31
lahan yang sangat subur bagi tumbuh dan berkembangnya kemitraan, karena pola kemitraan merupakan salah satu tuntunan objektif bagi keberadaan agribisnis.
Kemitraan merupakan tuntunan logis dari sifat agribisnis sebagai suatu rangkaian kegiatan usaha dalam sistem yang terintegrasi.
3.3. Pengertian Usahatani
Soekartawi 2002 mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang
dikelola oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh hasil dari lapangan pertanian. Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja 1983 mendefinisikan
usahatani sebagai suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili unsur alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada
anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur pengolahan atau manajemen yang perannya dibawakan oleh seseorang yang
disebut petani. Dalam hal ini, istilah usahatani mencakup kebutuhan keluarga, sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan atau laba.
Soekartawi 2005 mengemukakan bahwa tujuan usahatani dapat dikategorikan menjadi dua yaitu memaksimumkan keuntungan dan
meminimumkan pengeluaran. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien
mungkin untuk memperoleh keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan pengeluaran berarti bagaimana menekan pengeluaran produksi
sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.
3.3.1. Unsur-unsur Pokok Usahatani
Hernanto 1989 menyatakan ada empat unsur-unsur pokok usahatani atau dalam istilah lainnya adalah faktor-faktor produksi usahatani. Faktor-faktor
produksi tersebut yaitu: 1. Lahan,
2. Tenaga Kerja, 3. Modal, dan
4. Pengelolaan management
32
3.3.2. Unsur Lahan
Unsur lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi yang merupakan bagian dari alam. Fungsi lahan dalam usahatani yaitu:
1. Tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian usaha bercocok tanam
dan pemeliharaan hewan ternak. 2.
Tempat pemukiman keluarga petani. Bentuk dan sifat lahan merupakan manifestasi dari pengaruh faktor-faktor
alam lainnya seperti topografi, iklim, curah hujan, suhu, penyinaran matahari, dan gelombang nisbah, jenis tanah yang ada di sekelilingnya Tjakrawiralaksana
dan Soeriatmaja, 1983. Hernanto 1989 menjelaskan bahwa pada umumnya di Indonesia tanah
merupakan faktor produksi yang: a relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya, b distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Sifat-
sifat lahan antara lain: a luas relatif tetap atau dianggap tetap, b tidak dapat dipindah-pindahkan, c dapat dipindahtangankan dan atau diperjualbelikan.
Karena sifatnya yang khusus tersebut tanah kemudian dianggap sebagai salah satu faktor usahatani meskipun di bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau
unsur modal usahatani. Empat golongan petani berdasarkan luas tanah yang dimiliki yaitu:
1. Golongan petani luas kepemilikan lahan 2 hektar,
2. Golongan petani sedang antara 0,5 – 2 hektar,
3. Golongan petani kecil kepemilikan lahan 0,5 hektar,
4. Golongan buruh tani tidak memiliki lahan.
3.3.3. Tenaga Kerja
Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja 1983 menyatakan bahwa unsur tenaga kerja dalam usahatani diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macam
pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani menurut sifatnya dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pekerjaan yang bersifat produktif mengolah lahan, menyiangi, memupuk dan
mencegah hama dan penyakit, 2.
Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat investasi membuka hutan untuk lahan pertanian, memperbaiki pematang, membuat teras,
33
3. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat umum memperbaiki alat-alat, menjemur
hasil produksi, membeli sarana produksi dan menyelenggarakan akuntansi usahatani.
Dalam usahatani unsur kerja dapat diklasifikasikan dalam tenaga kerja manusia dan tenaga kerja ternak. Tenaga kerja manusia dibedakan lagi ke dalam
jenisnya tenaga kerja pria, tenaga wanita, tenaga anak-anak berumur di bawah 15 tahun. Menurut Soekartawi 2002, umur tenaga kerja di pedesaan juga sering
menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong di bawah usia dewasa akan menerima upah juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga
kerja dewasa. HOK hari orang kerja atau setara hari kerja pria HKP adalah upah tenaga
kerja yang bersangkutan dibagi upah tenaga kerja pria. Menurut Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja 1983 pengukuran tenaga kerja dalam
usahatani umumnya diukur dengan jumlah “hari”. Dalam satu hari biasanya selama 7 jam dan ukurannya biasa dibulatkan kepada satuan hari kerja.
3.3.4. Modal Hernanto 1989 menyatakan bahwa modal merupakan unsur pokok
usahatani yang penting. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta
pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian. Pada usahatani yang dimaksud dengan modal adalah: a Tanah, b Bangunan, c
Alat-alat pertanian, d Tanaman, ternak, dan ikan di kolam, e Bahan-bahan pertanian, f Piutang di Bank, g Uang tunai. Sedangkan menurut sifatnya modal
dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap, meliputi tanah dan bangunan. Modal tetap diartikan modal yang tidak habis pada satu periode produksi. Jenis
modal ini memerlukan pemeliharaan agar tetap berdayaguna dalam jangka waktu yang lama. Jenis modal ini terkena penyusutan.
Jumlah modal yang dipakai dalam usahatani juga sering dipakai untuk pengukuran usahatani. Pengukuran usahatani dapat didasarkan kepada: a Jumlah
nilai seluruh modal yang ditanamkan dalam usahatani dan b Jumlah nilai modal lancar dan modal usahatani Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja, 1983.
34
Berdasarkan sumbernya modal dapat diperoleh dari; a Milik sendiri, b Pinjaman atau kredit, c dari usaha lain dan, e Kontrak sewa Hernanto, 1989.
3.3.5. Pengelolaan