Prospek Pengembangan Wortel Keterkaitan Penelitian Terdahulu

10 Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka dalam mulutnafas bau, gusi berdarah dan sariawan. Adapun daftar kandungan gizi wortel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 . Daftar Kandungan Gizi Wortel per 100 Gram No Kandungan Gizi Nilai Satuan 1 Energi 41 Kcal 2 Karbohidrat 9 g 3 Gula 5 g 4 Diet Serat 3 g 5 Lemak 0,2 g 6 Protein 1 g 7 Vitamin A 835 mg 8 Beta Karoten 8285 mg 9 Thiamine 0,04 mg 10 Riboflavin 0,05 mg 11 Niacin 1,2 mg 12 Vitamin B6 0,1 mg 13 Vitamin B9 Folat 19 mg 14 Vitamin C 7 mg 15 Kalsium 33 mg 16 Besi 0,66 mg 17 Magnesium 18 mg 18 Fosfor 35 mg 19 Kalium 240 mg 20 Sodium 2,4 mg

2.3. Prospek Pengembangan Wortel

Pada tahun 2000 diperkirakan penduduk dunia mencapai 6,1 miliar jiwa yang semuanya dipersatukan oleh masalah pangan termasuk sayuran 7 . Untuk 7 Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani Wortel. 2002. http:books.google.co.idbooks?id= =prospek+usaha+wortelsource . [05-02-2011]. 11 memenuhi kebutuhan pangan dunia diperlukan adanya peningkatan penyediaan bahan pangan. Sebagai sumber pangan hayati, wortel memiliki peranan yang penting dalam penyediaan bahan pangan, khususnya penyediaan sumber vitamin dan mineral. Wortel merupakan salah satu jenis sayuran yang disukai oleh masyarakat dunia, sehingga permintaan terhadap komoditas ini sangat besar. Sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup masyarakat, dan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi, permintaan wortel akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Kuatnya pasaran wortel juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan perusahaan industri pengolahan yang mengolah umbi wortel menjadi berbagai jenis produk makanan maupun minuman; misalnya jus wortel dan chips wortel makanan ringan. Selain itu, kuatnya pasaran wortel juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan perusahaan industri kosmetik yang memerlukan bahan baku wortel. Tinjauan potensi pasar wortel dari beberapa segi menunjukkan bahwa pengembangan wortel di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah. Pengembangan budidaya wortel, baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi, akan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, yaitu memberikan kesempatan kerja yang luas, memberikan penghasilan bagi masyarakat pada setiap rantai agribisnis produsen benih, petani, lembaga pemasaran, dan lain-lain. Pengembangan budidaya wortel di Indonesia didukung oleh keadaan agroklimatologi dan agroekonomi Indonesia yang cocok untuk budidaya wortel.

2.4. Keterkaitan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji penelitian-penelitian yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, komoditas, produk maupun alat analisis yang sama sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan penelitian dan dapat dijadikan pembelajaran. Namun penelitian yang membahas kemitraan tentang komoditas wortel masih sangat sedikit. Berdasarkan penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini, dapat dikatakan bahwa adanya kemitraan tidak dapat menjamin petani dapat meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang mengakibatkan kemitraan menjadi tidak signifikan dampaknya terhadap 12 petani. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Saraswati 2002 yang mengkaji dampak pelaksanaan kemitraan terhadap pendapatan petani mitra antara PT. Bumi Mekar Tani dengan petani kacang tanah di Kabupaten Subang. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya total petani non mitra, sebelum bermitra pendapatan atas biaya total petani mitra mencapai Rp. 725.903,11 sedangkan setelah bermitra menjadi Rp. 352.069,93. Angka ini juga sedikit lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra yaitu Rp. 403.711,86. Kecilnya pendapatan petani mitra ini disebabkan tingginya harga benih dan pupuk dari perusahaan yang menyebabkan biaya tunai petani mitra lebih besar daripada sebelum bermitra dari petani non mitra. Total produksi yang lebih kecil akibat pengaruh musim kemarau juga merupakan salah satu faktor penyebabnya. Dilihat dari segi pendapatan petani mitra, tidak terjadi peningkatan pendapatan yang diterima oleh petani mitra. Pendapatan petani mitra sebelum mengikuti kemitraan justru lebih besar jika dibandingkan dengan saat mereka mengikuti kemitraan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini, berasal dari dalam kemitraan itu sendiri, yaitu pelunasan pinjaman petani mitra yang belum terselesaikan. Adapun penelitian yang dilakukan Agreianti 2009 yang mengkaji pengaruh kemitraan terhadap produktivitas dan pendapatan petani kakao dikabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta dapat memberikan gambaran lain mengenai kemitraan. Hal tersebut disebabkan kemitraan memberikan manfaat nyata bagi petani, termasuk dalam peningkatan pendapatan namun pendapatan yang diterima oleh petani yang bermitra belum dapat dikatakan optimal karena perbedaannya dengan pendapatan petani yang tidak bermitra tidak terlalu jauh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Manfaat bagi perusahaan adalah mendapatkan pasokan biji kakao berfermentasi, menghemat biaya produksi, dan bertambahnya mitra usaha yang loyal terhadap perusahaan. Manfaat bagi petani kakao mitra adalah bimbingan teknis, pembayaran secara tunai melalui kelompok tani, pemberian bantuan pupuk, dan kemudahan untuk memasarkan produknya. 13 Hasil analisis usahatani membuktikan bahwa adanya kemitraan antara PT. Pagilarang dengan petani kelompok tani Ngupadikoyo dapat meningkatkan penerimaan, karena apabila dibandingkan dengan pendapatan non petani mitra, pendapatan atas biaya tunai petani mitra lebih besar yaitu Rp. 1.187.425 dan petani non mitra sebesar Rp. 694.445, sehingga menyebabkan pendapatan petani mitra lebih besar. Akan tetapi, bila dilihat secara uji statistik yaitu uji-t untuk melihat seberapa besar perbedaan nyata pendapatan petani mitra dan petani non mitra hasil t-hitung 0,0010, dimana nilai t-hitung ini dibawah nilai t-tabel yaitu 1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani mitra dan petani non mitra tidak berbeda nyata, jadi adanya kemitraan tidak berpengaruh pada pendapatan petani kakao. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Mia 2009 mengenai keberhasilan pelaksanaan kemitraan dalam meningkatkan pendapatan antara petani semangka di kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri menunjukkan manfaat yang diperoleh petani melalui kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian kemitraan yang di jalankan oleh CV. Bimandiri dirumuskan dalam sebuah memo kesepakatan antar kedua belah pihak yang memuat hak dan kewajibannya masing- masing. Hak petani sebagai mitra adalah petani mendapatkan harga jual sesuai dengan yang telah disepakati dan juga mendapatkan bimbingan teknis dari pihak perusahaan. Kewajiban petani adalah petani menanam semangka sesuai dengan jumlah dan kriteria buah yang diminta perusahaan. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya total petani mitra lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total petani non mitra. Pendapatan atas biaya total petani mitra mencapai Rp. 5.935.667, sedangkan pendapatan total petani non mitra adalah Rp. 2.430.733. Hal ini disebabkan karena harga jual semangka petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani semangka non mitra. Demikian pula dengan RC atas biaya total petani mitra yang relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra. RC atas biaya total petani mitra adalah 1,85, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh petani akan memberikan tambahan keuntungan sebesar 1,85. Sedangkan RC atas biaya total petani non mitra adalah sebesar 1,4, artinya setiap satuan rupiah yang dikeluarkan oleh petani akan memberikan tambahan 14 keuntungan hanya sebesar Rp. 1,4. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang dilakukan oleh petani semangka terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani dengan perbedaan yang mencolok dengan pendapatan yang diterima petani non mitra. Hal ini menunjukkan kemitraan tersebut berhasil meningkatkan kesejahteraan petani semangka. Sejalan dengan itu, Penelitian yang dilakukan oleh Aryati 2009 mengenai analisis pengaruh kemitraan dengan judul Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah, penelitian diarahkan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT. Garudafood dengan petani kacang yang berada di daerah Cianjur juga menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan perjanjian, seperti masih ada petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosis, menjual hasil produknya ke perusahan lain dan waktu tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian. Meskipun demikian pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat kepada petani yaitu adanya kepastian pasar, kepastian harga, meningkatkan pendapatan dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra memperoleh pendapatan usaha yang lebih baik jika dibandingkan dengan petani non mitra, baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Hasil imbangan dapat diketahui RC rasio atas biaya tunai dan total petani mitra yaitu 2,77 dan 1,47. sedangkan RC rasio atas biaya tunai dan biaya total 1,92 dan 0,96. dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT. Garudafood dengan petani kacang tanah mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra, sehingga kemitraan dapat diteruskan. Adapun Kurnia 2003 mengkaji pelaksanaan pola kemitraan antara perusahaan agribisnis CV. Mekar Dana Profitindo dengan petani bawang merah Brebes. Menurut hasil penelitian kondisi pelaku kerjasama, kondisi perusahaan cenderung menunjukkan kekuatan yang terletak pada faktor pemasaran, keuangan dan sumberdaya manusia. Adapun kelemahan perusahaan terletak pada faktor produksi serta penelitian dan pengembangan. Sebaliknya kondisi petani cenderung 15 menunjukkan kekuatan pada faktor modal, produksi dan teknologi sedangkan kelemahannya terletak pada manajemen dan pemasaran. Berdasarkan hasil analisis pemilihan pola kemitraan antara kedua pelaku, pola kemitraan yang terpilih saat ini adalah Pola Inti Plasma. Pola inti plasma merupakan pola kemitraan yang dirasakan paling efektif oleh kedua pelaku mengingat kondisi petani yang masih membutuhkan bantuan dari perusahaan dalam hal sarana produksi, serta bimbingan teknis dan non teknis dari perusahaan yang dianggap lebih berpengalaman dalam menjalankan pertanyaan berskala besar. Kemitraan antara perusahaan dengan petani yang berlangsung selama ini belum mengalami hambatan meskipun kemitraan yang terbentuk hanya berdasarkan kesepakatan lisan saja. Namun begitu jika hal tersebut dibiarkan bukan tidak mungkin kemitraan yang berbentuk dikemudian hari akan mengalami permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa adanya suatu kemitraan memberikan dampak besar kepada petani mitra khususnya. Dampak ini terjadi karena adanya berbagai bentuk bantuan yang diberikan oleh perusahaan seperti dalam hal permodalan, teknis, dan pemasaran. Namun ternyata tidak semua hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya kemitraan akan memberikan peningkatan pendapatan bagi petani mitranya, tentu hal ini terkait dengan banyak faktor. Hal inilah menjadi latar belakang fokus penelitian ini, yaitu mengukur pengaruh kemitraan pada pendapatan petani mitra pada komoditas wortel. Penelitian yang dilakukan oleh Saraswati 2002 dan Aryati 2009 meneliti komoditas yang sama, yaitu kacang tanah. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan lembaga yang menjalin kemitraan di masing-masing tempat penelitian tersebut. Kedua penelitian menganalisis mengenai pendapatan usahatani petani mitra dan non mitra. Namun penelitian terdahulu belum menganalisis sejauh mana perbedaan biaya input produksi pada kedua bentuk lembaga kemitraan tersebut dapat mempengaruhi perolehan tingkat keuntungan bagi petani. Selain itu, penelitian mengenai kemitraan yang selama ini berlangsung antara Agro Farm dengan petani wortel mitranya juga belum pernah 16 dilakukan. Penelitian ini berusaha mencari penjelasan tentang fenomena kemitraan yang terjadi serta menemukan alternatif rekomendasi dari kebijakan yang bisa diambil guna mengatasi permasalahan kemitraan. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu terletak pada analisis pendapatan usahatani, sedangkan perbedaannya terletak pada komoditas yang dikaji yaitu wortel. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat mengangkat aspek-aspek yang mungkin pada penelitian sebelumnya belum sempat dikemukakan. 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN