Latar Belakang Pemasaran Kayu Rakyat di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mendapatkan tekanan tinggi untuk memenuhi kebutuhan kayu, air, lingkungan, dan berbagai produk serta jasa lainnya. Pemanfaatan sumber daya hutan secara berlebihan merupakan salah satu bentuk tekanan, sehingga sumber daya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang diharapkan oleh masyarakat. Salah satu alternatif yang dapat ditawarkan untuk mengurangi tekanan tersebut adalah pembangunan hutan rakyat, yakni dengan menanam pohon yang mempunyai nilai komersial terutama di lahan-lahan yang marginal dan kurang produktif. Saat ini kehadiran hutan rakyat semakin dibutuhkan karena mempunyai manfaat yang bersifat ekonomis maupun ekologis. Peranan hutan rakyat dari segi ekonomi cukup penting bagi masyarakat. Di Pulau Jawa sekitar 70 konsumsi kayu dipenuhi dari hutan rakyat. Manfaat dari segi ekologi hutan rakyat mempunyai peranan sebagai pelindung dan perbaikan tata air. Maka pengelolaan hutan rakyat ini perlu ditingkatkan karena banyak pihak ikut merasakan manfaat hutan rakyat. Perkembangan hutan rakyat dimulai pada tahun 1930-an oleh pemerintah Kolonial di Jawa. Setelah merdeka pemerintah Indonesia melanjutkan kegiatan tersebut pada tahun 1952 melalui gerakan “Karang Kitri”. Secara nasional pengembangan hutan rakyat dibawah payung program penghijauan diselenggarakan pada tahun 1960-an yang dicantumkan dalam Pekan Raya Penghijauan pertama tahun 1961 Suharjito Darusman 1998. Kegiatan pemasaran kayu rakyat sangat penting diperhatikan karena sebagian besar pelaku hutan rakyat tidak mengetahui konsep pemasaran, sehingga pelaku hutan rakyat memperoleh pendapatan dari hasil hutan rakyat relatif kecil. Pemasaran sengon dari hutan rakyat sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakat setempat, baik berupa kondisi fisik maupun kondisi sosial budayanya. Setiap daerah memiliki cara-cara khusus dalam menjawab keanekaragaman persoalan yang mereka hadapi, demikian pula dengan kondisi yang melingkupi para petani hutan rakyat Himmah 2002. Adi 1992 dalam Yuniandra 1997 menyatakan bahwa dalam hal pemasaran hasil hutan rakyat, sebagian besar petani hutan rakyat masih rendah pengetahuannya. Kurangnya informasi disertai kurangnya permodalan yang dimiliki petani menyebabkan peranan tengkulak menjadi sangat menonjol, terutama dalam penentuan harga pasaran. Akibatnya dalam pemasaran hasil kayu rakyat ini, umumnya petani menjadi pihak yang dirugikan, karena terjadi pembagian keuntungan yang tidak merata dan petani mendapat bagian yang relatif lebih kecil dari pihak-pihak lain yang terlibat. Apabila keadaan ini terus berlangsung, maka akan membuat petani tidak mau melestarikan usaha hutan rakyat. Penelitian ini mencoba memperoleh gambaran kegiatan pemasaran distribusi produk yang telah dihasilkan oleh petani hutan rakyat.

1.2 Tujuan