19
Perusahaan besar memiliki akses lebih besar terhadap pasar, informasi, teknologi dan modal. Sedangkan petani kecil mempunyai sumberdaya potensial
untuk dikembangkan sebagai sumber bahan baku yang dibutuhkan perusahaan- perusahaan besar. Oleh sebab itu, keberadaan kemitraan usaha ini bagi perusahaan
besar bisa mengurangi biaya overhead dan risiko yang harus diterimanya. Sementara itu, petani kecil akan menerima berbagai bantuan seperti modal,
teknologi, manajemen dan kepastian pemasaran produknya.
3.1.3. Pola Kemitraan
Dalam sistem agribisnis Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar. Adapun bentuk-bentuk kemitraan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
3.1.3.1. Pola Kemitraan Inti Plasma
Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti
menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu, kelompok mitra
bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati Hafsah, 2000 :
A. Kelebihan dari pola inti plasma adalah :
1. Tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan,
2. Tercipta peningkatan usaha,
3. Dapat mendorong perkembangan ekonomi.
B. Kelemahan dari pola inti plasma adalah :
1. Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga
kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar. 2.
Komitmen perusahaan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.
20
Gambar 1. Pola Kemitraan Inti-Plasma
Sumber : Badan Agribisnis, Departemen Pertanian 1998
3.1.3.2. Pola Kemitraan Subkontrak
Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan
perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Kelebihan dari pola subkontrak adalah pola subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang
kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu dan waktu kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, dan produktivitas, serta
terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra. Menurut Hafsah 2000, kelemahan dari pola subkontrak adalah :
1. Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi
produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran.
2. Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak. Perasaan saling
menguntungkan, saling memperkuat dan saling menghidupi berubah menjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian produk dengan
harga rendah. 3.
Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tidak diimbangi dengan sistem pembayaran yang tetap. Dalam kondisi ini, pembayaran produk perusahaan inti
sering terlambat bahkan cenderung dilakukan secara konsinyasi. Disamping itu, timbul gejala eksploitasi tenaga kerja untuk mengejar target produksi.
Plasma
Plasma Perusahaan
Plasma
Plasma
21
Gambar 2. Pola Kemitraan Subkontrak Sumber : Badan Agribisnis Departemen Pertanian 1998
3.1.3.3. Pola Kemitraan Dagang Umum