Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Petani .

61 pula. Biaya rata-rata untuk penyusutan peralatan per satu musim tanam wortel, untuk petani wortel mitra sebesar Rp 10.781 dan petani wortel non mitra sebesar Rp 12.032. Biaya penyusutan peralatan petani wortel mitra lebih kecil dari petani wortel non mitra. Perbedaan persentase alokasi biaya penyusutan peralatan antara petani wortel mitra dengan petani wortel non mitra tidak jauh berbeda. Persentase alokasi biaya penyusutan peralatan terhadap biaya non tunai petani wortel mitra sebesar 7,99 persen dan petani wortel non mitra sebesar 9,48 persen.

6.4.2.2.2. Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK

Biaya tenaga kerja dalam keluarga termasuk ke dalam komponen biaya non tunai. Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja pada dua kelompok petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga lebih besar dibanding tenaga kerja dalam keluarga. Jumlah biaya TKDK petani wortel mitra sebesar Rp 124.219 dan petani wortel non mitra sebesar Rp 114.843,8. Perbedaan jumlah biaya tenaga keja dalam keluarga antara kedua kelompok tani relatif kecil. Hal tersebut karena jumlah keluarga petani wortel mitra umumnya sebanding dengan petani wortel non mitra, sehingga penggunaan TKDK pada dua kelompok petani wortel dapat dikatakan sama. Persentase alokasi biaya TKDK terhadap biaya non tunai petani wortel mitra sebesar 92,01 persen dan petani wortel non mitra sebesar 90,52 persen. Alokasi biaya TKDK pada petani wortel mitra dan non mitra merupakan persentase terbesar terhadap biaya non tunai. Jumlah persentase biaya TKDK petani wortel sangat signifikan dibanding komponen biaya lainnya terhadap biaya non tunai. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran anggota keluarga dalam usahatani wortel. Jumlah TKDK yang digunakan dapat berperan pula dalam besarnya pendapatan tunai yang diterima petani.

6.4.3. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Petani .

Wortel Mitra dengan Petani Wortel Non Mitra Berdasarkan analisis usahatani yang telah dilakukan diperoleh komponen penerimaan, biaya-biaya, pendapatan serta rasio RC. Nilai pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan 62 petani. Pendapatan rata-rata usahatani wortel per satu musim tanam yang dihitung adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan total diperoleh dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total. Perbandingan pendapatan rata-rata dan RC petani wortel dengan petani wortel dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 . Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Petani Wortel Mitra dan Non Mitra pada Satu Musim Tanam dalam Luasan Lahan 331 m 2 No Uraian Mitra Non Mitra Jumlah Harga Rp Nilai Rp Jumlah Harga Rp Nilai Rp A Penerimaan 761,9 Kg 2.000 1.523.750 728,75 Kg 1.500 1.093.125 B B.Tunai: 1. Sewa Lahan 331 m 2 600 198.750 331 m 2 600 198.750 2. Saprotan:  Benih 0,29 Kg 250.000 74.531 0,29 Kg 250.000 74.531  Pupuk Pupuk Kandang 50,85 Kg 330 16.780 50,85 Kg 330 16.780 TSP 3,31 Kg 2.500 8.281 3,31 Kg 2.500 8.281 ZA 0,43 Kg 1.500 646 0,43 Kg 1.500 646 KCL 3,01 Kg 3.000 9.043 3,01 Kg 3.000 9.043 Urea 6,92 Kg 1.600 11.077 6,92 Kg 1.600 11.077 Total 45.827 45.827  Obat-obatan 39.750 39.750 3. TKLK 49,69 Jam 2.700 134.156 45,94 Jam 2.700 124.031 Total B Tunai 538.841 482.899 C B. Non Tunai: 1. Penyusutan 10.781 12.031 2. TKDK 49,69 Jam 2.500 124.218 45,94 Jam 2.500 114.843 Total B. N Tunai 135.000 126.875 D Total Biaya B+C 673.841 612.733 E PAB Tunai A-B 984.909 610.235 F PAB Total A-D 849.909 480.391 G RC Atas B Tunai 2,83 2,26 H RC Atas B Total 2,26 1,78 Berdasarkan Tabel 11 perolehan penerimaan rata-rata petani wortel mitra per satu musim tanam adalah sebesar Rp 1.523.750 dan petani wortel non mitra sebesar Rp 1.093.125. Dengan mengurangi penerimaan tersebut dengan biaya tunai dari masing-masing kelompok petani maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai kelompok petani wortel mitra sebesar Rp 984.909 dan petani wortel non mitra sebesar Rp 610.235. Pendapatan atas biaya total adalah petani wortel mitra Rp 849.909 dan petani wortel non mitra Rp 480.391. Pada dasarnya usahatani wortel mitra maupun non mitra sama-sama mendatangkan keuntungan bagi petani, namun bila dilakukan perbandingan, terlihat bahwa pendapatan tunai dan 63 non tunai petani wortel mitra lebih besar dibandingkan dengan petani wortel non mitra, sehingga dapat diketahui bahwa usahatani wortel mitra dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar. Oleh karena itu, kemitraan wortel dapat dikatakan mampu memberikan manfaat pendapatan kepada petani. Berdasarkan perolehan nilai penerimaan dan nilai biaya dapat diketahui nilai rasio RC kedua kelompok petani responden. Perhitungan analisis RC yaitu pendapatan dibagi biaya. Rasio tersebut diperoleh dengan cara membagi penerimaan total dengan biaya tunai untuk memperoleh rasio RC atas biaya tunai dan biaya total untuk memperoleh rasio RC atas biaya total. Perolehan rasio RC atas biaya tunai petani wortel mitra adalah sebesar 2,83 dan petani wortel non mitra sebesar 2,26. Besarnya RC tersebut artinya setiap 1 rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,83 untuk petani wortel mitra dan Rp 2,26 untuk petani wortel non mitra. Nilai rasio RC atas biaya total petani wortel mitra sebesar 2,26 dan petani wortel non mitra sebesar 1,78. Artinya, setiap 1 rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,26 untuk petani wortel mitra dan Rp 1,78 untuk petani wortel non mitra. Nilai rasio RC atas biaya tunai maupun biaya total petani wortel mitra lebih besar jika dibandingkan petani wortel non mitra. Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa melalui kemitraan dapat lebih mendatangkan keuntungan dan lebih efisien bagi petani wortel. 64

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “Win- Win Solution Partnership” . Adapun pola kemitraan yang diterapkan Agro Farm dengan petani mitra dikategorikan ke dalam pola KOA Kerjasama Operasional Agribisnis. Agro Farm sebagai pihak perusahaan mitra menyediakan pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya, dan jaminan pasar. Petani mitra menyediakan lahan, tenaga kerja dan sarana. Kerjasama kemitraan berhasil dijalankan dengan konsep tipe sinergis dan saling menguntungkan serta didasari azas kesetaraan di dalam menikmati keuntungan. Manfaat teknis lainnya dengan menjadi mitra yaitu adanya penyediaan bibit, sehingga petani mitra tidak perlu melakukan pembibitan sendiri. Adapun bantuan jaminan pasar yang diperoleh petani mitra yakni berupa harga jual wortel yang lebih besar daripada harga jual pasar yang ada di wilayah tersebut, dimana harga jual wortel petani mitra sebesar Rp. 2.000 sedangkan harga jual pasar setempat sebesar Rp. 1.500. Berdasarkan perbandingan pendapatan usahatani antara petani wortel mitra dengan non mitra pada luasan lahan 331 m 2 , maka diperoleh hasil pendapatan rata-rata petani wortel mitra lebih besar dibandingkan pendapatan rata-rata petani wortel non mitra untuk setiap musim tanam. Pendapatan petani wortel mitra rata- rata sebesar Rp 1.523.750 sedangkan pendapatan petani wortel non mitra sebesar Rp 1.093.125 per musim tanam. Nilai RC Ratio atas biaya tunai petani mitra sebesar 2,83 sedangkan petani non mitra sebesar 2,26. RC Ratio atas biaya total petani mitra sebesar 2,26 sedangkan petani non mitra sebesar 1,78. Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa melalui program kemitraan dapat mendatangkan manfaat pendapatan usahatani wortel. Berdasarkan hal tersebut pula dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha tani wortel melalui kemitraan yang dilakukan dengan Agro Farm lebih efisien dan lebih mendatangkan keuntungan bagi petani.

7.2. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil kesimpulan yang menjelaskan bahwa melalui program kemitraan, petani mendapatkan bantuan