Berdasarkan kriteria statistik, selisih harga riil pulp Indonesia tahun ke-t dan laju pertumbuhan harga kertas Indonesia tahun ke-t tidak signifikan terhadap
permintaan pulp Indonesia. Pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi data historis bahwa dalam kurun waktu 1989 sampai 2011 laju pertumbuhan rata-rata
permintaan pulp sebesar 12,83 persen. Harga kertas tidak berpengaruh pada permintaan pulp, hal ini menunjukkan bahwa permintaaan pulp Indonesia lebih
dipengaruhi oleh produksi kertas Indonesia. Permintaan pulp Indonesia tahun ke-t dipengaruhi oleh produksi kertas
Indonesia tahun ke-t secara signifikan dengan nilai parameter peubah produksi kertas Indonesia tahun ke-t sebesar 0,4811 yang berarti bahwa setiap peningkatan
satu juta ton produksi kertas Indonesia akan meningkatkan permintaan pulp tahun ke-t sebesar 0,4811 juta ton pulp. Respon permintaan pulp terhadap perubahan
produksi kertas Indonesia dalam jangka pendek bersifat inelastis yang berarti produksi kertas naik satu persen hanya menyebabkan kenaikan permintaan pulp
lebih rendah dari satu persen.
5.1.2. Penawaran Pulp Indonesia
Analisis yang dilakukan terhadap penawaran pulp di Indonesia merupakan persamaan identitas dari penjumlahan produksi pulp Indonesia dengan impor pulp
Indonesia dikurangi ekspor pulp Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi produksi,
impor, dan ekspor pulp Indonesia akan mempengaruhi penawaran pulp Indonesia. Selanjutnya, perubahan penawaran pulp Indonesia akan memberikan pengaruh
kepada variabel endogen lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.1.3. Produksi Pulp Indonesia
Hasil estimasi persamaan produksi pulp di Indonesia mempunyai nilai R
2
sebesar 0,9299 ditunjukkan pada Tabel 15. Sebesar 92,99 persen keragaman produksi pulp di Indonesia dapat dijelaskan melalui variabel-variabel harga riil pulp
Indonesia tahun ke t, harga riil log kayu bulat Indonesia tahun ke t-1, suku bunga kredit riil investasi Indonesia tahun ke t-1, dan trend waktu dari produksi pulp tahun
ke-t-1 sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model tersebut. Dapat diketahui bahwa produksi pulp Indonesia dipengaruhi secara
positif oleh harga riil pulp Indonesia, trend waktu, dan produksi pulp Indonesia t-1.
Adapun harga riil log kayu bulat Indonesia t-1 dan suku bunga kredit riil investasi Indonesia t-1 mempengaruhi produksi pulp secara negatif.
Tabel 15. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Produksi Pulp Indonesia
Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Prob|t| Variabel label
SR LR
Intercept 1,4525
0,1627 HRPI
0,0001 0,1034
0,225 0,2352
Harga riil pulp Indonesia tahun ke t
LHRLI -5,98E-06
-0,1912 -0,4159
0,2286 Harga log kayu bulat
tahun ke t-1 LSBKRI
-0,0454 -0,1152
-0,2506 0,0087
Suku bunga kredit riil Indonesia tahun ke t-1
T 0,078
0,2011 Trend waktu tahun ke t LQPI
0,5402 0,0265
Produksi pulp Indonesia tahun t-1
R-squared 0,9299 Prob|f|
,0001 Durbin h
stat -
Keterangan: berpengaruh nyata taraf α= 5
berpengaruh nyata taraf α= 10
berpengaruh nyata taraf α= 15
berpengaruh nyata taraf α= 20
Sumber : Data diolah 2014
Harga riil pulp Indonesia tahun ke-t tidak berpengaruh pada produksi pulp Indonesia tahun ke-t karena tujuan produksi pulp Indonesia lebih ditekankan untuk
ekspor pulp. Harga riil log kayu t-1 tidak berpengaruh pada produksi pulp Indonesia karena produksi pulp sangat memerlukan log kayu bulat sehingga berapapun variasi
harganya maka industri pulp akan tetap membelinya Suryandari, 2008. Tren
waktu pada persamaan produksi tidak berpengaruh karena teknologi industri pulp sudah tua. Keberadaan industri pulp dan kertas sudah ada sejak tahun 1923 sehingga
membutuhkan dana untuk merevitalisasi mesin-mesin produksi pulp dan kertas yang sudah tua Situmorang, 2005.
Peningkatan suku bunga kredit riil investasi di Indonesia tahun ke-t sebesar satu persen akan menurunkan produksi pulp Indonesia tahun ke-t sebesar 0,0454
juta ton pulp, ceteris paribus. Kemudian bila dilihat berdasarkan keofisien elastisitas, respon produksi pulp Indonesia terhadap suku bunga riil Indonesia t-1
bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini berarti jika pemerintah ingin meningkatkan produksi industri pulp memerlukan kebijakan
penurunan suku bunga kredit riil investasi yang cukup besar.