Dampak subsidi suku bunga kredit investasi dan peningkatan tarif impor kertas pada permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia
PENINGKATAN TARIF IMPOR KERTAS PADA
PERMINTAAN DAN PENAWARAN
PULP DAN KERTAS
DI INDONESIA
ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
(3)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Subsidi Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas pada Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pengguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Anggriani Oktavia Sitanggang NIM H44100006
(4)
(5)
ABSTRAK
ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG. Dampak Subsidi Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas pada Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia. Dibimbing oleh NOVINDRA.
Pulp merupakan salah satu bahan baku utama dalam memproduksi kertas, sehingga ketersediaan jumlah produksi pulp dapat mempengaruhi jumlah produksi kertas. Produksi pulp dan kertas yang tinggi belum mampu mencukupi kebutuhan permintaan pulp dan kertas dalam negeri. Peran pemerintah dalam penurunan suku bunga kredit riil investasi dan peningkatan tarif impor kertas sangat diharapkan demi meningkatkan produksi pulp dan kertas dalam negeri serta melindungi industri kertas Indonesia dari aktivitas impor. Penelitian ini dianalisis menggunakan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Spesifikasi model Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas terdiri dari 16 persamaan (14 persamaan struktural dan dua persamaan identitas). Dengan adanya penerapan kebijakan subsidi suku bunga kredit investasi bagi industri pulp dan kertas akan meningkatkan produksi industri pulp dan kertas. Peningkatan tarif impor kertas akan melindungi industri kertas dalam negeri dari produk-produk kertas dari industri luar negeri.
Kata kunci : penawaran, permintaan, pulp dan kertas, subsidi suku bunga kredit, tarif impor kertas
(6)
ABSTRACT
ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG. The Impact of Real Interest Rate Subsidy for Investement and Increase of Import Tariff for Paper on Supply and Demand for Pulp and Paper in Indonesia. Supervised by Novindra.
Pulp in one of the main materials in producing paper so that the availabilty of the quantity production of pulp may influence the quantity of the paper production. The high production of pulp and paper have not yet fullfilled necessary demand pulp and domestic. The goverment role in the decline interest rate for investement and the increase of tariff imported paper are expected to increase the production of pulp and domestic paper and to protect the industry domestic paper from import activity. This research is analysed by using econometric model inside in a form of equations. The specification of the model of Demand and Supply pulp and paper consisting of 16 equations (14 structural equations and two identity equations). By the implementation of the policy of the real interest rate subsidy for investement pulp industry and paper will increase the production of pulp and paper. The increase of the tariff imported paper will protect the industry of domestic paper from the foreign paper production.
Keywords: demand, import tariff for paper, paper and pulp, real interest rate subsidy for investment, supply
(7)
DAMPAK SUBSIDI SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI DAN
PENINGKATAN TARIF IMPOR KERTAS TERHADAP
PERMINTAAN DAN PENAWARAN
PULP DAN KERTAS
DI INDONESIA
ANGGRIANI OKTAVIA SITANGGANG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(8)
(9)
(10)
(11)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur kepada Yesus Kristus yang telah memberikan berkat-Nya pada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ayahanda (Muliater Sitanggang), Ibunda (Tioman br Limbong), dan abang (Sariaman, Jekson, Roni, Andre) serta kakak ku (Sussy) atas segala doa dan semangat, dukungan moril dan materil serta curahan kasih sayangnya kepada penulis.
2. Novindra, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan semangat, perhatian, dukungan, bimbingan, motivasi, saran, dan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ir. Ujang, M.Si sebagai dosen penguji utama skripsi yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Faroby Falatehan, sebagai dosen pembimbing akademik, atas bimbingan dan perhatiannya selama penulis menjalani perkuliahan.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
6. Staf Bidang Sosial Ekonomi Kehutanan (Prof Bintang), Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan (Jeremy), Kementerian Perindustrian (Daniel) atas kerjasama dalam penyediaan data yang dibutuhkan oleh penulis.
7. Teman-teman sebimbingan: Miranti, Satria, Dewi, Dian, Astari dan Neneng atas segala semangat dan perhatiannya; serta dan ESL 47 atas kebersamaannya selama ini.
8. Sahabat-sabahat terbaikku: Angga, Anissa, Vinsen, Olga, Yeni, Oktaviola, Entin, Shara, Andre, Agusnu, Atika, Taufik dan kakak ESL 46 yaitu Kak Fitri, Kak Rere, Kak Yuni, Kak Nelis, Kak Diena, Bang Rico Taolin, Bang Beba, Kak Eny, Kak Reni atas persahabatan dan persaudaraannya selama ini.
9. Kekasih ku Koko yang selalu mendampingin dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi selama ini.
10. Semua pihak yang selama ini telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, November 2014
(12)
(13)
PRAKATA
Terima kasih Tuhan Yesus Kristus, Engkau membuat segala sesuatu indah pada waktunya, semua dicapai bukan karena kuat dan gagahnya penulis. Penyertaan dan pertolonganMulah yang memampukan penulis menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Dampak Subsidi Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas pada Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Novindra, SP,M.Si selaku dosen pembimbing telah banyak mengarahkan dan memberikan ilmu kepada penulis. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Prof Bintang Simangungsong selaku dosen Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data. Terima kasih juga kepada bapak, ibu, serta keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat.
Bogor, November 2014
(14)
DAFTAR ISI
Nomor Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Produksi kayu bulat ... 11
2.2. Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri di Indonesia ... 12
2.3. Produksi Pulp dan kertas ... 13
2.4. Konsumsi Pulp dan Kertas ... 16
2.5. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Pulp dan Kertas ... 17
2.5.1. Kebijakan tahun 1980 sampai 1997 ... 17
2.5.2. Kebijakan pada tahun 1998-2001 ... 18
2.5.3. Kebijakan pemerintah pada tahun 2001-sekarang... 18
2.6. Studi Penelitian Terdahulu ... 19
2.6.1. Penelitian tentang analisis permintaan dan penawaran ... 19
2.6.2. Penelitian tentang pasar Pulp dan Kertas ... 20
2.6.3. Penelitian tentang pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap komoditas kehutanan ... 21
2.7. Pembaruan Penelitian ... 22
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27
3.1. Fungsi Produksi dan Penawaran Pulp dan Kertas ... 27
3.2. Permintaan Pulp Oleh Industri Kertas ... 28
3.3. Permintaan Kertas Oleh Industri Turunan Kertas ... 29
3.4. Harga Pulp dan Kertas ... 30
3.5. Teori Permintaan dan Penawaran ... 31
3.6. Suku Bunga Kredit Investasi ... 32
3.7. Teori Perdagangan Internasional ... 35
(15)
3.9. Kerangka Pemikiran Operasional ... 39
IV. METODE PENELITIAN ... 42
4.1. Jenis dan Sumber Data ... 42
4.2. Metode Analisis Data ... 42
4.2.1. Spesifikasi model permintaan dan penawaran pulp dan kertas 42
1. Permintaan Pulp Indonesia ... 44
2. Penawaran Pulp Indonesia ... 44
3. Produksi Pulp Indonesia ... 45
4. Harga Riil Pulp Indonesia ... 45
5. Ekspor Pulp Indonesia... 46
6. Harga Riil Ekspor Pulp Indonesia ... 46
7. Impor Pulp Indonesia ... 46
8. ` Harga Riil Impor Pulp Indonesia ... 47
9. Permintaan Kertas Indonesia... 47
10. Penawaran Kertas Indonesia ... 48
11. Produksi Kertas Indonesia... 48
12. Harga Riil Kertas Indonesia ... 48
13. Ekspor Kertas ... 49
14. Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia ... 49
15. Impor Kertas... 50
16. Harga Riil Impor Kertas ... 50
4.2.2. Identifikasi Model ... 50
4.2.3. Metode Pendugaan Model ... 51
4.2.4. Pengujian Model ... 52
4.2.5. Validasi Model ... 55
4.2.6. Simulasi Model ... 55
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN PULP DAN KERTAS DI INDONESIA ... 57
5.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model ... 57
5.1.1. Permintaan Pulp Indonesia ... 58
5.1.2. Penawaran Pulp Indonesia ... 59
5.1.3. Produksi Pulp Indonesia... 59
5.1.4. Harga riil pulp Indonesia... 61
5.1.5. Ekspor Pulp Indonesia ... 62
5.1.6. Harga Riil Ekspor Pulp ... 63
(16)
5.1.8. Harga Riil Impor Pulp Indonesia ... 66
5.1.9. Permintaan Kertas Indonesia ... 67
5.1.10. Penawaran Kertas Indonesia ... 68
5.1.11. Produksi Kertas Indonesia ... 68
5.1.12. Harga Riil Kertas Indonesia ... 70
5.1.13. Ekspor Kertas Indonesia ... 71
5.1.14. Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia ... 72
5.1.15. Impor Kertas Indonesia ... 73
5.1.16. Harga Riil Impor Kertas Indonesia ... 74
VI. EVALUASI DAMPAK SUBSIDI SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI DAN PENINGKATAN TARIF IMPOR KERTAS TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAAN PULP DAN KERTAS ... 76
6.1. Hasil Validasi Model ... 76
6.2. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model ... 76
6.3. Pemberian Subsidi Suku Bunga Kredit Riil Investasi ... 76
6.4. Peningkatan Tarif Impor Kertas Indonesia... 77
6.5. Ringkasan Hasil ... 78
VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 79
7.1. Simpulan ... 79
7.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN ... 87
(17)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (dalam Triliun Rupiah) ... 1
2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, dalam Sektor Industri Pengolahan Tahun 2007-2011(dalam Triliun Rupiah)... 2
3. Produksi Kayu Bulat Berdasarkan Sumber Produksi (dalam juta m3) ... 3
4. Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun
2007-2011 ... 4
5. Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Terealisir Industri Pulp dan Kertas Tahun 2007-2011 ... 4
6. Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 ... 5
7. Perbandingan Harga Pulp Dunia dan Harga Pulp Domestik ... 6
8. Perkembangan Impor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 .... 7
9. Jumlah Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011 ... 7
10. Produksi Kayu Bulat (juta m3) dari Berbagai Sumber Kawasan Hutan Tahun 1994-2011 ... 12
11. Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri Pulp di Indonesia ... 13
12. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian " Dampak Suku Bunga Kredit Investasi dan Peningkatan Tarif Impor Kertas terhadap Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia" dengan Penilitian Terdahulu ... 23
13. Range Statistik Durbin-Watson ... 54
14. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan
Permintaan Pulp Indonesia ... 58
15. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Produksi Pulp Indonesia ... 60
16. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Pulp Indonesia ... 62
17. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Ekspor Pulp Indonesia ... 63
18. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Ekspor Pulp Indonesia ... 64
19. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Impor Pulp Indonesia ... 65
20. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Impor Pulp Indonesia ... 66
(18)
21. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan
Permintaan Kertas Indonesia... 67
22. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Produksi Kertas Indonesia... 69
23. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Kertas Indonesia ... 70
24. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Ekspor Kertas Indonesia ... 71
25. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Ekspor Kertas Indonesia ... 72
26. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Impor Kertas Indonesia ... 73
27. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas pada Persamaan Harga Riil Impor Kertas Indonesia ... 75
28. Hasil Simulasi Historis Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia tahun 2001-2011 ... 77
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas Tahun 1989-2011 ... 142. Perkembangan Konsumsi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 1989-2011 ... 17
3. Kurva Permintaan... 31
4. Kurva Penawaran ... 32
5. Mekanisme Perdagangan Internasional... 34
6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 41
7. Kerangka Model Hipotesis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas di Indonesia ... 43
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data dan Sumber Data Model Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas tahun 1989-2011 ... 88
2. Nama Variabel yang Digunakan dalam Model Permintaan dan
Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ... 91
3. Program Komputer Estimasi Parameter Model Permintaan dan
Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ... 92 4. Hasil Estimasi Parameter dalam Model Permintaan dan Penawaran
Pulp dan Kertas Indonesia ... 96 5. Program Komputer Validasi Parameter Model Permintaan dan
Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ... 109 6. Hasil Validasi Parameter dalam Model Permintaan dan Penawaran
Pulp dan Kertas Indonesia ... 114 7. Program Komputer Simulasi Parameter Model Permintaan dan
Penawaran Pulp dan Kertas Indonesia ... 119 8. Hasil Simulasi Model ... 124
(20)
(21)
Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia karena kontribusinya terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) paling besar dibandingkan sektor lapangan usaha lainnya seperti perdagangan, hotel, restoran (14,96 persen), dan pertanian (14,03 persen). Rata-rata kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 27,61 persen yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (dalam Triliun Rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Rata-rata Kontribusi
(persen) 1. Pertanian 271,51 284,62 295,88 304,78 315,04 14,03 2. Pertambangan
dan Penggalian 171,28 172,49 180,20 187,15 190,14 6,96 3. Industri
Pengolahan 538,08 557,76 570,10 597,13 633,78 27,61 4. Listrik, Gas dan
Air Bersih 13,51 14,99 17,14 18,05 18,89 0,79 5. Konstruksi
121,81 131,01 140,27 150,02 159,12 6,69 6. Perdagangan,
Hotel dan
Restoran 340,44 363,82 368,46 400,47 437,47 14,96 7. Pengangkutan
dan
Komunikasi
142,33 165,91 192,19 217,98 241,30 9,15
8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perdagangan
183,66 198,79 209,16 221,02 236,15 9,99
9. Jasa-jasa 181,71 193,05 205,43 217,84 232,66 9,82 Total 1.964,33 2.082,44 2.178,83 2.314,44 2.464,55
Sumber: BPS, diolah (2013)
Sektor industri pengolahan terdiri atas dua bagian, yaitu industri migas dan non migas. Salah satu subsektor industri pengolahan non migas adalah pulp dan kertas. Pulp dan kertas merupakan salah satu subsektor yang juga memberikan kontribusi pada PDB sektor industri pengolahan (Tabel 2).
(22)
Tabel 2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, dalam Sektor Industri Pengolahan Tahun 2007-2011(dalam Triliun Rupiah)
Sektor industri
Pengolahan 2007 2008 2009 2010 2011
Rata-rata kontri-busi (persen) Rata-rata laju pertum-buhan (persen) a.Migas 47,80 47,70 46,90 47,20 46,80
1.Pengilangan
Minyak Bumi 20,80 20,90 21,10 21,30 21,50 3,65 0,82 2.Gas Alam
Cair(LNG) 27,00 26,70 25,90 25,90 25,30 4,53 1,64 b.Non Migas 490,30 510,10 523,2 550,00 587,00
1.Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
136,70 139,90 155,6 159,90 174,60 26,42 5,87
2.Industri Tekstil, Barang dan Kulit dan Alas Kaki
52,90 51,00 51,30 52,20 56,10 9,11 1,38
3.Industri Kayu dan Produk lainnya
19,70 20,30 20,10 19,40 19,40 3,42 -0,41
4.Industri Produk Kertas dan Percetakan
25,90 25,50 27,10 27,50 27,90 4,62 1,80
5.Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet
65,50 68,40 69,50 72,80 75,70 12,15 3,54
6.Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam
16,20 16,00 15,90 16,30 17,40 2,82 1,74
7.Industri Logam Dasar Besi dan Baja
8,20 8,00 7,70 7,90 8.90 1,40 1,84
8.Industri Peralatan, Mesin dan Perlengkapan Transportasi
161,40 177,20 172,1 189,90 202,90 31,15 5,43 9. Produk Industri
Pengolahan lainnya
3,80 3,80 3.90 4,00 4,10 0,67 1,87
Total PDB sektor industri
pengolahan
538,10 557,80 570,10 597,10 633,80
(23)
Pada sektor industri pengolahan, rata-rata kontribusi pulp (industri kayu dan produk lainnya) dan kertas berada pada peringkat delapan besar dari sebelas subsektor industri pengolahan. Kontribusi pulp dan kertas dari tahun 2007 sampai 2011 masing-masing sebesar 3,42 persen dan 4,62 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan pulp sebesar -0,41 persen dan kertas sebesar 1,80 persen. Penyebab dari rata-rata laju pertumbuhan pulp yang menurun karena adanya kendala kelangkaan bahan baku kayu dalam proses produksi pulp (Simangunsong, 2007).
Pulp dan kertas merupakan salah satu hasil olahan kayu yang diproduksi oleh kawasan hutan. Luas kawasan hutan di Indonesia tahun 2011 mencapai 134,27 juta ha (Kementerian kehutanan, 2011) dan dari luasan kawasan hutan tersebut ada beberapa jenis hutan (IUPHHK-HA, IPK dan ISL, Perhutani, IUPHHK-HTI atau yang sering disebut Hutan Tanaman Industri (HTI)) yang boleh dimanfaatkan hasil kayu bulatnya, seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Kayu Bulat Berdasarkan Sumber Produksi (juta m3)
Tahun
Hutan alam Hutan Tanaman
IUPHHK-HA
Hutan konversi (IPK) dan
izin sah lainnya(ISL)
Perhutani IUPHHK-HTI
Sumber
Lainnya Total
2007 6,43 4,39 0,04 20,61 0,70 31,47
2008 4,62 2,76 0,09 22,31 2,19 29,78
2009 4,85 6,61 0,08 18,95 3,80 30,49
2010 5,25 14,48 0,09 18,55 3,72 38,37
2011 5,08 0,6 0,11 19,84 21,78 25,63
Rata-rata
kontribusi 1,02 0,12 0,02 3,97 4,36
Keterangan: IUPHHK-HA adalah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam IPK adalah Izin Pemanfaatan Kayu
Perhutani adalah Perusahaan Hutan milik Negara Indonesia
IUPHHK-HTI adalah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri
Sumber: Kementerian Kehutanan, diolah (2012)
HTI merupakan sumber produksi kayu bulat yang digunakan sebagai input dari produksi pulp. Rata-rata kontribusi HTI dalam total produksi kayu bulat dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 3,97 persen. Produksi kayu bulat pada HTI mempengaruhi produksi industri hilirnya seperti pulp dan kertas.
Menurut Mansyur (2006), Indonesia merupakan salah satu negara produsen pulp dan kertas. Indonesia berada pada peringkat ke sembilan terbesar di dunia
(24)
dalam hal produksi pulp dan berada peringkat ke 12 dalam produksi kertas. Pada Tabel 4 dapat dilihat perkembangan produksi pulp dan kertas dari tahun 2007 sampai 2011.
Tabel 4. Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011
Tahun
Pulp Kertas
Produksi Laju pertumbuhan Produksi Laju pertumbuhan (juta ton) (persen) (juta ton) (persen)
2007 5,28 - 7,73
2008 5,75 8,92 9,73 25,94
2009 5,07 -11,89 9,91 1,82
2010 5,82 14,82 9,91 0
2011 6,56 12,71 10,03 1,27
Rata-rata 5,7 6,14 9,46 7,26
Sumber: FAO, diolah ( 2013)
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan produksi pulp (6,14 persen) lebih kecil daripada rata-rata laju pertumbuhan kertas (7,26 persen), Hal ini dikarenakan rata-rata kapasitas terpasang produksi pulp lebih rendah (7,61 juta ton) dibandingkan kapasitas terpasang industri kertas (12,26 juta ton) pada tahun 2007 sampai 2011. Pada Tabel 5 dapat dilihat perkembangan kapasitas terpasang dan kapasitas terealisir pulp dan kertas dari tahun 2007 sampai 2011. Tabel 5. Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Terealisir Industri Pulp dan
Kertas Tahun 2007-2011
Tahun
Kapasitas Terpasang Kapasitas Terealisir
Pulp Kertas Pulp Kertas
(juta ton) (juta ton) (juta ton) (juta ton)
2007 6,48 11,02 5,28 7,73
2008 7,90 12,17 5,75 9,73
2009 7,90 12,24 5,07 9,91
2010 7,90 12,89 5,82 9,91
2011 7,90 12,98 6,56 10,03
Rata-rata 7,61 12,26 5,69 9,46
Sumber: APKI, 2011
Pada Tabel 5 terlihat bahwa kapasitas terpasang industri pulp dan kertas lebih besar dibandingkan kapasitas terealisir pulp dan kertas. Hal ini dikarenakan sebagian besar mesin-mesin industri yang digunakan oleh industri pulp dan kertas merupakan mesin-mesin industri yang sudah tua (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009). Pernyataan ini juga didukung oleh Situmorang (2009), yang menyatakan industri pulp dan kertas di Indonesia sudah ada dari tahun 1923
(25)
sehingga sangat dibutuhkannya dana yang besar untuk dilakukannya revitalisasi teknologi dalam industri pulp dan kertas di Indonesia.
Tingginya produksi pulp dan kertas memicu Indonesia untuk melakukan ekspor pulp dan kertas. Perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6, dimana rata-rata jumlah ekspor kertas lebih tinggi (3,73 juta ton) daripada rata-rata jumlah ekspor pulp (2,52 juta ton). Ekspor kertas yang cukup tinggi karena industri hilir kertas belum begitu banyak berkembang bila dibandingkan dengan industri hilir pulp. Butuhnya dana investasi yang tinggi merupakan salah satu penyebab industri hilir kertas kurang berkembang di Indonesia (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009).
Tabel 6. Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011
Tahun Pulp Kertas
Ekspor
Laju pertumbuhan (persen)
Ekspor
Laju pertumbuhan (persen) (juta
ton)
(juta ton)
2007 2,33 - 3,67 -
2008 2,62 12,64 3,57 -2,49
2009 2,19 -16,30 3,79 5,99
2010 2,55 16,04 3,91 3,22
2011 2,93 15,23 3,73 -4,69
Rata-rata 2,52 6,90 3,73 0,51
Sumber: FAO, diolah (2013)
Ekspor juga dapat dipengaruhi oleh harga domestik yang pada umumnya lebih rendah daripada harga dunia. Perbandingan harga pulp dan kertas domestik dengan harga pulp dan kertas dunia dapat ditunjukkan oleh Tabel 7. Rata-rata harga pulp dunia sebesar Rp 6.041,96/kg lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga pulp domestik sebesar Rp 4.954,72/kg. Kondisi ini karena jumlah rata–rata impor pulp oleh dunia lebih tinggi (45,65 juta ton) daripada jumlah rata-rata impor pulp oleh Indonesia (0,83 juta ton) pada tahun 2007 sampai 2011.
Rata-rata harga kertas dunia dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar Rp 16.081,46/kg lebih tinggi daripada harga kertas Indonesia sebesar Rp 6.767,43/kg karena jumlah rata-rata impor kertas oleh dunia yang lebih tinggi (110,56 juta ton) daripada jumlah rata-rata impor kertas oleh Indonesia (7,97 juta ton) (FAO, 2013), untuk lebih jelas data impor pulp dan kertas oleh dunia dapat dilihat pada Lampiran 3.
(26)
Tabel 7. Perbandingan Harga Pulp Dunia dan Harga Pulp Domestik
Tahun
Harga Pulp Harga Kertas
Dunia (Rp/kg)
Domestik (Rp/kg)
Dunia (Rp/kg)
Domestik (Rp/kg)
2007 5.655,54 3.858,40 13.685,85 6.721,83
2008 6.565,05 4.124,46 16.851,93 7.000,32
2009 5.314,77 4.702,09 17.352,73 6.316,29
2010 6.370,74 6.672,74 15.319,99 6.892,57
2011 6.303,72 5.415,94 17.196,82 6.906,14
Rata-rata 6.041,96 4.954,73 16.081,46 6.767,43
Sumber: FAO, diolah (2013)
Indonesia tidak hanya melakukan ekspor pulp dan kertas, tetapi juga mengimpor pulp dan kertas. Berdasarkan data Food Agriculture Organization
(2013), jumlah ekspor pulp dan kertas yang dilakukan Indonesia lebih besar dibandingkan jumlah impor pulp dan kertas.
Alasan Indonesia melakukan impor pulp karena a) bahan baku pulp serat panjang belum mampu dipenuhi industri pulp dalam negeri. Mansyur 2006, mengatakan bahwa industri pulp dalam negeri lebih menekankan produksi pulp serat pendek dibandingkan dengan pulp serat panjang. Indonesia lebih menekankan produksi pulp serat pendek karena bahan baku kayu jarum yang menghasilkan pulp serat panjang lebih sedikit dibandingkan dengan kayu berdaun lebar yang menghasilkan pulp serat pendek padahal untuk produksi kertas tertentu dibutuhkan pulp jenis serat panjang dengan kriteria tertentu, misalnya kertas berharga (APKI, 1999) b) adanya perusahaan kertas non integrated yang tidak memiliki industri pulp sehingga karena alasan persaingan maka industri kertas tersebut memilih membeli pulp dari luar, c) kapasitas terpasang indutri pulp dalam negeri lebih rendah dibandingkan kapasitas terpasang industri kertasnya, sehingga digenjotnya ekspor pulp disatu pihak akan memerlukan kompensasi impor untuk memenuhi kekurangan di pasar domestik di lain pihak.
Indonesia melakukan impor kertas karena ada jenis kertas tertentu yang masih sedikit diproduksi di dalam negeri, misalnya kertas khusus (meliputi kertas uang, kertas dekor, kertas label, dan lain-lain) dan kertas kraft, akan tetapi menurut Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (2014), telah terjadi adanya lonjakan impor kertas dan kertas karton. Padahal industri dalam negeri mampu memproduksi jenis kertas yang diimpor tersebut, sehingga menyebabkan industri kertas dalam negeri yang diwakili oleh PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan PT. Pindo Deli
(27)
Pulp dan Paper Mills mengajukan perlindungan agar tidak terjadi kerugian serius bagi industri kertas. Perkembangan kuantitas impor pulp dan kertas akan ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan Impor Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011
Tahun
Pulp Kertas
Impor
Laju pertumbuhan (persen)
Impor
Laju pertumbuhan (persen) (juta
ton)
(juta ton)
2007 0,73 - 0,35 -
2008 0,81 11,97 0,40 16,03
2009 0,88 7,77 0,34 -13,95
2010 0,87 -0,68 0,38 11,13
2011 0,87 -0,42 0,45 18,67
Rata-rata 0,83 4,66 0,39 7,97
Sumber: FAO, diolah (2013)
1.2. Perumusan masalah
Perkembangan jumlah permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 9. Pada tabel tersebut terlihat jelas bahwa Indonesia mengalami kelebihan permintaan (excess demand) pada komoditas pulp dan kertas. Permintaan pulp di Indonesia lebih tinggi daripada penawaran pulp sehingga terjadi excess demand.
Tabel 9. Jumlah Permintaan dan Penawaran Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 2007-2011
Tahun Permintaan a(juta ton) Penawaran b(juta ton) Pulp Kertas Pulp Kertas
2007 4,20 5,99 3,68 4,41
2008 3,80 6,35 3,94 6,56
2009 4,54 6,56 3,75 6,46
2010 4,97 7,75 4,14 6,38
2011 5,52 7,61 4,49 6,76
Rata-rata (juta ton) 4,60 6,85 4,00 6,11
Rata-rata laju pertumbuhan (persen) 7,65 6,45 5,29 13,01 Sumber: aAPKI, 2011;bFAO, 2013.
Excess demand disebabkan oleh produksi pulp di Indonesia yang belum mampu memenuhi permintaan pulp oleh industri kertas. Excess demand dapat dilihat Tabel 9 di mana rata-rata jumlah penawaran pulp (4,0 juta ton) lebih rendah daripada rata-rata jumlah permintaan pulp (4,6 juta ton). Dalam mengatasi excess demand, produksi pulp perlu ditingkatkan. Subsidi suku bunga kredit investasi
(28)
diharapkan dapat meningkatkan produksi pulp dengan meringankan biaya merevitalisasi mesin-mesin industri pulp dan kertas agar kapasitas terpakai sama dengan kapasitas terpasang mesin-mesin produksi pulp dan kertas.
Excess demand kertas disebabkan karena rata-rata jumlah penawaran kertas (6,11 juta ton) lebih tinggi dari rata-rata jumlah permintaan kertas (6,85 persen). Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan akan jenis specialy paper dan sack kraft paper di Indonesia. Kertas khusus yang masih sangat sedikit diproduksi (7,41 ton) sedangkan permintaannya besar (10,45 ton), begitu juga dengan kertas kraft yang produksinya sebesar 5,41 ton sedangkan permintaan sebesar 126,10 ton dari tahun 2005 sampai 2010 (APKI, 2010). Dalam meningkatkan kapasitas produksi jenis
specialy paper dan kraft paper yang masih sangat sedikit diproduksi di Indonesia dibutuhkan dana yang sangat besar, sehingga dibutuhkan subsidi suku bunga kredit riil investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi specialy paper dan kraft paper, dan tindakan yang dilakukan untuk membatasi impor kertas yang mampu diproduksi di Indonesia seperti kertas dan karton maka dibutuhkan kenaikan tarif impor pada jenis kertas tersebut.
Industri pulp dan kertas pada kenyataannya memiliki beberapa kendala, yaitu kendala investasi, perdagangan, dan penanganan lingkungan. Biaya untuk membangun satu unit industri pulp dan kertas dengan kapasitas produksi satu juta ton dapat menghabiskan dana sekitar satu miliyar dollar (Balai Litbang Kehutanan, 2012). Hal ini menggambarkan besarnya dana yang dibutuhkan untuk membangun industri pulp dan kertas padahal dana investasi di Indonesia sangat terbatas. Keterbatasan dana investasi untuk membangun industri pulp dan kertas membuat pemerintah menetapkan kebijakan yang dapat memperbaiki iklim investasi bagi industri pulp dan kertas.
Paket Deregulasi 23 Mei 1995 berisi perizinan untuk membuka proyek perluasan maupun proyek investasi baru bagi perusahaan-perusahaan yang dinilai mampu mengelola hasil hutan untuk keperluan industri pulp dan kertas melalui program Hutan Tanaman Industri (HTI), kebijakan terbaru yang tercantum dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2011 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal dibidang-bidang usaha tertentu atau sering disebut tax alowance berupa pengurangan penghasilan neto sebesar 30
(29)
persen dari jumlah penanaman modal yang dibebankan selama 6 tahun berturut-turut sebesar 5 persen per tahun dengan syarat industri pulp harus memiliki nilai investasi dibawah dua triliun rupiah dengan tenaga kerja lebih besar atau sama dengan 200 orang serta terintegrasi dengan HTI dan bagi industri kertas yang berhak menerima tax alowance harus memiliki persyaratan penerimaan sesuai dengan kualifikasi masing-masng jenis industri kertas tersebut sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 52 tahun 2011. Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk menarik minat investor untuk melakukan investasi sekaligus memperluas usahanya.
Selain kebijakan investasi, pemerintah juga menetapkan kebijakan kebijakan perdagangan dan impor untuk mengembangkan industri pulp dan kertas domestik dengan cara mengubah kebijakan perdagangan pulp dan kertas Indonesia, SK Menteri Keuangan RI nomor 213/KMK.01/1995 isinya pada tahun 1995 bea masuk impor pulp diturunkan dari 5 persen menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas tulis cetak 30 persen ditambah biaya tataniaga diturunkan menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas industri dan kertas tisu 30 persen ditambah biaya tata niaga diturunkan menjadi 15 persen, akan tetapi bea masuk impor kertas koran 5 persen ditambah biaya tataniaga, tetap 5 persen.
Kemudian kebijakan pemerintah yang menangani masalah penanganan lingkungan terdapat pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 Tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan menetapkan tentang eksportir wajib terdaftar, pengaturan Kriteria Teknis Produk (Permendag), Wajib V-Legal, Wajib Verifikasi oleh Surveyor Independent.
Dari berbagai kebijakan tersebut, maka akan mempengaruhi salah satu faktor-faktor permintaan dan penawaran pulp dan kertas domestik dengan demikian beberapa permasalahan dapat dirumuskan menjadi:
1. Faktor-faktor apa saja mempengaruhi penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia?
2. Bagaimana dampak kebijakan subsidi suku bunga kredit investasi dan peningkatan tarif impor kertas terhadap perilaku penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia?
(30)
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis dampak kebijakan domestik terhadap penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia.
2. Mengevaluasi dampak kebijakan subsidi suku bunga kredit investasi dan peningkatan tarif impor kertas terhadap penawaran dan permintaan pulp dan kertas di Indonesia.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis permintaan dan penawaran pulp untuk kertas secara agregat dari jenis pulp chemical wood pulp (HS Code 4702), mechanical wood pulp ( HS Code 4701), other fibre pulp (HS Code 47) serta semi chemical wood pulp (HS Code 4705), dan kertas di Indonesia secara agregrat (umum) dengan jenis kertas koran (HS Code 4801), kertas lain dan board (HS Code 48), kertas tulis dan cetak (HS Code 4802), tanpa membedakan status pengusahaan dan wilayah produksi serta negara tujuan ekspor maupun negara asal impor. Selain itu, penelitian ini menggunakan pulp untuk kertas tanpa membedakan proses pemasakan. Data yang digunakan pada penelitian ini mulai dari tahun 1989 sampai 2011 karena adanya keterbatasan sumber data mengenai pulp dan kertas di Indonesia. Simulasi subsidi suku bunga kredit investasi dalam penelitian ini lebih ditunjukan pada industri pulp dan kertas dikarenakan sebagian besar industri pulp dan kertas dalam negeri menggunakan mesin yang sudah tua (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009).
(31)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produksi kayu bulat
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input merupakan barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi, sedangkan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Pulp merupakan suatu barang output yang dihasilkan dari berbagai macam input sehingga dapat menghasilkan pulp, salah satu barang input yang dibutuhkan adalah kayu bulat.
Produksi kayu bulat Indonesia berasal dari berbagai sumber kawasan hutan. Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999, kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap yang terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi tetap dan hutan produksi sementara. Hutan produksi dibagi atas hutan tanaman alam, hutan tanaman dan lainnya, kemudian hutan tanaman alam dibagi atas tiga yaitu Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan areal konversi atau sering disebut Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) serta Izin Sah Lainnya (ISL).
IUPHHK-HA adalah izin memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan, pengangkutan, penanaman, pemeliharaan, pengamatan, pengolahan, dan pemasaran hasil hutan kayu. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.33/Menhut-II/2010, Izin Pemanfaatan Kayu adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penebangan dan pemanfaatan kayu dari kawasan hutan yang dilepaskan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan, Izin Sah Lainnya (ISL) adalah izin memanfaatkan hutan diluar dari IPK, HTI maupun Perhutani. Hutan tanaman dibagi atas dua yaitu Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) dan Perhutani. IUPHHK-HTI (HTI) menurut pasal Pasal 1 angka 18 PP Nomor 6 Tahun 2007 merupakan hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Hutan tanaman (Perhutani) menurut Undang-Undang Nomor 21 Kementerian kehutanan merupakan hutan milik negara
(32)
yang dilakukannya pemberian kewewenangan pengolahan hutan kepada pemerintah atau pemerintah daerah menurut kekhasan daerah tersebut. Pada Tabel 10 akan disajikan produksi kayu bulat Indonesia dari berbagai sumber produksi dari tahun 1994 sampai 2011.
Tabel 10. Produksi Kayu Bulat (juta m3) dari Berbagai Sumber Kawasan HutanTahun 1994 -2011
Tahun IUPHHK-HA
Areal Konversi dan
Izin sah lainnya
Hutan Tanaman
IUPHHK-HTI
Total Produksi
1994 17,3 4,84 1,87 0 24,02
1996 15,26 8,70 1,62 0,47 26,06
1998 10,17 6,68 1,68 0,48 19,02
2000 3,45 5,05 1,51 3,78 13,79
2002 3,01 0,18 1,55 4,24 9,00
2004 3,51 1,78 0,92 7,32 13,54
2006 5,58 3,43 0,03 11,45 20,50
2008 4,62 2,76 0,09 22,31 29,72
2010 5,25 14,4 0,09 18,55 38,39
2011 5,08 0,60 0,11 19,84 25,64
Sumber:Kementerian Kehutanan, 2012
2.2. Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri di Indonesia
IUPHHK-HTI atau yang sering disebut Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu sumber legal bahan baku pulp di Indonesia ialah Hutan Tanaman Industri (HTI), selain itu sumber bahan baku legal untuk produksi pulp terdiri dari Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) dan Izin Sah Lainnya (ISL) namun hanya berlaku pada tahun 2007 sampai 2009, dan Hutan Tanaman Rakyat akan tetapi alokasi bahan baku kayu bulat untuk produksi pulp sebesar 10 persen (Simangungsong, 2007). HTI dibagi atas dua jenis yaitu HTI pulp yang ditujukan bahan baku kayunya untuk produksi pulp dan HTI perkakas yang bahan baku kayunya ditujukan untuk kayu gergajian, kayu lapis dan lain sebagainya. Pada Tabel 11 dapat dilihat laju pertumbuhan produksi kayu pada hutan HTI Pulp tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 320 persen akan tetapi laju pertumbuhan luas HTI menurun sebesar 32,18 persen. Hal ini karena pada tahun 2000, Hutan Tanaman Industri Indonesia mengalami deforestasi (Sumargo. et al). Deforestasi adalah semua bentuk perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan yang diakibatkan oleh kondisi alam dan atau pelaku deforestasi, baik secara
(33)
legal atau ilegal dalam kurun waktu tertentu yang bersifat sementara ataupun permanen (Forest Watch Indonesia, 2001).
Tabel 11. Perkembangan Luas Hutan Tanaman Industri Pulp di Indonesia Tahun Luas (1000
ha)
Laju Pertumbuhan (persen)
Produksi (juta m3)
Laju Pertumbuhan (persen)
1989 29,16 0,00
1990 65,66 125,17 0,00 -
1991 104,22 58,73 0,00 -
1992 83,96 -19,44 0,00 -
1993 113,07 34,67 0,00 -
1994 117,94 4,31 0,00 -
1995 162,20 37,53 0,51 -
1996 172,32 6,24 0,47 -7,84
1997 100,88 -41,46 0,61 29,79
1998 82,60 -18,12 0,48 -21,31
1999 85,74 3,80 0,90 87,50
2000 58,15 -32,18 3,78 320,00
2001 56,30 -3,18 5,57 47,35
2002 87,61 55,61 4,24 -23,88
2003 100,50 14,71 5,33 25,71
2004 112,71 12,15 7,33 37,52
2005 142,60 26,52 9,90 35,06
2006 200,17 40,37 21,98 122,02
2007 350,98 75,34 20,61 -6,23
2008 259,65 -26,02 22,32 8,30
2009 237,97 -8,35 18,95 -15,10
2010 388,65 63,32 19,84 4,70
2011 339,78 -12,57 26,13 31,70
Rata-rata 150,12 18,05 7,35 42,21
Sumber: Ditjen BUK, diolah (2013)
2.3. Produksi Pulp dan kertas
Situmorang (2009) menjelaskan bahwa pulp dan kertas termasuk dalam golongan produk antara (intermediate product), karena produk ini merupakan output bagi suatu perusahaan akan tetapi menjadi input di perusahaan lain seperti industri percetakan. Pulp merupakan produk utama hasil olahan kayu yang digunakan dalam pembuatan kertas melalui proses turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan (Departemen perindustrian, 1990)
(34)
Sumber : FAO, diolah (2013)
Gambar 1. Perkembangan Produksi Pulp dan Kertas Tahun 1989-2011 Berdasarkan Gambar 1 produksi pulp dan kertas mulai dari tahun 1989 sampai 2011 cenderung meningkat. Pada tahun 2011 produksi pulp dan kertas yang telah dicapai oleh negara Indonesia masing-masing sebesar 6,71 juta ton dan 10,24 juta ton. Produksi pulp dan kertas di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, hal ini dapat disebabkan oleh permintaan terhadap pulp yang meningkat dari tahun ke tahun dari domestik maupun dari negara luar. Permintaan pulp dari negara lain dapat dilihat dari permintaan ekspor oleh negara importir seperti China. Pada tahun 2002, China mengimpor pulp dari Indonesia sekitar 6,1 juta ton dan pada tahun 2009 sebesar 10,3 juta ton, terjadi kenaikan sekitar 71 persen (Simangunsong, 2011). Pertumbuhan permintaan impor dari negara lainnya mendorong Indonesia untuk meningkatkan produksi pulp dan kertas.
Tujuan utama dalam pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara mekanik dan kimia atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut. Pulp-pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe kimia, semikimia, kimia mekanik, dan mekanik. Istilah-istilah pulp rendemen tinggi sering secara bersama digunakan untuk tipe-tipe yang berbeda dari pulp-pulp yang kaya lignin yang memerlukan defibrasi secara mekanik (Departemen Perindustrian, 1990).
Departemen Perindustrian (1990) menjelaskan teknis pembuatan pulp secara mekanik adalah proses keterangan lignin dihilangkan sama sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak (digester) atau
0 2 4 6 8 10 1 9 8 9 1 9 9 1 1 9 9 3 1 9 9 5 1 9 9 7 1 9 9 9 2 0 0 1 2 0 0 3 2 0 0 5 2 0 0 7 2 0 0 9 2 0 1 1 Ju ta T o n Tahun QPI QKI Produksi Pulp Produksi Kertas
(35)
paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak. Proses pembuatan pulp dibagi atas 3 golongan yaitu mechanical proces, semichemical process, dan chemical process: a. Mechanical Process (proses mekanis)
Mechanical process merupakan suatu proses pembuatan pulp yang seluruhnyamenggunakan proses mekanis yaitu dengan grinding, milling. Pulp yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi 2 mechanical pulp unbleached (pulp coklat) dan bleached (pulp putih).
b. Chemical Process (proses kimia)
Proses yang menggunakan bahan baku setelah ukurannya dikurangi, dimasak dalam suatu tempat (reaktor) yang bertekanan dan dicampur dengan cairan bahan kimia. Indonesia secara umum masih mampu memproduksi pulp chemical
karena jenis kayu Indonesia yang cenderung memiliki serat pendek. c. Semi chemical Process
Proses pembuatan pulp yang melalui dua tahap proses yaitu proses mekanis dan teknis.
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Pada umumnya kertas dibagi dalam 3 golongan besar yaitu:
a. Cultural Paper (kertas budaya), yang terdiri dari jenis kertas newsprint (kertas koran) writing, printing dan business (kertas cetak, tulis, dan keperluan bisnis) dan kertas khusus.
b. Industrial Paper (kertas industri) yang terdiri dari wrapping, packaging, dan
kraft, boards, cigarette dan kertas khusus jenis kertas industri.
c. Other Paper (kertas lainnya), yang terdiri dari tissued, household dan kertas lainnya.
Penelitian ini meneliti kertas dengan jenis kertas koran (HS Code 4801), kertas lain dan board (HS Code 48), kertas cetak dan tulis (HS Code 4802). Kertas koran (HS Code 4801) dan cetak dan tulis (HS Code 4802) termasuk dalam kertas budaya dan kertas lain dan board (HS Code 48) termasuk dalam kertas industri. Penggunaan dari 3 jenis kertas tersebut sangat dipengaruhi oleh industri-industri yang bergerak di bidang percetakan, dan tingkat pendidikan sedangkan konsumsi
(36)
dan industrial bergantung terutama kepada berkembangnya industri-industri dalam negeri. Berdasarkan kepada cara mempersiapkan bahan bakunya maka pabrik kertas digolongkan menjadi 2 bagian besar yaitu integrated dan non integrated
(pabrik yang terpadu dan tidak terpadu) (Departemen Perindustrian, 1990). a. Integrated
Artinya pabrik kertas yang bahan bakunya (raw material) harus diproses lebih dahulu sehingga menghasilkan pulp untuk selanjutnya digunakan untuk menghasilkan kertas (suatu pabrik kertas yang mempunyai unit pembuatan pulp).
b. Non Integrated
Artinya pabrik kertas yang hanya ada proses pembuatan kertas saja, berarti bahan baku sudah mengalami suatu tahap proses (bahan bakunya adalah pulp), di Indonesia terdapat beberapa perusahaan kertas yang non integrated sehingga dalam pemenuhan bahan baku pada umumnya perusahaan tersebut melakukan pengimporan pulp dari negara luar.
Indonesia memproduksi beberapa jenis kertas seperti, kertas cetak dan tulis, kertas koran, kertas kraft, kertas cigarete, kertas wrapping dan lain-lain. Produksi kertas tertinggi di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2010 ialah kertas cetak dan tulis kemudian kertas koran (APKI, 2010).
2.4. Konsumsi Pulp dan Kertas
Total nilai konsumsi pulp dunia pada tahun 2009 sekitar 162,20 juta ton dan pada tahun 2009 negara Indonesia mengkonsumsi pulp sekitar 4,54 juta ton dan kertas sekitar 6,56 juta ton, (Gambar 2). Konsumsi pulp dan Indonesia masih kecil dibandingkan negara lain seperti China dan Jepang. Pada tahun 2009 konsumsi pulp dan kertas Indonesia sebesar 4,54 juta ton dan 6,56 juta ton sedangkan negara China mengkonsumsi pulp dan kertas sebesar 17,40 juta ton dan 84,2 juta ton dan Jepang mengkonsumsi pulp dan kertas sebesar 10,40 juta ton dan 26,20 juta ton (FAO, 2010).
(37)
Sumber: APKI, diolah (2011)
Gambar 2. Perkembangan Konsumsi Pulp dan Kertas di Indonesia Tahun 1989-2011
Walaupun konsumsi pulp dan kertas Indonesia masih sedikit namun dapat dilihat dari Gambar 2 bahwa terjadi peningkatan konsumsi pulp dan kertas di Indonesia. Konsumsi pulp di Indonesia diharapkan meningkat seiring dengan berkembangannya industri percetakan, dan jumlah penduduk di Indonesia.
2.5. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Dalam rangka meningkatkan peranan industri pulp dan kertas dalam memenuhi kebutuhan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakaan mulai dari tahun 1980 sampai sekarang. Kebijakan tersebut dapat dilihat pada keterangan berikut:
2.5.1. Kebijakan tahun 1980 sampai 1997
Kebijakan larangan ekspor kayu bulat pertama kali diberlakukan pada Mei 1980 melalui Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri Menteri Pertanian nomor 317/Kpst/Um/5/1980, Menteri Perindustrian nomor 182/m/SK/S/1980 dan Menteri Perdagangan nomor 196/Kpb/V/80. Kebijakan tersebut diberlakukan untuk melindungi kuantitas hutan negara Indonesia untuk tidak terjadi eksploitasi besar-besar demi memperoleh bahan kayu yang kemungkinan untuk diekspor oleh industri-industri luar negeri karena keinginan pemerintah yang berharap industri dalam negeri dalam menghasilkan produk jadi maupun setengah jadi meningkat. Setelah diberlakukan kebijakan tersebut terjadi beberapa dampak positif seperti tumbuhnya industri kayu dalam negeri yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk olahan kayu seperti pulp dan kertas dan meningkatnya ekspor produk barang jadi maupun setengah jadi.
0 1 2 3 4 5 6 7 8
J
uta
t
o
n
Tahun
Konsumsi Pulp Konsumsi Kertas
(38)
Kebijakan perdagangan dan impor ditetapkan oleh pemerintah guna memantapkan kebijakan pengembangan industri pulp dan kertas domestik, pemerintah membuat beberapa perubahan dalam kebijakan perdagangan pulp dan kertas Indonesia yang tercantum pada SK Menteri Keuangan RI nomor 213/KMK.01/1995 dimana isinya pada tahun 1995 bea masuk impor pulp diturunkan dari 5 persen menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas tulis cetak 30 persen ditambah biaya tataniaga diturunkan menjadi 0 persen, bea masuk impor kertas industri dan kertas tisu 30 persen ditambah biaya tata niaga diturunkan menjadi 15 persen, akan tetapi bea masuk impor kertas koran 5 persen ditambah biaya tataniaga, tetap 5 persen.
2.5.2. Kebijakan pada tahun 1998-2001
Setelah krisis ekonomi tahun 1997, International Monetary Fund (IMF) melakukan desakan kepada pemerintah Indonesia untuk dilakukannya pembebasan larangan ekspor kayu bulat. Hal ini berdampak negatif pada kondisi hutan di Indonesia karena kemungkinan akan terjadi pengekplotasian kayu untuk memenuhi permintaan kayu dari negara luar, setelah itu terdapat kebijakan lain seperti tidak ada pembatasan pelaku ekspor dan dampak negatif yang terjadi pada tahun tersebut adalah maraknya illegal logging dan illegal trading terhadap kayu. dan banyak industri-industri hilir mengalami kesulitan bahan baku kayu.
2.5.3. Kebijakan pemerintah pada tahun 2001-sekarang
Pada tanggal 8 Oktober 2001, Pemerintah Indonesia kembali melarang ekspor kayu bulat melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kehutanan Nomor: 1132/Kpts-II/2001 dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 292/MPP/Kep/10/2001. Tujuannya disebutkan untuk mencegah dimanfaatkannya kebijakan ekspor kayu bulat/bahan baku serpih oleh pelaku penebangan liar (illegal logging) dan perdagangan gelap (illegal trading) yang mengancam kelestarian sumber daya hutan dan kerusakan lingkungan di Indonesia adalah serta menjamin ketersediaan pasokan bahan baku kayu untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan kayu seperti pulp dan kertas di dalam negeri.
Pada tanggal 21 Mei 2003, pemerintah menetapkan suatu kebijakan dalam mengatasi kekurangan bahan baku kayu dalam industri pulp dan kertas. Kebijakan nomor 162/Kpts-II/2003 berisikan tentang percepatan pembangunan Hutan
(39)
Tanaman untuk pemenuhan bahan baku industri pulp dan kertas, hal ini dilakukan pemerintah akibat dari kelangkaaan bahan baku kayu dalam produksi pulp dan kertas. Percepatan pembangunan hutan tanaman terdiri atas kegiatan-kegiatan perencanaan, penyiapan lahan (land clearing), dan pemanfaatan kayu hasil land clearing, pembuatan jaringan jalan, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman.
Pemerintah mempersulit impor kertas bekas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan nomor 39 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Impor Non Bahan Berbahaya dan Beracun yang mensyaratkan impor kertas bekas harus melalui proses verifikasi penelusuran teknik impor (VPTI). Kebijakan ini dianggap mempersulit industri kertas karena kertas bekas dapat digunakan kembali dalam proses pembuatan kertas terutama untuk industri kertas tissu yang banyak menggunakan kertas bekas sebagai input produksinya. Pada tahun 2011 pemerintah menetapkan suatu aturan yang diharapkan mendorong peningkatan jumlah investasi di Indonesia seperti peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 52 tahun 2011 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal dibidang-bidang usaha tertentu atau sering disebut tax alowance. Kemudian kebijakan pemerintah lainnya yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 Tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan menetapkan tentang eksportir wajib terdaftar, pengaturan Kriteria Teknis Produk (Permendag), Wajib V-Legal, Wajib Verifikasi oleh Surveyor Independent.
2.6. Studi Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan analisis permintaan dan penawaran serta analisis pasar pulp dan kertas yang dijadikan referensi antara lain Situmorang (2009), Ningrum (2006), Suryandari (2008), Widyantoro. et al (2006), Erwinsyah (2012), Sukmananto (2008), Luo dan Li (2007), Tsang dan Yip (2007), Whiteman dan Brown (2000). Hasil Penelitian akan disajikan pada Tabel 12. 2.6.1. Penelitian tentang analisis permintaan dan penawaran
Penelitian terdahulu terkait dengan analisis permintaan dan penawaran adalah Suryandari (2008). Hasil penelitian akan disajikan pada Tabel 12. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kayu bulat sebagai bahan baku industri pengolahan kayu dengan menggunakan metode Ordinary Least
(40)
Square (OLS). Hasil dari penelitian Suryandari ialah peningkatan harga ekspor kayu lapis kayu gergajian, pulp akan meningkatkan permintaan terhadap kayu bulat (memiliki hubungan yang positif). Hal ini karena bahan baku dalam produksi kayu lapis, kayu gergajian dan pulp adalah kayu bulat. Kemudiam di simpulan bahwa semakin meningkatnya ekspor kayu lapis, kayu gergajian, pulp akan meningkatkan permintaan kayu bulat karena jumlah ekspor yang tinggi mendorong produksi kayu lapis, kayu gergajian dan pulp yang tinggi sehingga permintaan akan kayu bulat oleh industri kayu lapis, kayu gergajian dan pulp pun meningkat.
2.6.2. Penelitian tentang pasar Pulp dan Kertas
Penelitian yang terkait dengan pulp dan kertas telah banyak dilakukan seperti Situmorang (2009), Ningrum (2006), Widyantoro. et al (2006). Penelitian ini menganalisis faktor-faktor demand dan supply yang mempengaruhi pulp dan kertas akan tetapi metode yang digunakan berbeda, seperti Situmorang (2005) menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS), Ningrum (2006) menggunakan OLS, dan Widyantoro. et al (2006) mengunakan 2SLS. Hasil penelitian Situmorang menunjukkan bahwa peningkatan penawaran pulp Indonesia di pasar domestik dapat dilakukan dengan cara meningkatkan harga domestik pulp, sedangkan peningkatan penawaran kertas di Indonesia dapat dicapai melalui pengurangan tarif impor dan peningkatan harga ekspor kertas Indonesia. Permintaan pulp dan kertas Indonesia dapat ditingkatkan melalui pengurangan tarif impor.
Hasil penelitian Ningrum menunjukkan bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pasar pulp dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara yaitu Jepang, China dan Korea Selatan. Harga ekspor pulp, nilai tukar, produksi pulp dan harga ekspor pulp tahun ke-t-1 berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan ekspor pulp Indonesia. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar dari permintaan ekspor pulp adalah variabel produksi pulp. Hal ini dapat dilihat dari nilai elastisitas produksi pulp yang lebih dari satu. Pada permintaan kertas, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah produksi kertas, nilai tukar, variabel harga ekspor kertas, sedangkan variabel
dummy larangan ekspor kayu bulat dan variabel harga ekspor kertas pada tahun ke-t-1 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kertas.
(41)
Hasil penelitian Widyantoro. et al tahun 2006 menunjukkan bahwa kuantitas pulp yang diekspor oleh negara lain tidak signifikan dipengaruhi oleh tingkat harga dunia dan intervensi pulp oleh negara-negara North- Scan. Sedangkan kuantitas kertas yang diekspor oleh negara lain signifikan oleh impor kertas, namun tidak signifikan dipengaruhi oleh tingkat intervensi pulp oleh negara-negara North-Scan. Kuantitas pulp yang diekspor oleh Indonesia signifikan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar, suku bunga dan kuantitas pulp yang dimpor oleh Jepang dan Korea Selatan. Kuantitas kertas yang diekspor signifikan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan suku bunga.
2.6.3.Penelitian tentang pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap komoditas kehutanan
Penelitian terdahulu terkait dengan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap suatu komoditas telah dilakukan oleh Sukmananto (2008), Luo dan Li (2007), serta Erwinsyah (2012). Hasil penelitian Sukmananto mengenai permintaan produk Industri Pengolahan Kayu Primer menyimpulkan bahwa produksi kayu bulat domestik lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suku bunga bank dan perubahan upah tenaga kerja, sedangkan harga domestik produk industri pengolahan kayu primer dipengaruhi oleh GDP Indonesia dan permintaan produk industri kayu primer tahun ke-t-1. Hasil penelitian Luo dan Lie menyimpulkan bahwa permintaan kayu lapis terhadap harga kayu lapis sangatlah signifikan, tetapi bersifat inelastis, yaitu berkisar antara -0,16 sampai dengan -0,18. Harga kayu lapis sangat dipengaruhi oleh harga bahan-bahan materialnya, yaitu harga dari kayu pulp sebagai bahan dasar yang penting dalam pembuatannya.
Hasil penelitian Erwinsyah menunjukkan bahwa pada umumnya harga bahan baku kayu bulat dan harga kayu olahan bersifat inelastis dimana kenaikan harga membuat industri pengolahan kayu mengurangi pasokan kayu bulat dari hutan alam maupun hutan tanaman secara tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kayu bulat belum bisa digantikan oleh bahan baku lainnya sehingga berapa pun variasi harganya tetap membuat industri kayu olahan seperti pulp dan kertas membutuhkannya.
Hasil penelitian Whiteman dan Brown (2000) bahwa, secara umum permintaan akan produk dari indutri perkayuan akan meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan kekuatan perekonomian, kemudian pada penawaran
(42)
kayu secara umum dapat memenuhi permintaan untuk industri kayu olahan pada masa yang akan datang.
2.7. Pembaruan Penelitian
Penelitian mengenai dampak kebijakan pemerintah terhadap analisis permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. Adapun pembaruan dalam penelitian ini adalah adanya variabel harga ekspor dan harga impor pulp dan kertas dengan menggunakan data terbaru dari tahun 1989 sampai 2011. Selain itu, pembaruan dalam penelitian menggunakan data tarif impor sebagai variabel yang mempengaruhi persamaan harga impor.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Situmorang (2009), Ningrum (2006), dan Widyantoro. et al (2006) adalah penggunaan data terbaru, yaitu data dari tahun 1989 sampai 2011 dan penggunaan data tarif impor pulp dalam persamaan harga impor pulp serta adanya variabel harga ekspor dan impor pulp dan kertas. Perbedaan penelitian ini dengan Suryandari (2008) adalah komoditas yang diteliti, yaitu kayu bulat sebagai salah satu input pembuatan pulp dan kertas. Perbedaan penelitian ini dengan Sukmananto (2008) adalah data yang digunakan dari tahun 1980 sampai tahun 2002 serta jenis industri yang diteliti adalah industri kayu primer sedangkan perbedaan penelitian ini dengan Luo dan Li (2007), yaitu penelitian ini menganalisis faktor-faktor permintaan dan penawaran pulp dan kertas di Indonesia sedangkan Luo dan Li menganalisis industri kayu lapis di Amerika Serikat
(43)
1 Suriaty Situmorang Analisis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Domestik.
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS)
Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan menggunakan data
time series dan menduga parameter dengan persamaan simultan.
Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu data yang digunakan dari tahun 1989-2011 sedangkan penelitian sebelumnya tahun 1975-2000. Kemudian adanya penambahan persamaan harga ekspor dan harga impor pada komoditas pulp dan kertas di Indonesia.
2 Agustina Widi Palupi Ningrum
Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas di Indonesia
Metode Odinary Least Square (OLS) dengan
menggunakan E-views 4.1
Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meninjau komoditas
pulp, lalu
menggunakan persamaan ekspor pulp di Indonesia.
Penelitian ini dengan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah persamaan yang akan digunakan dalam menduga parameter adalah persamaan simultan. Kemudian pada penelitian ini mengunakan variabel dummy yaitu larangan ekspor kayu bulat sebagai salah satu input produksi pulp.
3 Suryandari Yosefi Suryandari
Analisis Permintaan Kayu Bulat Industri Pengolahan Kayu
Metode Weighted Ordinary Least Square (WLS) dengan program
Eviews Version 4.0
Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan data
time series mulai
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada komoditas yang diteliti yaitu kayu bulat sedangkan penelitian yang akan dilakukan industri hilir dari kayu yaitu pulp
(44)
No. Nama Judul Metode Persamaan Perbedaan dari tahun
1975-2000 dan sama-sama melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
dan kertas. Metode penelitian ini juga menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Metode penelitian yang akan dilakukan adalah 2SLS dengan sistem persamaan simultan.
4 Bambang Widyantoro et al
Ekonomi Industri Pulp dan Kertas Indonesia: Analisis Simulasi Kebijakan dan Tekanan Internasional
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS)
Persamaannya yaitu mengolah data dengan
menggunakan SAS. Kemudian
melakukan simulasi kebijakan untuk melihat pengaruh terhadap industri pulp dan kertas.
Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah data sekunder yang digunakan dari tahun 1984-2003.
5 Erwinsyah Dampak Kebijakan
Provisi Sumberdaya Hutan dan Dana Reboisasi Terhadap Kesejahteraan
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS) dan persamaan
Ordinary Least Squares (OLS)
Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menduga faktor-faktor yang berpengaruh dengan metode 2SLS dan merupakan produk kehutanan
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini memfokuskan industri kayu olahannya adalah pulp dan kertas sedangkan peneliti terdahulu menelitih tingkat kesejahteraan industri kayu primer akan adanya kebijakan provisi sumberdaya hutan dan dana reboisasi
(45)
No. Nama Judul Metode Persamaan Perbedaan 6 Bambang Sukmananto Dampak Kebijakan
Perdagangan Pada Kinerja Ekspor Produk Industri Kayu Primer Indonesia
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS)
Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
menggunakan persamaan simultan.
Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah data yang digunakan dari tahun 1980- 2002. Penelitian ini menganalisis industri kayu primer yang terdiri dari pulp, kayu lapis dan kayu gergajian sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti industri pulp.
7 Haizheng Li dan Jifeng Luo
Industry
Consolidation and Price In The US Lineboard Indusrty
MetodeTwo Stage Least Square(2 SLS)
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu persamaan simultan. Kemudian penelitian ini menelliti kayu primer yaitu harga pada kayu lapis yang dipengaruhi oleh harga pulp kayu.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah lebih terfokus pada parameter harga dari kayu lapis yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran kayu lapis.
8 Eric WK Tsang, Paul SL Yip
Economic Distance and Survival of Foreign Direct Investment
Menggunakan Analsis regresi berdasarkan model semiparametrik propossi hazard dengan logaritma.
Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
menggunakan persamaan simultan
Perbedannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kegiatan yang di analisis adalah GDP dan FDI.
(46)
No. Nama Judul Metode Persamaan Perbedaan yang terdiri dari
variabel bebas dan tidak bebas.
9 Adrian Whiteman dan Christoper Brown
Modelling global forest product supply and demand: recent result from FAO and their potential implications for New Zealand
Global Fibre Supply Model (GFSM) dan Global Forest Product Model (GFPM)
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah produk kehutanan
Perbedaanya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian dan wilayah penelitian.
(47)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Fungsi Produksi dan Penawaran Pulp dan Kertas
Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu (Sugiarto et al. 2005). Secara umum hubungan antara input-output untuk menghasilkan produksi suatu komoditi pertanian (Q) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = f (X1, X2) ... (3.1) keterangan :
Q = Output (kg/ha) X1 = Harga input (Rp/ton) X2 = Harga output (Rp/ton)
Dirumuskan secara sederhana fungsi produksi pulp dan kertas adalah :
QPIt= (HRPIt, HRLIt, URPTt, QPIt-1) ... (3.2) QKIt= (HRKIt, HRPIt, URKTt, QKIt-1) ... (3.3) keterangan :
QPIt = Jumlah produksi pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton) QKIt = Jumlah produksi kertas di Indonesia tahun ke-t (juta ton) HRPIt = Harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
HRLIt = Harga riil kayu log Indonesia tahun ke-t (Rp/m3)
URPTt = Upah riil tenaga kerja sektor industri pulp tahun ke-t (Rp/bulan) QPIt-1 = Jumlah produksi pulp tahun ke-t-1 (juta ton)
HRKIt = Harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)
URKTt = Upah tenaga kerja sektor industri kertas tahun ke-t (Rp/bulan) QKIt-1 = Jumlah produksi kertas tahun ke-t-1 (Rp/kg)
Secara teoritis, kuantitas penawaran pulp atau kertas dipengaruhi oleh produksi pulp atau kertas di dalam negeri, impor pulp atau kertas dan dikurangi ekspor pulp dan kertas (Tomek, 1990). Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana fungsi penawaran sebagai berikut:
SPIt = QPIt + MPIt – XPIt ... (3.4) SKIt = QKIt + MKIt – XKIt ... (3.5)
(48)
keterangan:
SPIt = Penawaran pulp Indonesia tahun ke-t (juta ton) MPIt = Impor pulp Indonesia tahun ke-t (juta ton) XPIt = Ekspor pulp Indonesia tahun ke-t (juta ton) MKIt = Impor kertas tahun ke-t (juta ton)
XKIt = Ekspor kertas tahun ke-t
Lipsey et al. (1993) menyatakan bahwa hukum penawaran pada dasarnya semakin tinggi harga suatu komoditi, makin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi yang ditawarkan. Dolan (1974) dalam Novindra (2011), mengemukakan penawaran suatu komoditas, yaitu harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lainnya (sebagai subsitusinya), biaya faktor produksi, biaya perusahaan, tujuan perusahaan, tingkat tekhnologi, pajak, subsidi, harapan harga dan keadaan alam.
3.2. Permintaan Pulp Oleh Industri Kertas
Dalam penurunan permintaan input diperlukan analisis fungsi produksi oleh industri pengolahan pulp (industri kertas). Fungsi produksi oleh industri kertas dirumuskan sebagai berikut:
QK = q(X1, X2) ... (3.6) keterangan :
QK = jumlah produksi dari industri kertas (unit) X1 = jumlah input pulp (unit), dan
X2 = jumlah input lainnya (unit)
Bila harga kertas adalah P, harga pulp adalah PX1 dan harga input lainnya adalah PX2, maka fungsi keuntungan dari industri kertas tersebut dapat dispesifikasi sebagai berikut:
Π = P*q(X1.X2) - (PX1*X1 + PX2*X2) ... (3.7) Kondisi keuntungan maksimum dari industri kertas diperoleh dari turunan parsial
pertama dari fungsi keuntungan (3.7), di mana ∂Π
∂X dan ∂Π
∂X sama dengan nol, sebagai
berikut:
∂Π ∂X = P*
∂Q
(49)
∂Π ∂X = P*
∂Q
∂X
–
PX2 = 0 atau P*MPX2= PX2 ... (3.9)Keterangan MPX1 dan MPX2 merupakan produk marjinal kemudian P*MPX1 dan P*MPX2 adalah nilai dari produk marjinal dari input X1 dan X2 .
Pada persamaan di atas, penggunanan input yang optimal dicirikan oleh kondisi dimana nilai produk marjinal dari masing-masing input (P*MPX1, P*MPX2) sama dengan harga input yang bersangkutan yaitu PX1 dan PX2. Pada industri kertas, permintaan terhadap pulp selain dipengaruhi oleh harga produksi industri kertas, harga input pulp dan harga faktor input lainnya. Dalam model ekonomi, permintaan input tersebut ditulikan sebagai berikut :
DPI= f(HK, PX1, PX2,) ... (3.10) dimana DPI adalah permintaan pulp oleh industri kertas, harga kertas (HK), harga input pulp (PX1) dan harga faktor input lainnya (PX2).
3.3. Permintaan Kertas Oleh Industri Turunan Kertas
Dalam penurunan permintaan input diperlukan analisis fungsi produksi oleh industri turunan kertas. Fungsi produksi oleh industri pengolahan kertas dirumuskan sebagai berikut:
QOK = q(X3, X4) ... (3.11) keterangan :
QOK = jumlah produksi dari industri pengolahan kertas (unit) X3 = jumlah input kertas (unit), dan
X4 = jumlah input lainnya (unit)
Bila harga olahan kertas adalah P, harga kertas adalah PX3 dan harga input lainnya adalah PX4, maka fungsi keuntungan dari industri pengolahan kertas tersebut dapat dispesifikasi sebagai berikut:
Π = P*q(X3.X4)-(PX3*X3 + PX4*X4) ... (3.12) Kondisi keuntungan maksimum dari industri pengolahan kertas diperoleh dari
turunan parsial pertama dari fungsi keuntungan (3.12), di mana ∂Π
∂X dan ∂Π ∂X sama
dengan nol, sebagai berikut:
∂Π ∂X = P*
∂Q
∂X
–
PX3 = 0 atau P*MPX3= PX3 ... (3.13) ∂Π∂X = P* ∂Q
(50)
Keterangan MPX3 dan MPX4 merupakan produk marjinal kemudian P*MPX3 dan P*MPX4 adalah nilai dari produk marjinal dari input X3 dan X4. Penggunaan input yang optimal dicirikan oleh kondisi dimana nilai produk marjinal dari masing-masing input (P*MPX3, P*MPX4) sama dengan harga input yang bersangkutan yaitu PX3 dan PX4.
Pada industri olahan kertas, permintaan terhadap kertas selain dipengaruhi oleh harga produksi industri olahan kertas, harga input kertas dan harga faktor input lainnya. Dalam model ekonomi, permintaan input tersebut dituliskan sebagai berikut :
DKI= f(HOK, PX3, PX4,) ... (3.15) dimana DKI adalah permintaan kertas oleh industri pengolahan kertas, harga olahan kertas (HOK), harga input kertas (PX3) dan harga faktor input lainnya (PX4).
3.4. Harga Pulp dan Kertas
Harga pulp atau kertas di pasar domestik ditentukan oleh kekuatan permintaan pulp atau kertas, penawaran pulp atau kertas di Indonesia dan harga pulp atau kertas pada tahun ke-t-1. Harga akan tinggi jika laju permintaan atau impor lebih tinggi, sebaliknya harga akan turun jika terjadi kelebihan penawaran. Dengan demikian, persamaan harga pulp dan kertas sebagai berikut:
HRPIt = f( DPIt, SPIt, HRPIt-1) ... (3.16) HRKI t = f(DKIt, SKIt, HRKIt-1) ... (3.17) keterangan:
HRPIt = Harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg) HRKIt = Harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t (Rp/kg) DPIt = Permintaan pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton) DKIt = Permintaan kertas di Indonesia tahun ke-t (juta ton) SPIt = Penawaran pulp di Indonesia tahun ke-t (juta ton) SKIt = Penawaran kertas di Indonesia tahun ke-t (juta ton) HRPIt-1 = Harga riil pulp di Indonesia tahun ke-t-1 (Rp/kg) HRKIt-1 = Harga riil kertas di Indonesia tahun ke-t-1 (Rp/kg)
Menurut Nicholson (2002), harga pasar mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai pemberi sinyal informasi bagi produsen mengenai berapa banyak barang yang seharusnya diproduksi untuk mencapai laba maksimum dan penentu tingkat
(51)
permintaan bagi konsumen yang menginginkan kepuasan maksimum. Kenaikan dalam permintaan menyebabkan keseimbangan harga meningkat sehingga permintaan mempengaruhi harga secara positif. Penawaran mempengaruhi harga secara negatif, yaitu jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun. Hal ini disebabkan kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen lebih besar daripada yang dibutuhkan atau yang diinginkan oleh konsumen.
3.5. Teori Permintaan dan Penawaran
Teori penawaran dan permintaan dalam ilmu ekonomi, adalah penggambaran atas hubungan-hubungan di pasar, antara calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Analisis suatu model penawaran dan permintaan mengambarkan harga dan kuantitas yang terjual di pasar (Henderson dan Quandt, 1980), penting dilakukannya analisis ekonomi mikro terhadap perilaku serta interaksi para pembeli dan penjual. Selain hal tersebut model juga mampu memperkirakan kondisi dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Hukum permintaan merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa “ Kuantitas barang yang akan dibeli pada harga tinggi relatif lebih sedikit daripada harga yang lebih rendah”. Kurva permintaan berkemiringan negatif atau menurun dari kiri atas ke kanan bawah (Sicat dan Arndt, 1991). Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik (Gambar 3).
P
S
Q Sumber: Lipsey et al.1987
Gambar 3. Kurva Permintaan keterangan :
P = Harga Komoditas Q = Kuantitas Komoditas D = Kurva permintaan
(1)
RHRKI = HRKI/LHRKI; RURPT = URPT/LURPT; RURKT = URKT/LURKT; RHRIMPI = HRIMPI/LHRIMPI; RHRXPI = HRXPI/LHRXPI; RHRMKI = HRMKI/LHRMKI; RHRXKI = HRXKI/LHRXKI; RHRIKBI = HRIKBI/LHRIKBI; RHRKNI = HRKNI/LHRKNI; RHRPWR = HRPWR/LHRPWR; RHRKWR = HRKWR/LHRKWR; RQPI = QPI/LQPI; RDPI = DPI/LDPI; RSPI = SPI/LSPI; RQKI = QKI/LQKI; RDKI = DKI/LDKI; RSKI = SKI/LSKI; RNTR = NTR/LNTR; RMPI = MPI/LMPI; RXPI = XPI/LXPI; RMKI = MKI/LMKI; RXKI = XKI/LXKI; RSBKRI = SBKRI/LSBKRI;
RT = T/LT;
RTIK = TIK/LTIK; RTIP = TIP/LTIP; /*Membuat simulasi*/ /*SBKRI = SBKRI*0.8;*/ TIK= TIK*1.2;
/*Membuat deskripsi variabel*/
/*label HRPI = 'harga riil pulp Indonesia (Rp/kg)' HRLI = 'harga riil log kayu Indonesia (Rp/m3)' HRKI = 'harga riil kertas Indonesia (Rp/kg)' URPT = 'upah riil tenaga kerja pulp (Rp/bulan)' URKT = 'upah riil tenaga kerja kertas (Rp/bulan)' HRIMPI = 'harga riil impor pulp Indonesia (US$/ton)' HRXPI = 'harga rill ekspor pulp Indonesia(US$/ton)' HRMKI = 'harga riil impor kertas Indonesia
(US$/ton)'
HRXKI = 'harga riil ekspor kertas Indonesia (US$/ton)'
HRIKBI = 'harga rill impor kertas bekas Indonesia (US$/ton)'
HRKNI = 'harga riil kertas koran Indonesia (Rp/m3)'
HRPWR = 'harga riil pulp dunia (US$/ton)' HRKWR = 'harga riil kertas dunia (US$/ton)' QPI = 'produksi pulp Indonesia (juta ton)' DPI = 'permintaan pulp Indonesia (juta ton)' SPI = 'penawaran pulp Indonesia (juta ton)' QKI = 'produksi kertas Indonesia (juta ton)' DKI = 'permintaan kertas Indonesia (juta ton)' SKI = 'penawaran kertas Indonesia (juta ton)' NT = 'nilai tukar dollar terhadap rupiah
(Rp/US$)'
MPI = 'jumlah impor pulp Indonesia (juta ton)' XPI = 'jumlah ekspor pulp Indonesia (juta ton)' MKI = 'jumlah impor kertas Indonesia (juta ton)'
(2)
XKI = 'jumlah ekspor kertas Indonesia (juta ton)' SBKRI = 'suku bunga riil Indonesia (%)'
T = 'trend'
TIK = 'tarif impor kertas (%/tahun)' TIP = 'tarif impor pulp (%/tahun)' POP = 'jumlah populasi Indonesia (jiwa)' IHK = 'indeks harga konsumen (%)';*/ RUN;
PROC SIMNLIN DATA=SIMULASI SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL OUT=A;
ENDOGENOUS DPI SPI QPI
HRPI HRIMPI
HRXPI MPI XPI
DKI SKI
QKI HRKI HRMKI HRXKI MKI
XKI;
INSTRUMENTS HRLI SBKRI URPT HRKWR
URKT T TIK
NTR IHK HRPWR HRIKBI
TIP HRKNI CPII;
LHRPI = LAG(HRPI); LHRLI = LAG(HRLI); LHRKI = LAG(HRKI); LURPT = LAG(URPT); LURKT = LAG(URKT); LHRIMPI = LAG(HRIMPI); LHRXPI = LAG(HRXPI); LHRMKI = LAG(HRMKI); LHRXKI = LAG(HRXKI); LHRIKBI = LAG(HRIKBI); LHRKNI = LAG(HRKNI); LHRPWR = LAG(HRPWR); LHRKWR = LAG(HRKWR); LQPI = LAG(QPI); LDPI = LAG(DPI); LSPI = LAG(SPI); LQKI = LAG(QKI); LDKI = LAG(DKI); LSKI = LAG(SKI); LNTR = LAG(NTR); LMPI = LAG(MPI); LXPI = LAG(XPI); LMKI = LAG(MKI); LXKI = LAG(XKI); LSBKRI = LAG(SBKRI);
LT = LAG(T);
LTIK = LAG(TIK); LTIP = LAG(TIP); PARM
A0 0.133636 A1 -0.00002 A2 0.000434 A3 0.481113
B0 1.452550 B1 0.000100 B2 -5.98E-6 B3 -0.04543 B4 0.078065 B5 0.540267
C0 323.4093 C1 -160.943 C2 512.6162 C3 1.020325 C4 0.335160 D0 -0.21174 D1 0.000080 D2 0.306349 D3 0.000017 D4 0.440266
(3)
E0 650.8518 E1 -223.329 E2 0.201949 E3 0.643474
F0 0.446445 F1 -0.00005 F2 0.063788 F3 -0.00001 F4 0.614330 G0 11.49634 G1 234.6284 G2 54.78477 G3 0.699400
H0 0.481256 H1 -0.00010 H2 0.000136 H3 0.195955 H4 0.347645
I0 1.490791 I1 0.000024 I2 -0.00060 I3 -0.02769 I4 -1.73E-7 I5 0.901972 J0 4686.763 J1 -358.207 J2 0.098947 J3 0.346529
K0 -0.87711 K1 0.000040 K2 0.472091 K3 0.000015 L0 567.6558 L1 -335.079 L2 37.95082 L3 0.695747
M0 0.170058 M1 -3.77E-6 M2 0.034616 M3 -9.19E-6 M4 0.129374 N0 -291.506 N1 837.8657 N2 62.25048 N3 0.667254;
/*STRUCTURAL EQUATIONS*/
DPI = A0+A1*(HRPI-LHRPI)+A2*((HRKI-LHRKI)/LHRKI)+A3*QKI; QPI = B0+B1*HRPI+B2*LHRLI+B3*LSBKRI+B4*T+B5*LQPI;
HRPI = C0+C1*LSPI+C2*LDPI+C3*HRXPI+C4*LHRPI;
XPI = D0+D1*(HRXPI-LHRXPI)+D2*LQPI+D3*NTR+D4*LXPI; HRXPI = E0+E1*XPI+E2*(HRPWR-LHRPWR)+E3*LHRXPI; MPI = F0+F1*HRIMPI+F2*(DPI-LDPI)+F3*NTR+F4*LMPI; HRIMPI= G0+G1*LMPI+G2*TIP+G3*LHRIMPI;
DKI = H0+H1*(HRKI-LHRKI)+H2*(HRKNI-LHRKNI)+H3*T+H4*LDKI; QKI = I0+I1*HRKI+I2*HRIKBI+I3*SBKRI+I4*URKT+I5*LQKI; HRKI = J0+J1*LSKI+J2*HRKWR+J3*LHRKI;
XKI = K0+K1*LHRXKI+K2*QKI+K3*NTR; HRXKI = L0+L1*XKI+L2*T+L3*LHRXKI;
MKI = M0+M1*HRMKI+M2*DKI+M3*NTR+M4*LMKI; HRMKI = N0+N1*LMKI+N2*TIK+N3*LHRMKI;
/*IDENTITY EQUATIONS*/
SPI = QPI+MPI-XPI; SKI = QKI+MKI-XKI; RANGE TAHUN= 2001 to 2011;
(4)
Lampiran 9. Hasil Simulasi Model
1. Pemberian Subsidi Suku Bunga Kredit Riil Investasi Sehingga Suku
Bunga Kredit Investasi Riil Investor Sebesar 20 Persen
Variabel Nilai dasar
Nilai akhir
Subsidi SBKRI 20
persen Label
DPI 4.1915 4.2868 2.273649052 Permintaan Pulp Indonesia SPI 3.4 3.4781 2.297058824 Penawaran Pulp Indonesia QPI 4.9774 5.1163 2.790613573 Produksi Pulp Indonesia HRPI 3434.7 3430.4 -0.125192884 Harga Rill Pulp Indonesia HRIMPI 740.9 741.9 0.134970981 Harga Rill Impor Pulp Indonesia HRXPI 370.7 337.6 -8.929053143 Harga Rill Ekspor Pulp Indonesia MPI 0.8261 0.8278 0.205786224 Impor Pulp Indonesia
XPI 2.4034 2.466 2.604643422 Ekspor Pulp Indonesia DKI 6.0287 6.0298 0.018246056 Permintaan Kertas Indonesia SKI 5.5013 5.6084 1.946812572 Penawaran Kertas Indonesia QKI 8.4305 8.6285 2.348615147 Produksi Kertas Indonesia HRKI 4660.2 4612.7 -1.019269559 Harga Riil Kertas Indonesia HRMKI 934.7 934.8 0.01069862 Harga Rill Impor Kertas Indonesia
HRXKI 603.2 528.6 -12.36737401
Harga Rill Ekspor Kertas Indonesia
MKI 0.3338 0.3338 0.000620366 Impor Kertas Indonesia XKI 3.263 3.3539 2.785779957 Ekspor Kertas Indonesia
(5)
Lampiran 9. Lanjutan
2. Peningkatan Tarif Impor Kertas Sebesar 20 Persen
Variabel Nilai dasar
Nilai akhir
Tarif Impor Kertas 20
persen Label
DPI 4.1915 4.1916 0.002385781 Permintaan Pulp Indonesia SPI 3.4 3.4001 0.002941176 Penawaran Pulp Indonesia QPI 4.9774 4.9774 -4.73362E-05 Produksi Pulp Indonesia HRPI 3434.7 3434.7 -0.473361765 Harga Rill Pulp Indonesia HRIMPI 740.9 740.9 0.035264368 Harga Rill Impor Pulp Indonesia HRXPI 370.7 370.7 0.003365255 Harga Rill Ekspor Pulp Indonesia MPI 0.8261 0.8261 0.000150304 Impor Pulp Indonesia
XPI 2.4034 2.4034 -1.44849E-05 Ekspor Pulp Indonesia DKI 6.0287 6.0287 -6.43749E-07 Permintaan Kertas Indonesia SKI 5.5013 5.5007 -0.010906513 Penawaran Kertas Indonesia QKI 8.4305 8.4305 1.545E-07 Produksi Kertas Indonesia HRKI 4660.2 4660.5 0.006437492 Harga Riil Kertas Indonesia HRMKI 934.7 1087 16.29399807 Harga Rill Impor Kertas Indonesia
HRXKI 603.2 603.2 -2.44353E-05
Harga Rill Ekspor Kertas Indonesia
MKI 0.3338 0.3331 -0.209706411 Impor Kertas Indonesia XKI 3.263 3.263 7.29239E-08 Ekspor Kertas Indonesia
(6)