Analisis Deskriptif Kualitatif Estimasi Nilai WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas

26 Dalam menentukan prioritas, diperlukan adanya pengujian konsistensi dari matriks alternatif, dimana nilai perbandingan yang dapat diterima dalam metode AHP adalah ≤ 0,1. Model hierarki yang digunakan dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas adalalah struktur hierarki dengan empat tingkatan, yaitu tingkatan faktor yang berpengaruh, tingkatan aktor yang beperan, tingkatan solusi yang ingin dicapai, dan tingkatan strategi alternatif yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi Tahura Pancoran Mas. Uraian tingkatan-tingkatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hierarki pertama, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan di Tahura Pancoran Mas. Faktor-faktor tersebut adalah: a Aspek sumberdaya alam dan ekosistem, berupa ekosistem dan keanekaragaman hayati,sistem penataan lahan, daya dukung lingkungan, dan DAS setempat. b Aspek kesesuaian lahan, yang meliputi penataan zona dalam kawasan Tahura Pancoran Mas. c Aspek sosial budaya, yaitu sikap masyarakat terhadap upaya pengembangan dan keberadaan Tahura Pancoran Mas. d Aspek ekonomi, potensi ekonomi masyarakat setempat yang berkaitan dengan kawasan Tahura. 2. Hierarki kedua, meliputi aktor-aktor yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan Tahura. Aktor-aktor tersebut adalah: a Badan Lingkungan Hidup BLH. Peran BLH adalah sebagai pengelola Tahura Pancoran Mas. b Pemerintah Kota Depok. Pemkot Depok merupakan aktor yang berperan dalam pembuatan kebijakan pembangunan di kota Depok yang berpengaruh pada pengelolaan Tahura. c Kementerian Kehutanan. Kemenhut merupakan salah satu aktor yang berperan dalam pembuatan aturan pengelolaan kawasan konservasi. d Masyarakat. Masyarakat merupakan aktor yang berperan sangat besar pada penurunan fungsi Tahura Pancoran Mas. Aktivitas 27 masyarakat yang tidak sesuai dengan fungsi Tahura menyebabkan kerusakan pada Tahura Pancoran Mas. 3. Hierarki ketiga, yaitu solusi yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, ada beberapa solusi yang ingin dicapai dari upaya pengembalian fungsi Tahura, yaitu: a Rehabilitasi ruang terbuka hijau. Kerusakan Tahura menyebabkan berkurangnya area ruang terbuka hijau yang berpengaruh pada kualitas udara di kawasan tersebut. b Optimalisasi daerah resapan air. Berkurangnya daerah resapan air dapat menyebabkan berbagai bencana alam, salah satunya adalah banjir. Oleh karena itu, dengan adanya daerah resapan air yang cukup dapat mencegah terjadinya banjir sehingga masyarakat terhindar dari kerugian akibat banjir. c Pengembangan wisata. Tahura Pancoran Mas memiliki potensi wisata yang dapat dikemas dalam bentuk paket wisata pendidikan pengenalan lingkungan ekosistem dan iklim global yang bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan di lingkup kota Depok. 4. Hierarki keempat, yaitu alternatif strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya pengembalian fungsi Tahura. Strategi-strategi tersebut adalah sebagai berikut: a Pemantapan kawasan, strategi ini dapat dilakukan dengan cara pemasangan pagar keliling untuk menghindari akses masyarakat yang tidak sejalan dengan pengelolaan kawasan, serta dapat juga dilakukan dengan penataan blok yang lebih jelas pada kawasan Tahura Pancoran Mas. b Pengelolaan potensi sumberdaya alam, alternatif ini meliputi inventarisasi sumberdaya alam, pemeliharaan, pengawetan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam. c Perlindungan dan pengawasan kawasan, meliputi pengadaan sarana dan prasarana serta pembangunan jalan patroli, serta penyuluhan kepada masyarakat sekitar. 28 d Peningkatan pelayanan pengunjung, dapat dilakukan dengan pembangunan sarana dan prasarana serta penyebaran informasi dan promosi melalui media massa. e Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan, dapat dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan daerah penyangga dan peningkatan peran serta masyarakat. f Penguatan kelembagaan, alternatif ini dilakukan dengan mengembangkan kerja sama atau kolaborasi pengelolaan kawasandan peningkatan koordinasi dan integrasi. g Pengembangan investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan, alternatif ini memungkinkan adanya pemberian izin usaha pariwisata alam.