29
5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik SDM aparat maupun pengusaha kecil melalui pendidikan, pelatihan, inkubator, magang, studi
banding dan sebagainya. 6. Bertindak sebagai arbitrase atau penengah dalam pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan kemitraan usaha di lapangan agar berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3.2. Sistem Agribisnis
Menurut Krisnamurthi 1997 agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu subsistem
pengadaan sarana produksi pertanian, subsistem produksi usahatani, subsistem pengolahan industri hasil pertanian, subsistem pemasaran hasil pertanian dan
subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian. Keterkaitan antar subsistem agribisnis sayuran dikatakan baik apabila :
1. Subsistem sarana produksi yang didukung oleh industri primer backward
linkage , seperti pabrik pupuk, pestisida, peralatan pertanian dan penanganan
benih, ternyata berkaitan erat dengan tersedianya sumberdaya alam agroekosistem, komoditas, dsb di wilayah yang bersangkutan. Subsistem
sarana produksi inilah yang menjadi salah satu penentu berhasil atau tidaknya subsistem produksi usahatani.
2. Subsistem produksi ditentukan oleh ketersediaan sumber daya alam, sumber
daya manusia tenaga kerja dan dukungan dari subsistem sarana produksi. Kemudian hasil produksi komoditas sayuran tersebut ada yang mengalir
langsung ke subsistem pemasaran dengan atau tanpa pemberian perlakuan terlebih dahulu material handling. Sementara itu, ada pula dari komoditas
sayuran tersebut yang menjadi bahan baku untuk produk olahan sehingga perlu masuk dahulu ke subsistem penanganan dan pengolahan hasil, sebelum produk
olahan tersebut mengalir ke subsistem pemasaran. 3. Subsistem penanganan dan pengolahan hasil juga tergantung dari hasil
subsistem produksi dan tersedianya sumberdaya manusia. Hal ini menunjukan bahwa industri pengolahan hasil pertanian sangat tergantung dari berjalan atau
tidaknya subsistem produksi usahatani yang pada umumnya sangat peka terhadap masalah ketidakpastian harga dan produksi.
30
4. Subsistem pemasaran, baik itu berorientasi regional, nasional maupun internasioanl ekspor. Keberhasilan subsistem ini ditentukan oleh lancar atau
tidaknya ketiga subsistem sebelumnya serta ketersediaan sumberdaya manusia di bidang pemasaran.
Menurut Krisnamurthi 1997, sistem agribisnis dapat dibedakan dalam beberapa gugus industri industrial clustered berdasarkan produksi akhir dari
sistem agribisnis, yaitu : 1. Sistem agribisnis pangan food and beverage, yakni sistem agribisis yang
produk akhirnya berupa produk-produk bahan pangan hewani dan nabati dan minuman.
2. Sistem agribisnis pakan, yaitu sistem agribisnis yang produk akhirnya berupa produk-produk pakan hewan ternak, ikan.
3. Sistem agribisnis serat alam, yakni agribisnis yang menghasilkan produk akhir berbahan baku serat alam seperti produk atau barang-barang karet, kayu pulp,
rayon, kertas, produk tekstil, produk kulit dan produk serat alam lainnya. 4. Sistem agribisnis bahan farmasi dan kosmetika, yakni agribisnis yang
menghasilkan bahan-bahan farmasi obat-obatan, vaksin, serum dan produk kosmetika sampo, detergen, sabun baik untuk kebutuhan manusia maupun
hewan. 5.
Sistem agribisnis wisata dan estetika, yakni sistem agribisnis yang menghasilkan produk akhir berupa kegiatan wisata, seperti wisata kebun,
wisata hutan tanaman dan sebagainya serta produk-produk keindahan bunga, tanaman hias, ikan hias, dan lain-lain.
6. Sistem agribisnis energi terperbaharui, yakni sistem yang menghasilkan produk akhir berupa energi alternatif seperti etanol dan berbagai jenis energi-bio
lainnya. Keterkaitan antar usaha dalam sistem mulai dari pengadaan sarana
produksi, proses produksi usahatani, pengolahan hasil, industri, distribusi dan pemasaran merupakan syarat keunggulan bisnis yang bersangkutan. Dengan
adanya kemitraan diharapkan dapat menghilangkan permasalahan dalam keterkaitan usaha vertikal sistem agribisnis seperti bentuk persaingan yang tidak
sehat akibat struktur pasar yang tidak sempurna. Agribisnis Indonesia merupakan
31
lahan yang sangat subur bagi tumbuh dan berkembangnya kemitraan, karena pola kemitraan merupakan salah satu tuntunan objektif bagi keberadaan agribisnis.
Kemitraan merupakan tuntunan logis dari sifat agribisnis sebagai suatu rangkaian kegiatan usaha dalam sistem yang terintegrasi.
3.3. Pengertian Usahatani