35
pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk dapat membandingkan penampilan beberapa usahatani Soekartawi
et al , 1986. Ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani
kecil adalah penghasilan bersih usahatani net farm earnings. Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan
kepada modal pinjaman Soekartawi et al, 1986. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi
karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, dalam analisis pendapatan usahatani selalu diikuti
dengan pengukuran efisiensi. Menurut Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja 1983, analisis hubungan penerimaan dan biaya RC rasio dapat dipakai untuk melihat
keuntungan relatif dari kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini akan diuji seberapa jauh setiap nilai rupiah, biaya
yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Jika unsur
penerimaan dan biaya total telah diperoleh maka RC rasio dapat dihitung.
3.5. Konsep Biaya Usahatani
Konsep biaya usahatani lebih mengkaji ke biaya-biaya produksi. Biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian Hernanto,
1989: A.
Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari: 1.
Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat
bangunan pertanian dan bunga pinjaman. 2.
Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan biaya
tenaga kerja. B.
Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan langsung diperhitungkan terdiri dari:
1. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai.
Biaya tetap misalnya pajak tanah dan Bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan, pupuk, dan
36
tenaga kerja. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki petani.
2. Biaya tidak tunai diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian,
sewa lahan milik sendiri biaya tetap dan tenaga kerja dalam keluarga biaya variabel. Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana manajemen suatu
usahatani.
3.6. Kerangka Pemikiran Operasional
Kemitraan antara petani wortel di Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur dengan Agro Farm diawali dari program yang dimiliki oleh Agro Farm untuk
mengembangkan wortel sebagai salah satu jenis sayuran yang dibudidayakan di tempat penelitian. Melalui program kemitraan ini diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak yang bermitra. Dalam melaksanakan program kemitraan ini banyak sekali kendala yang dihadapi, baik oleh pihak petani
maupun perusahaan. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas menjadi faktor yang sangat penting dalam melaksanakan program kemitraan ini. Hasil yang
diharapkan dari program kemitraan ini bagi petani adalah terjaminnya pasar bagi wortel yang diproduksinya serta dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Sedangkan bagi perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan pasar. Agar program kemitraan ini dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan bentuk pola
kemitraan yang tepat sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Dengan adanya program kemitraan ini juga diharapkan
mampu memecahkan masalah-masalah atau kendala-kendala yang timbul sehingga program kemitraan ini dapat dilanjutkan.
Dalam evaluasi pelaksanaan kemitraan antara petani wortel dan Agro Farm ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh kedua
belah pihak yang bermitra. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat pendapatan petani selama mengikuti program kemitraan. Kemitraan yang dikaji pada Agro
Farm pada intinya ditujukan untuk mengetahui perbedaan mengenai pendapatan para petani wortel yang bermitra dengan Agro Farm dibandingkan dengan para
petani wortel yang tidak menjalin kemitraan dengan Agro Farm sehingga dapat diketahui secara lebih signifikan peranan kemitraan bagi kesejahteraan petani
dilihat dari segi pendapatan usahatani Gambar 6.
37
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kemitraan Antara Agro
Farm dengan Petani Mitra Wortel Permasalahan:
Agro Farm 1.
Keterbatasan lahan 2.
Keterbatasan tenaga kerja 3.
Tuntutan kualitas, kuantitas dan kontinuitas Petani Non Mitra
Biaya Produksi
Input Harga Input
Penerimaan
Output Harga Output
Pendapatan Petani Mitra
Biaya Produksi
Input Harga Input
Penerimaan
Output Harga Output
Pendapatan
Rekomendasi
Permasalahan: Petani
1. Harga jual fluktuatif
2. Keterbatasan wawasan teknologi
3. Keterbatasan permodalan
4. Keterbatasan manajemen
K E
M I
T R
A A
N
38
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja
purposive karena merupakan sentra produksi wortel terbesar di Kabupaten Cianjur. Selain itu, daerah ini juga memiliki potensi besar untuk membudidayakan
wortel. Waktu pengumpulan data dilaksanakan bulan September hingga Oktober 2011.
4.2. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuisioner yang diajukan kepada responden. Wawancara dilakukan
dengan petani wortel dan lembaga-lembaga yang terkait seperti dinas pertanian Cianjur.
Data sekunder diperoleh dari informasi tertulis perusahaan dan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku, majalah pertanian, internet, Dinas
Pertanian Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistika, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data.
4.3. Metode Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Penentuan
responden petani wortel mitra dilakukan secara sensus, sedangkan penentuan responden petani wortel non mitra dilakukan secara purposive sengaja. Populasi
petani sayuran yang bermitra dengan Agro Farm berjumlah 43 orang petani yang menanam berbagai macam jenis sayuran seperti wortel, saycin, lobak, daun
bawang, kol, bunga kol, dan lain sebagainya. Adapun dari 43 orang petani tersebut, terdapat 16 orang petani yang menanam wortel. Jumlah petani responden
yang diambil pada penelitian ini sebanyak 32 orang yang terdiri dari 16 orang petani wortel mitra Agro Farm dan 16 orang petani wortel non mitra. Responden