5.3 Elemen Pembentuk Permukiman Tradisional Madura
Permukiman tradisional Madura dibentuk oleh elemen-elemen permukiman yang memiliki orientasi tertentu sehingga membentuk karakter permukiman
tradisional Madura yang khas. Adapun elemen lanskap permukiman tradisional Madura adalah sebagai berikut.
5.3.1 Rumah tinggal tradisional
Rumah tinggal tradisional Madura merupakan suatu komplek rumah tinggal yang disatukan dalam satu pagar. Didalamnya terdapat satu atau lebih rumah
tinggal dan beberapa bangunan yang dibangun berjajar dari barat ke timur menurut orientasi tertentu sehingga membentuk tanean lanjhang halaman
panjang. Setiap rumah tinggal yang ada dalam tanean lanjhang memiliki ikatan kekerabatan satu sama lain. Elemen dan pola tata ruang dalam tanean lanjhang
merupakan manifestasi dari konsep buppa-babbu-guru-rato secara mikro.
Elemen utama penyusun tanean lanjhang adalah rumah tinggal, langghar, dapur, kandang, tanean, dan pagar hidup. Rumah-rumah yang terdapat dalam
tanean lanjhang bervariasi menurut jumlah anak perempuan yang dimiliki. Apabila dalam sebuah keluarga tidak memiliki anak perempuan maka hampir
dapat dipastikan tanean tidak akan berkembang memanjang. Desain rumah tinggal seperti ini disebut dengan rumah mejhi Gambar 22. Rumah tinggal tradisional
Madura umumnya menggunakan ukuran 6x9 m
2
atau 7x9 m
2
atau 5x15 m
2
sehingga apabila ada 6 rumah dalam satu tanean, panjang tanean dapat mencapai 36 m.
Gambar 22. Rumah Mejhi 1.
Rumah tinggal tradisional Rumah tinggal terdiri dari rumah induk dan rumah anak perempuan. Rumah
induk disebut rumah tongghu Gambar 23. Rumah ini merupakan rumah yang ditempati oleh orang tuapemilik taneyan dan selalu dibangun di sisi barat taneyan
menghadap selatan. Tata letak rumah tongghu di ujung barat tanean merupakan
manifestasi dari konsep buppa-babbu yang bermakna bahwa orang tua adalah panutan yang harus dipatuhi dan memberikan teladan dalam tanean. Apabila
orang tua meninggal dunia rumah tongghu akan diwariskan pada anak perempuan pertama agar dapat dipelihara. Apabila orang tua tidak memiliki anak perempuan,
biasanya ada salah satu anak laki-laki yang akan diminta untuk mendiami rumah tongghu dan penentuannya dilakukan melalui musyawarah keluarga. Menurut
Subaharianto dkk 2005 hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa lahan pekarangan dan rumah tongghu didiami oleh roh leluhur sehingga tidak boleh
dibiarkan kosong agar ada yang dapat menghormati roh-roh leluhur tersebut.
Rumah anak perempuan biasanya dibangun berjajar dari barat ke timur sesuai dengan jumlahnya. Apabila lahan tidak mencukupi, rumah-rumah baru
dibangun dengan pola sebaliknya, yaitu dari barat ke timur sehingga bangunan rumah saling berhadap-hadapan. Namun menurut Wiyata 2002 Hal ini telah
menyalahi aturan tanean lanjhang. Pola permukiman tanean lanjhang ini mengikat sebuah keluarga, terutama keluarga perempuan, dengan kuat sehingga
sampai saat ini dapat ditemui tanean lanjhang yang telah dihuni selama 3-5 generasi.
Gambar 23. Rumah tongghu Material bangunan yang digunakan pada rumah tradisional saat ini telah
mengalami penyesuaian. Jika pada masa dahulu material bangunan yang digunakan adalah bambu atau kayu sebagai dinding dan rangka bangunan,
genteng dan ijuk sebagai atap, serta lantai berupa tanah padat, maka saat ini material yang digunakan berupa tembok semen, genteng dan lantai semen atau
keramik. Namun, bentuk arsitektur rumah relatif tidak berubah. Hal ini tampak dari bentuk atap, tiang sasaka agung, dan ukir-ukiran sebagai ragam hias rumah
tradisional. Rumah-rumah tradisional Madura umumnya dibedakan menurut bentuk atapnya. Tipe atap bangsal dan pacenan biasa digunakan sebagai atap
rumah tongghu atau rumah tinggal anak. Selain itu tipe atap bangsal dan pacenan umumnya digunakan oleh kalangan bangsawan prijaji dan kalangan menengah.
Tipe atap trompesan dan pegun biasanya digunakan sebagai bentuk atap bangunan-bangunan penunjang lain seperti langghar, dapur, dan kandang.
2. Langghar
Langghar merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat manjalankan ibadah Gambar 24. Bangunan ini merupakan bangunan yang
sangat penting karena berfungsi sebagai tempat orang tua memberikan nasihat kepada putra-putrinya. Selain itu langghar juga digunakan sebagai tempat tidur
anak laki-laki yang telah akil baligh, melakukan musyawarah keluarga, dan menerima tamu laki-laki. Dalam konsep budaya madura, langghar menempati
posisi guru dalam tanean. Hal ini didasarkan pada fungsi langghar sebagai penjaga dan penerus nilai-nilai budaya dalam keluarga.
Langghar dibangun di ujung barat tanean berhadapan langsung dengan pintu masuk tanean agar pemilik tanean dapat mengawasi keseluruhan tanean.
Keberadaan langghar menandai eksistensi sebuah tanean. Tanean diakui sebagai kelompok rumah yang mandiri apabila telah dibangun langghar baru di
halamannya. Sehingga dengan kata lain langghar merupakan orientasi utama dalam tanean. Bangunan langghar umumnya berupa rumah panggung setingi
lebih kurang 1 m dengan ukuran 3x4 m
2
. Bagian yang menghadap ke timur dibiarkan terbuka dan dilengkapi dengan teras. Material bangunan langghar
umumnya dari kayu atau bambu atau tembok semen.
Gambar 24. Letak langghar dalam tanean 3.
Dapur dan kandang Dapur dan kandang Gambar 25 merupakan lambang kemandirian setiap
keluarga yang ada dalam tanean. Setiap rumah dalam tanean memiliki dapur sendiri, sedangkan keberadaan kandang disesuaikan dengan mata pencaharian
masing-masing kepala keluarga. Selain itu dapur juga menjadi simbol area perempuan dalam tanean. Dapur dan kandang dibangun berhadapan dengan
rumah tinggal. Hewan yang diternakkan umumnya adalah sapi. Jumlah sapi yang dimiliki biasanya menjadi tolak ukur kekayaan seseorang.
Gambar 25. Dapur dan kandang 4.
Tanean Tanean merupakan ruang terbuka yang berada di tengah-tengah komplek
bangunan. Tanean berfungsi sebagai pusat interaksi sosial antar anggota keluarga yang tinggal dalam tanean. Selain itu tanean juga berfungsi sebagai tempat
menjemur hasil pertanian dan menyelenggarakan hajatan. Apabila pemilik tanean memiliki banyak anak perempuan, maka tanean akan berkembang memanjang
sehingga disebut dengan tanean lanjhang Gambar 26.
Gambar 26. Rumah mejhi yang berkembang menjadi tanean lanjhang Bentukan lahan tanean umumnya datar dan menjadi bidang dasar bagi
bangunan-bangunan diatasnya. Keberadaan taneyan menyatukan elemen bangunan sehingga menimbulkan harmonisasi antar elemen. Ruang dengan
bentukan datar pada taneyan memberikan kesan terbuka, netral, dan stabil. 5.
Pagar Hidup Pagar hidup merupakan barisan pohon dan semak yang ditanam
mengelilingi tanean. Desain penanaman pagar hidup sengaja dibuat agar tumbuh rapat sehingga dapat menjadi penanda batas area tanean dan melindungi penghuni
tanean dari serangan musuh. Adanya pagar hidup ini merupakan bentuk defense penghuni tanean dari musuh-musuh yang mungkin ada serta menjadi batas
teritorial kekuasaan pemilik tanean.