industri,perdagangan, maritim dan pendidikan, Madura berpotensi untuk berkembang lebih maju. Oleh karena itu, keberadaan jembatan Suramadu,
memberi harapan baru bagi masyarakat Madura.
Namun demikian, dampak negatif dari pembangunan suramadu harus tetap diwaspadai. Aktivasi jembatan Suramadu akan menimbulkan perubahan sosial
masyarakat Madura yang selama ini dikenal masyarakat agraris. Sebagian kalangan berpandangan, pola kehidupan warga Madura akan diwarnai
industrialisasi.
Dalam persoalan ini, kondisi Madura yang diasosiasikan sebagai masyarakat yang religius agamis Islam seharusnya sangat relevan sebagai modal dasar
dalam rangka membentengi nilai-nilai luhur kearifan lokal dari ekses negatif globalisasi dan modernisasi. Sejalan dengan itu, pemerintah daerah hendaknya
dapat merekontruksi kebijakan yang pro budaya lokal, dengan cerdas dan kritis dalam menyikapi perkembangan industrialisasi nantinya.
Salah satu bentuk kemajuan dan perkembangan di Madura pasca pembangunan jembatan suramadu adalah mulai berkembangnya bisnis perumahan
sebagai dampak dari pengembangan industri dan perdagangan di Pulau Madura. Para pengembang perumahan yang saat ini mulai membuka lahan permukiman
baru dengan mengadaptasi bentuk-bentuk perumahan yang telah berkembang di Pulau Jawa. Disisi lain, Madura juga memiliki nilai-nilai kearifan dalam menata
permukimannya. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini diharapkan perkembangan perumahan di Madura tidak melupakan nilai-nilai budaya lokal sehingga budaya
baru tetap dapat diterima oleh masyarakat.
Integrasi budaya lokal pada era modernisasi bukan dimaksudkan untuk menghambat proses kemajuan pembangunan, melainkan dimaksudkan agar nilai-
nilai budaya lokal yang menjadi karakter masyarakat tetap menjadi acuan dalam merencanakan pembangunan di Madura.
VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Permukiman tradisional Madura dibentuk oleh kelompok-kelompok rumah yang memiliki ikatan kekerabatan. Setiap kelompok rumah ini dipisahkan oleh
lahan pertanian atau jalan. Masjid menjadi pusat orientasi kegiatan sosial dan keagamaan. Pola permukiman tradisional Madura sangat dipengaruhi oleh budaya
dan falsafah hidup yang berkembang di masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat madura terdapat konsep buppa-babbu-guru-rato. Konsep ini merupakan hierarki
penghormatan yang harus dilakukan orang madura, yaitu kepada orang tua bappa-babbu, guru kyai, dan pemerintah rato.
Permukiman tradisional Madura dibentuk oleh kombinasi tiga faktor, yaitu faktor strata sosial, faktor religi, dan faktor kekerabatan. Faktor strata sosial yang
masih kuat keberadaannya di masyarakat dan mempengaruhi pola permukiman adalah strata sosial berdasarkan aspek keagamaan. Faktor religi membentuk ruang
permukiman dengan masjid dan komplek rumah kyai sebagai pusat orientasi kegiatan masyarakat. Faktor kekerabatan berperan dalam tata ruang permukiman
secara mikro.
Elemen permukiman tradisional Madura terdiri dari rumah tinggal tradisional, lahan pertanian, masjid, dan tanah pemakaman. Dalam rumah tinggal
tradisional madura dikenal dua pola yaitu pola tanean lanjhang dan pola mejhi. Elemen penyusun rumah tinggal, baik dengan pola tanean lanjhang maupun
mejhi, adalah rumah induk dan rumah anak jika ada, langghar, dapur, kandang, pagar hidup. Lahan pertanian berada disekitar rumah tinggal dan memisahkan
antara kelompok rumah yang satu dengan kelompok rumah yang lain.
Tata ruang permukiman tradisional Madura dibedakan menjadi tata ruang permukiman secara makro dan mikro. Tata ruang permukiman secara makro
membedakan ruang permukiman menurut fungsi, sifat, dan aspek kepercayaan. Tata ruang permukiman secara mikro membagi ruang menurut hubungan
kekerabatan dan fungsi penggunaan ruang.
Konsep desain permukiman tradisional madura adalah permukiman dengan desain cluster dengan pembagian ruang permukiman berupa ruang privat, ruang
publik, dan ruang terbuka privat. Konsep vegetasi didasarkan pada aspek fungsi vegetasi sebagai buffer dan produksi. Sirkulasi dalam permukiman dibagi menjadi
sirkulasi pada jalan utama dan sirkulasi pada jalan lingkungan. Sirkulasi pada jalan lingkungan cenderung tidak memiliki pola yang jelas dan tegas.
6.2
Saran
Beberapa saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Konsep desain permukiman tradisional madura hendaknya dapat diterapkan pada perumahan-perumahan di madura yang saat ini tengah berkembang agar
nilai-nilai budaya madura tetap terjaga. 2.
Pengembangan desain permukiman dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai lokal dan pandangan hidup masyarakat madura
DAFTAR PUSTAKA
Altman I. 1975. The Environment and Social Behviour. Monterey CA: Wadsworth
Anonim. 1992. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Permukiman. Bintoro D. 2010. Evaluasi Dampak Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu.
[jejaring berkala] http:visitsuramadu.wordpress.com20100603 Booth NK. 1988. Basic Elements of Landscape Architechtural Design. New York:
Waveland Press Inc. Badan Pusat Statistik.2010. Sumenep dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sumenep : Sumenep Brower SN. 1976. Territory in Urban Setting dalam Altman 1980, Human
Behaviour and Environment. Plenary Press: NY and London Burhanuddin. 2010. Karakteristik Teritorialitas Ruang Pada Permukimna Padat
di Perkotaan. Jurnal Ruang Vol.2 1, Maret. Citrayati N. 2008. Permukiman Masyarakat Petani Garam Di Desa Pinggir
Papas, Kabupaten Sumenep. Arsitektur e-Journal, Vol.11. De Jonge H. 1989. Madura Dalam Empat Zaman : Perdagangan, Perkembangan
Ekonomi, Dan Islam, Suatu Studi Antropoogi Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia
Dhofier Z. 1994. Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3ES : Jakarta
Dwi A. Antariksa. 2005. Studi Karakteristik Pola Permukiman Di Kecamatan Labang Madura. Jurnal ASPI. 4 2: 78-93.
Fauzia L. 2006. Karakteristik Permukiman Taneyan Lanjhang di Kecamatan Labang Madura. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas
Brawijaya. Fireza.
2008. Landscape
by Beliefes.
[jejaring berkala]
http:ruanghijau.wordpress.com.20081210perencanaan-dan-desain- lanskap
Geertz C. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Haryadi dan Setaiwan B. 2010. Arsitektur, Lingkungan, dan Perilaku. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hasan R.
2008. Surau
dalam Rumah
Keluarga Madura
[jejaring berkala].http.nutaffside.gunadarma.ac.idblograziq_hasan [24 Juni 2010]
Hastijanti R.
2005. Pengaruh
Ritual Carok
terhadap Pemukiman
TradisionalMadura. Surabaya: Dimensi Teknik Arsitektur Volume 331 Hidayah H. 1996. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES