Tata Ruang Permukiman Tradisional Madura

Konsep tata ruang yang permukiman tradisional madura adalah ruang privat diapit oleh ruang terbuka privat sehingga ruang terbuka privat berfungsi sebagai buffer antar komunitas. Ruang publik berada ditengah permukiman sehingga dapat diakses oleh seluruh penghuni permukiman Gambar 31. Keterkaitan antar ruang yang demikian memungkinkan dibuatnya fasilitas-fasilitias penunjang permukiman pada area publik, sedangkan pada area privat dan ruang terbuka privat ketersedian fasilitas komunal harus melalui musyawarah anggota komunitas. Gambar 31. Konsep Ruang Permukiman Tradisional Madura

5.6.2 Konsep Vegetasi

Konsep vegetasi berkaitan dengan konsep tata hijau dalam ruang permukiman tradisional Madura. Penataan vegetasi pada permukiman tradisional madura didasarkan pada fungsi dan manfaat vegetasi bagi penghuni permukiman. Konsep tata hijau dalam ruang permukiman dibagi menjadi 2, yaitu sebagai vegetasi penyangga dan vegetasi produksi. Vegetasi penyangga adalah vegetasi yang berperan sebagai pembatas antar ruang dalam permukiman. Secara umum vegetasi penyangga berfungsi sebagai batas teritori bagi penghuni komunitas. Jenis vegetasi yang digunakan sebagai vegetasi penyangga adalah jenis pohon seperti kelapa, mahoni, jati, sengon, jaran, dan waru. Vegetasi produksi merupakan vegetasi yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan penghuni permukiman. Vegetasi produksi umumnya ditanam pada ruang terbuka privat. Jenis vegetasi yang digunakan sebagai vegetasi produksi adalah jenis tanaman pangan dan buah-buahan. Desain penanaman dalam permukiman tradisional tidak mengenal aturan khusus. Tata hijau lanskap didasarkan pada fungsi vegetasi dan ketersedian lahan penanaman. Vegetasi yang berfungsi sebagai buffer umumnya ditanam mengelilingi tapak, baik ruang terbuka privat maupun ruang privat.

5.6.3 Konsep sirkulasi

Sirkulasi pada permukiman tradisional madura tidak memiliki pola yang khusus. Hierarki jalan permukiman dapat dibagi menjadi jalan utama dan jalan lingkungan. Jalan utama merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan permukiman dengan lanskap lain dan menghubungkan antar fasilitas dalam permukiman. Sedangkan jalan lingkungan adalah jalur sirkulasi yang menghubungkan antar cluster dalam permukiman. Jalan lingkungan umumnya tidak memiliki pola yang jelas dan tegas. 5.6.4 Konsep Desain Permukiman tradisional Madura Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai pola permukiman madura, konsep ruang, konsep vegetasi, dan konsep sirkulasi maka konsep desain permukiman tradisional Madura adalah sebagai berikut. 1. Permukiman tradisional madura merupakan permukiman dengan desain cluster. 2. Setiap cluster terdiri dari beberapa rumah yang berjajar menurut arah barat- timur dan memiliki ikatan kekerabatan. 3. Permukiman tradisional Madura menyediakan ruang terbuka yang bersifat privat bagi anggota komunitaspenghuni cluster. 4. Ruang publik terbatas pada penggunaan secara bersama dan sekaligus sebagai fasilitas sosial dalam permukiman. 5. Ruang permukiman ditata dengan konsep ruang terbuka privat menjadi ruang buffer dan pembatas antar cluster dalam permukiman. Gambaran spasial dari konsep desain tersebut dapat dilihat pada gambar 32. Gambar 32. Konsep desain permukiman tradisional Madura

5.7 Implikasi Penelitian

Pembangunan jembatan suramadu menumbuhkan industrialisasi di Madura. Sebagai bagian dari kawasan GERBANGKERTOSUSILA Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan yang merupakan pusat pemerintahan, Sirkulasi primer Sirkulasi sekunder U industri,perdagangan, maritim dan pendidikan, Madura berpotensi untuk berkembang lebih maju. Oleh karena itu, keberadaan jembatan Suramadu, memberi harapan baru bagi masyarakat Madura. Namun demikian, dampak negatif dari pembangunan suramadu harus tetap diwaspadai. Aktivasi jembatan Suramadu akan menimbulkan perubahan sosial masyarakat Madura yang selama ini dikenal masyarakat agraris. Sebagian kalangan berpandangan, pola kehidupan warga Madura akan diwarnai industrialisasi. Dalam persoalan ini, kondisi Madura yang diasosiasikan sebagai masyarakat yang religius agamis Islam seharusnya sangat relevan sebagai modal dasar dalam rangka membentengi nilai-nilai luhur kearifan lokal dari ekses negatif globalisasi dan modernisasi. Sejalan dengan itu, pemerintah daerah hendaknya dapat merekontruksi kebijakan yang pro budaya lokal, dengan cerdas dan kritis dalam menyikapi perkembangan industrialisasi nantinya. Salah satu bentuk kemajuan dan perkembangan di Madura pasca pembangunan jembatan suramadu adalah mulai berkembangnya bisnis perumahan sebagai dampak dari pengembangan industri dan perdagangan di Pulau Madura. Para pengembang perumahan yang saat ini mulai membuka lahan permukiman baru dengan mengadaptasi bentuk-bentuk perumahan yang telah berkembang di Pulau Jawa. Disisi lain, Madura juga memiliki nilai-nilai kearifan dalam menata permukimannya. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini diharapkan perkembangan perumahan di Madura tidak melupakan nilai-nilai budaya lokal sehingga budaya baru tetap dapat diterima oleh masyarakat. Integrasi budaya lokal pada era modernisasi bukan dimaksudkan untuk menghambat proses kemajuan pembangunan, melainkan dimaksudkan agar nilai- nilai budaya lokal yang menjadi karakter masyarakat tetap menjadi acuan dalam merencanakan pembangunan di Madura.