Monument Monumen Alam 4. HabitatSpecies Management Area Suaka Margasatwa 5. Protected LandscapeSeascape 6. Managed Resource Protected Area Kawasan Sumberdaya yang dikelola Kategori kawasan dapat ditentukan berdasarkan tujuan utama dari pengelolaan kawasan tersebut, namun dalam melakukan perencanaan pengelolaan, umumnya terdapat zonasi pengelolaan untuk berbagai tujuan lokal yang ada di sekitar kawasan. Dalam menentukan kategori yang sesuai, sekurang-kurangnya 75 dari kawasan tersebut dikelola untuk tujuan utama dan area yang tersisa dimanfaatkan untuk tujuan khusus yang tidak boleh mengandung konflik. 7

2.2 Taman Hutan Raya

Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami maupun bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu pengetahan dan pendidikan dan juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi Ditjen PHKA 2006. Kawasan yang ditunjuk dan ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya memiliki kriteria sebagai berikut: a. Memiliki ciri khas baik asli maupun buatan pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah. b. Memiliki keindahan alam atau gejala alam. c. Mempunyai luas yang cukup dan memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik dari jenis asli maupun bukan asli. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107KptsII2003 Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Pengelolaan Taman Hutan Raya Oleh Gubernur Atau BupatiWalikota, kawasan Taman Hutan Raya dikelola oleh pemerintah daerah dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Pengelolaan Taman Hutan Raya setidaknya harus memuat tujuan pengelolaan yang menunjang upaya perlingdungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk upaya pengawetan kawasan Taman Hutan Raya adalah: 1. Perlindungan dan pengamanan. 2. Inventarisasi potensi kawasan. 3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan. 4. Pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan satwa yang bertujuan untuk koleksi. Di Indonesia, terdapat kurang lebih 22 lokasi Tahura yang tersebar di berbagai daerah. Fungsi Tahura sendiri adalah sebagai „etalase‟ keanekaragaman hayati dan sebagai tempat penyelamatan jenis tumbuhan tertentu yang mulai langka. Namun, berbeda dengan Kebun Raya yang bisa negoleksi tumbuhan dari