elemen roma tongghu merupakan bentuk manifestasi konsep bappa-babbhu. Langghar adalah elemen dalam rumah tinggal yang berfungsi sebagai tempat
melaksanakan ibadah dan memberikan pendidikan agama bagi anak-anak. Selain itu langghar juga berfungsi sebagai tempat dilaksanakannya musyawarah
keluarga. Berdasarkan fungsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan langghar dalam rumah tinggal merupakan manifestasi konsep guru-rato.
Gambar 16. Manifestasi konsep hidup masyarakat Madura pada spot permukiman
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Permukiman Tradisional Madura
Permukiman tradisional Madura dibentuk oleh kelompok-kelompok rumah dipisahkan oleh lahan garapan atau jalan. Kelompok-kelompok rumah dibangun
di sepanjang sisi jalan raya atau jalan setapak atau ditengah-tengah lahan pertanian. Pola permukiman tradisional madura terbentuk dari kombinasi tatanan
rumah-rumah tradisional, jalan, dan lahan pertanian Gambar 17. Fasilitas seperti lapangan dan masjid merupakan tempat berkumpul bagi masyarakat dan
umumnya terletak di pusat desa. Masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat umumnya diselesaikan dengan musyawarah yang dipimpin oleh kiai atau kalebun
kepala desa atau sesepuh kampung.
Gambar 17. Karakter permukiman tradisional Madura Lanskap permukiman Desa Lenteng Timur didominasi oleh permukiman
rumah tinggal dan lahan pertanian. Struktur permukiman dibentuk oleh kelompok- kelompok rumah tinggal, lahan pertanian, dan jalan lingkungan sebagai akses
utama. Pola permukiman berbentuk cluster yang dipisahkan oleh jalan dan lahan pertanian. Setiap kluster terdiri dari satu atau lebih kelompok rumah yang setiap
kelompok rumah tersebut memiliki hubungan kekerabatan. Kelompok-kelompok rumah tersebut umumnya dipisahkan oleh pagar yang mengelilingi komplek
perumahan. Pagar tersebut dapat berupa pagar hidup atau pagar tembok Gambar 18.
Pola permukiman tradisional Madura yang berbentuk kelompok-kelompok permukiman ini sesuai dengan pendapat Leibo 1986 bahwa salah satu bentuk
pola permukiman di perdesaan adalah cluster village yaitu rumah-rumah mengelompok dengan dikelilingi lahan pertaniannya. Selain itu pola permukiman
tradisional Madura juga merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi alam, sebagai bentuk pertahanan defense, dan jenis mata pencaharian. Kondisi alam
yang kering dan kurang subur menyebabkan masyarakat Madura berkumpul dan mendirikan rumah tinggal di lahan yang subur dan dekat dengan sumber air. Pola
cluster atau berkelompok merupakan bentuk pertahanan dari gangguan musuh dan hewan liar. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hastijanti 2005 bahwa elemen
permukiman Madura yang berbentuk tanean lanjhang dan kampung mejhi merupakan elemen yang mengakomodir ritual carok. Mata pencaharian penduduk
madura sebagai petani mempengaruhi karakter permukiman sehingga tampak selalu dekat dengan lahan pertanian. Tanah sebagai lahan pertanian tidak dapat
dipisahkan dari permukiman tradisional Madura karena rumah tinggal hampir selalu dibangun didekat lahan garapan. Penelitian de Jonge 1989 bahkan
menyebutkan bahwa komplek rumah tinggal tradisional madura yang disebut tanean lanjhang tidak dapat dipisahkan dari lahan garapan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rapoport 1969 bahwa pola permukiman tradisional dipengaruhi oleh bentuk tapak, upaya petahanan, dan aspek ekonomi.
Gambar 18. Pagar hidup pada rumah tinggal madura
6.2 Faktor-Faktor Pembentuk Permukiman Tradisional Madura
Permukiman tradisional Madura dibentuk oleh kombinasi tiga faktor dominan, yaitu faktor strata sosial, faktor religi, dan faktor kekerabatan. Ketiga
faktor tersebut membentuk ruang permukiman pada skala meso ketetanggaan berdasarkan aktivitas masyarakat Madura.
6.2.1 Faktor Strata Sosial
Permukiman tradisional Madura sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Madura. Kebudayaan yang berhubungan dengan strata sosial merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi bentuk permukiman. Strata sosial di Madura dibagi menurut beberapa sudut pandang sehingga lapisan antar golongan saling
bertumpang tindih. Pelapisan sosial masyarakat Madura dalam hal keagamaan membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yaitu kiai, santre dan benne santre.
Penggolongan ini merupakan bentuk strata yang masih kuat di masyarakat. Kyai sebagai golongan tertinggi memegang peranan penting dalam masyarakat yaitu
sebagai guru yang memberikan teladan dan sumber ilmu keagamaan sehingga seorang kyai sangat dihormati. Ada kepercayaan yang menyebutkan bahwa orang