WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas
44 Persamaan regresi yang dihasilkan dari hasil uji model persamaan pada
penelitian ini adalah:
WTP = -11403,66 + 154,1467 X
1
– 2788,150 DX
2
+ 0,006557 X
3
– 159,8093 X
4
+ 120,6453 X
5
– 322,9464 X
6
+ 7895,446 DX
7
+ 599,1213 DX
8
+ 542,5334 DX
9
Keterangan: WTP
: Nilai WTP Responden Rpbulan X
1
:
Usia tahun DX
2
: Jenis kelamin 1 = laki-laki ; 0 = perempuan X
3
: Pendapatan Rpbulan X
4
: Lama tinggal tahun X
5
: Pendidikan tahun X
6
: Jumlah tanggungan keluarga orang DX
7
: Status kepemilikan tempat tinggal 1 = milik sendiri ; 0 = sewakontrak DX
8
: Kenyamanan 1 = nyaman ; 0 = tidak nyaman DX
9
: Keindahan 1 = indah ; 0 = tidak indah Model pada penelitian ini memiliki nilai R-square sebesar 62,89 ,
artinya keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model sebesar 62,89 dan 37,11 lainnya dijelaskan oleh variabel di luar
model . Hasil uji F pada penelitian ini diperoleh nilai F
hitung
= 5,650570 dengan nilai probabilitas 0,000143
α = 0,15 sehingga dapat dikatakan model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata
15 atau α = 0,15
1. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap WTP
Hasil uji T menunjukkan nilai t
hitung
sebesar -1,599897 atau nilai probabilitas 0,1201
α = 0,15, artinya jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien -2788,150 dapat diinterpretasikan bahwa beda rata-rata nilai WTP antara
laki-laki dengan perempuan sebesar -2788,150 rupiah. Menurut teori ekonomi, variabel ini memiliki tanda parameter estimasi yang tidak sesuai. Hal ini
disebabkan pada saat survey lapang, keuangan rumah tangga yang diserahkan sepenuhnya kepada istri. Oleh karena itu, WTP yang dibayarkan laki-laki lebih
rendah dari perempuan.
45 2.
Pengaruh Usia Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar 0,992961 atau nilai probabilitas 0,3287
α = 0,15, artinya usia tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 154,1467 dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan usia
satu tahun maka WTP yang bersedia dibayarkan meningkat sebesar 154,1467 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana semakin bertambah usia
seseorang cenderung mempengaruhi pola pikir dan kepeduliannya terhadap lingkungan.
3. Pengaruh Pendapatan Terhadap WTP
Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar 4,883136 atau nilai probabilitas sebesar 0,0000
α = 0,15, artinya pendapatan berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 0,006557 dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan
pendapatan sebesar satu rupiah akan menaikkan WTP sebesar 0,006557 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana semakin bertambahnya pendapatan, maka
akan menaikkan nilai WTP yang ingin dibayarkan 4.
Pengaruh Pendidikan Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar 0,408219 atau nilai probabilitas sebesar 0,6860
α = 0,15, artinya pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 120,6453 dapat diinterpretasikan bahwa setiap
tingkat pendidikan naik satu tahun akan menaikkan WTP sebesar 120,6453 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka pola pikirnya terhadap lingkungan yang lebih baik. 5.
Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar -0,327893 atau nilai probabilitas 0,7453
α = 0,15, artinya jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar -322,9464 dapat diinterpretasikan bahwa
apabila jumlah tanggungan keluarga bertambah satu orang, maka WTP yang bersedia dibayarkan akan berkurang sebesar 322,9464 rupiah. Hal ini sesuai
dengan hipotesis, di mana semakin banyak jumlah tanggungan keluarga seseorang, semakin sedikit nilai WTP yang bersedia dibayarkan.
46 6.
Pengaruh Status Kepemilikan Tempat Tinggal Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar 1,788937 atau nilai probabilitas 0,0837
α = 0,15, artinya status kepemilikan tempat tinggal berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 7895,446 dapat diinterpretasikan bahwa
beda rata-rata WTP antara orang yang status tempat tinggalnya milik sendiri dengan orang yang status tempat tinggalnya sewakontrak adalah sebesar
7895,446 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana responden dengan status tempat tinggal milik sendiri lebih peduli dengan kondisi lingkungan
sekitarnya. 7.
Pengaruh Lama Tinggal Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar -1,646835 atau nilai probabilitas sebesar 0,1100
α =0,15, artinya lama tinggal berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar -159,8093 dapat diinterpretasikan bahwa apabila lama
tinggal bertambah satu tahun akan menurunkan nilai WTP sebesar 159,8093 rupiah. Menurut teori ekonomi, tanda parameter estimasi variabel ini tidak sesuai.
Hal ini disebabkan oleh hasil survey lapang, di mana responden yang tinggal lebih lama di sekitar Tahura Pancoran Mas tidak merasa bertanggung jawab terhadap
kerusakan Tahura Pancoran Mas. 8.
Pengaruh Kenyamanan Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar 0,235632 atau nilai probabilitas sebesar 0,8153 0,15, artinya kenyamanan tidak berpengaruh nyata terhadap
WTP. Nilai koefisien sebesar 599,1213 dapat diinterpretasikan bahwa beda rata- rata nilai WTP antara masyarakat yang merasa lingkungannya nyaman dengan
yang menganggap lingkungannya tidak nyaman adalah sebesar 599,1213. Tanda parameter estimasi pada variabel ini sudah sesuai dengan teori ekonomi, di mana
masyarakat yang menganggap lingkungannya nyaman akan membayar lebih tinggi dibanding yang merasa lingkungannya tidak nyaman.
9. Pengaruh Keindahan Terhadap WTP
Hasil uji t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar 0,254586 atau nilai probabilitas sebesar 0,8008 0,15, artinya keindahan tidak berpengaruh nyata terhadap WTP.
Nilai koefisien sebesar 542,5334 dapat diinterpretasikan bahwa beda rata-rata nilai WTP antara masyarakat yang menganggap lingkungannya indah dengan
47 yang menganggap lingkungannya tidak indah adalah sebesar 542,5334. Tanda
parameter estimasi pada variabel ini sesuai dengan teori ekonomi di mana masyarakat yang menganggap lingkungannya indah akan membayar lebih tinggi
dibandingkan dengan yang menganggap lingkungannya tidak indah. Pengujian ekonometrika juga dilakukan terhadap model dengan
menggunakan uji asumsi klasik. Pada penelitian ini, model sudah memenuhi kriteria uji asumsi klasik. Adapun hasil dari masing-masing uji tersebut adalah
sebagai berikut : 1.
Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance
Inflation Factor VIF. Tabel hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 13 menunjukkan bahwa semua variabel bebas pada model memiliki nilai VIF 10
sehingga dapat dinyatakan model bebas dari masalah multikolinearitas. 2.
Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi pada model dapat dilakukan dengan melihat nilai
Durbin-Watson pada tabel 13 yaitu 1,96. Firdaus 2004 menyatakan bahwa jika nilai Durbin-Watson berada pada selang antara 1,55
– 2,46 maka tidak terjadi pelanggaran autokorelasi pada model.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas pada model dilakukan dengan uji White, yang dapat dilihat pada tabel 14. Nilai p-value yang dihasilkan pada tabel 13 adalah
0,6175 α = 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa model memenuhi asumsi
homoskedastisitas. Tabel 14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic
1.531328 Prob. F9,30
0.1823 ObsR-squared
12.59144 Prob. Chi-
Square9 0.1820
Scaled explained SS 7.188293
Prob. Chi- Square9
0.6175