25
3. Kurangnya kesadaran pihak perusahaan agribisnis dalam mendukung
permodalan petani yang lemah. Hal ini menyebabkan menjadi kesulitan mengembangkan produk usahatani sesuai dengan kebutuhan pasar.
4. Informasi tentang pengembangan komoditas belum meluas di kalangan pengusaha. Keadaan ini menyebabkan kurangnya calon investor yang akan
menanamkan investasinya di bidang agribisnis. 5. Etika bisnis kemitraan yang berprinsip win win solution di kalangan investor
agribisnis di daerah masih belum berkembang sesuai dengan dunia agribisnis. 6. Komitmen dan kesadaran petani terhadap pengendalian mutu masih kurang
sehingga mengakibatkan mutu komoditas yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Penyebab lain kegagalan kemitraan adalah lemahya aspek manajerial dan sumberdaya manusia yang mengelola jalinan kemitraan itu, baik di tingkat
perusahaan maupun petani atau yang memadukan kedua belah pihak yang bermitra. Kegiatan agribisnis yang menerapkan pola kemitraan memerlukan
tenaga manajer dengan tingkat pengelolaan yang memadai tidak untuk aspek ekonomi dan teknik agribisnis, tetapi juga aspek sosial. Oleh karena itu,
pembenahan dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di bidang agribisnis dan keterkaitan antar subsistem agribisnis perlu terus dilakukan.
Oleh karena itu, untuk menentukan atau memilih pola kemitraan mana yang akan dilaksanakan harus diperhatikan perbedaan-perbedaan sebagai berikut :
1. Karakteristik komoditas yang diusahakan, 2. Keragaan para pelakunya,
3. Keragaan pasar yang mencakup struktur pasar, tingkah laku pasar, dan penampilan pasar,
4. Ketersediaan sarana produksi, 5. Ada tidaknya industri pengolahan,
6. Kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di daerah setempat.
3.1.5. Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura.
Secara teoritis maupun empiris di perlukan beberapa syarat dalam membangun kemitraan usaha hortikultura yang dapat memadukan antara aspek
pertumbuhan dan pemerataan dalam hubungan yang saling membutuhkan,
26
memperkuat, dan menguntungkan Daryanto, H dan Saptana 2009. Syarat-syarat kemitraan tersebut yaitu :
1. Membangun kemitraan harus didasari adanya saling kesetaraan equality
sehingga ada posisi tawar yang seimbang baik dalam membangun kesepakatan-kesepakatan kerja dan kontrak kerjasama usaha.
2. Membangun kemitraan harus ada saling kepercayaan. Menurut Dyer et al
2002 dalam Daryanto, H dan Saptana 2009 terdapat empat isu mengenai kepercayaan, yaitu 1 kepercayaan menyangkut risiko dan ketidakpastian, 2
kepercayaan untuk menerima saran dan kritikan, 3 kepercayaan di artikan pihak lain adalah harapan dan saling ketergantungan, 4 kepercayaan adalah
berbagi nilai. Oleh karena itu kemitraan akan berhasil di tentukan oleh kepercayaan dan ketaatan terhadap apa yang telah disepakati dalam
perjanjian kontrak. 3.
Kemitraan di bangun harus didasarkan keterbukaan, terutama dalam hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Contoh hal yang mendasar
bagi perusahaan mitra adalah adanya jaminan bahan baku dengan jumlah, kualitas dan kontinuitas yang diperlukan dalam setiap periode produksi
sedangkan bagi petani adalah kepastian harga dan jaminan pasar. 4.
Dalam membangun kemitraan usaha maka setiap tindakan yang dilakukan antar pihak harus dapat di pertanggung jawabkan. Hal ini sering dilakukan
petani ketika harga naik tinggi maka produksi akan di jual ke pasar bebas dan perusahaan mitra mengambil produk dari petani di luar mitra.
5. Kemitraan dibangun harus melakukan proses sosialiasasi yang matang dan
memerlukan waktu, kesabaran, keterbukaan, kearifan dan ketekunan antar pihak
6. Kemitraan harus didasari atau dilakukan perencanaan produksi misalnya
melakukan pengaturan produksi berupa kesepakatan jenis tanaman, pola tanaman, dan skala yang harus di usahakan.
7. Membangun kemitraan diperlukan adanya manajemen mutu dan standar
kualitas. 8.
Kemitraan usaha perlu memahami jaringan agribisnis hortikultura, sistem jaringan agribisnis menyangkut terhadap pola-pola, skala pengusahaan,
27
usahatani dan pasca panen yang berbeda antara kemitraan usaha besar dengan kemitraan yang beskala menengah dan kecil.
9. Pentingnya konsolidasi kelembagaan di tingkat petani agar petani tetap
berada pada posisi yang menguntungkan dalam kemitraan. 10.
Meletakan integrasi koordinasi vertikal secara tepat. 11.
Kemitraan juga harus mengandung kewirausahaan agar dapat menghasilkan produk hortikutura yang berdaya saing Syahyuti, 2006 dalam Daryanto, H,
2009, dan 12.
Kemitraan usaha harus memiliki dukungan sistem informasi yang baik.
3.1.6. Peranan Pelaku Kemitraan