15
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang akan dipakai dalam penelitian ini. Teori-teori ini merupakan landasan untuk
menjawab tujuan penelitian.
3.1.1 Analisis Willingness to Pay
Pendekatan CVM memiliki lima tahap kegiatan atau proses, sebagai berikut :
1. Membuat pasar hipotetik Pasar hipotetik diperlukan karena tidak adanya pasar bagi jasa lingkungan
yang secara tepat menggambarkan kondisi riilnya. 2. Menentukan besarnya penawaran nilai lelang
Besarnya penawaran dapat ditentukan dengan beberapa teknik, seperti: a.
Bidding game, teknik ini merupakan metode tawar menawar dimana responden ditawarkan harga yang semakin meningkat sampai nilai
maksimum yang mampu dibayarkan. b.
Open-ended question, yaitu metode pertanyaan terbuka dimana setiap responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa adanya
nilai awal yang disarankan kepada mereka. c.
Close-ended question, serupa dengan open-ended question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup
d. Payment card, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan kepada
responden nilai WTP yang akan mereka bayarkan melalui kisaran nilai yang dipresentasikan dengan kartu.
e. Referendum, responden diberikan suatu nilai melalui sebuah alat
pembayaran, kemudian diberikan pertanyaan setuju atau tidak. 3. Memperkirakan rataan dan nilai tengah dari WTP.
4. Memperkirakan kurva penawaran kurva lelang. Ada dua cara dalam pembuatan kurva penawaran, yaitu:
a. Menggunakan nilai WTP sebagai 15ariable dependen dan 15ariab-
faktor yang mempengaruhinya sebagai 15ariable independen
16 W
i
= f I, E, A, Q .................................................................1
b. Menggunakan jumlah kumulatif dari responden yang menjawab suatu
nilai WTP. 5. Menjumlahkan data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap nilai total populasi yang dimaksudkan.
3.1.2 Analytical Hierarchy Process
Analytical hierarchy process sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah karena beberapa alasan, yaitu :
1. Struktur yang berhirarki 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan. Analytical hierarchy process juga memiliki kelebihan dalam sistem
analisisnya, sebagai berikut : 1. Kesatuan, metode analisis ini membuat permasalahan yang luas menjadi
model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2. Kompleksitas, memecahkan masalah yang kompleks dengan melalui
pendekatan sistem dan integrasi deduktif. 3. Saling ketergantungan, AHP dapat digunakan pada elemen-elemen
bebas yang tidak perlu berkaitan secara linier. 4. Struktur hirarki, memiliki pemikiran ilmiah yang cenderung
mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level yang berisi elemen serupa.
5. Pengukuran, terdapat skala pengukuran dan metode untuk menentukan prioritas.
6. Konsistensi, mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis, mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
17 8. Trade off, mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem,
sehingga orang mampu memilih alternatif yang sesuai dengan tujuan mereka.
9. Penilaian dan konsensus, AHP menggabungkan penilaian yang berbeda. 10. Pengulangan proses, mampu mebuat orang menyaring definisi dari suatu
permasalahan dan mengembangkan penilaian mereka melalui proses pengulangan.
Di samping itu, AHP juga memiliki kelemahan yaitu 1 ketergantungan terhadap input utama, input utama pada AHP berupa persepsi ahli sehingga akan
melibatkan subyektifitas dari ahli tersebut dan 2 metode AHP hanya pengujian matematis, sehingga tidak ada batas kepercayaan dan kebenaran dari model yang
terbentuk.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Taman Hutan Raya Tahura Pancoran Mas memiliki banyak manfaat yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat di sekitar kawasan. Manfaat tersebut
dapat berupa nilai guna maupun nilai non guna. Tahura Pancoran Mas sebagai salah satu kawasan konservasi tentunya memiliki manfaat non guna yang lebih
banyak dibandingkan dengan nilai guna yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat, sehingga banyak dari masyarakat sekitar Tahura yang menganggap
Tahura bukanlah aset penting. Ketidaktahuan masyarakat akan nilai Tahura menyebabkan pengelolaan
dan pengawasan Tahura Pancoran Mas tidak optimal. Kawasan dengan luas ± 7 hektar hanya dirawat oleh dua orang pekerja dan tidak adanya pengawasan rutin
dari pemerintah membuat kondisi Tahura Pancoran Mas cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini persepsi masyarakat terhadap keberadaan
Tahura Pancoran Mas dikaji lebih lanjut untuk mengetahui besarnya biaya yang ingin dikeluarkan oleh masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembalian
fungsi Tahura Pancoran Mas dan strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi Tahura Pancoran Mas.
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura akan dikaji dengan menggunakan metode analisis deskriptif, kemudian besarnya nilai kesediaan
18 membayar masyarakat ditentukan dengan menggunakan Contingent Valuation
Method, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat menggunakan analisis regresi linear berganda, serta strategi apa yang dapat
dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pemerintah dalam
pengelolaan dan pengawasan Tahura Pancoran Mas. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, dibuat alur kerangka pemikiran seperti dalam Gambar 1 .
19
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Taman Hutan Raya
Pancoran Mas
Permasalahan
Pengelolaan yang kurang optimal dan tidak adanya
pengawasan Ketidaksadaran masyarakat
terhadap manfaat keberadaan Tahura
Keinginan untuk mengembalikan fungsi Tahura
Menganalisis persepsi masyarakat
terhadap Tahura Mengestimasi besaran
nilai WTP terhadap fungsi Tahura
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
WTP masyarakat
Analisis Deskriptif
Analisis WTP Analisis Regresi Linear
Berganda
Rekomendasi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Tahura
Strategi pengembalian
fungsi
AHP