Pedagang Pengumpul Profil Pelaku Pemasaran Kayu Rakyat

kesepakatan antara petani dan pembeli. Pada awalnya petani yang akan menjual kayu menawarkan harga kepada pembeli, setelah itu pembeli menaksir banyaknya pohon yang akan di jual dalam luasan tertentu dan menaksir volume setiap pohonnya. Hasil volume akan dikalikan harga per kubik kayu yang dijualnya. Sehingga diperoleh harga yang sesuai untuk membeli kayu dan terjadi tawar menawar antara petani dan pembeli. Menurut petani sistem ini memiliki keuntungan yaitu kayu yang dijualnya dapat diambil semua dan petani tidak mengalami kerugian jika terdapat pohon yang gerowong. Kerugian ini ditanggung oleh pedagang pengumpul sebagai pihak pembeli. Namun sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu harga beli yang diberikan oleh pedagang pengumpul ditentukan dengan cara menaksir volume pohon saja. Menaksir dalam hal ini adalah memperkiraan volume pohon yang akan dijual. Sehingga perhitungan volume kurang akurat yang dapat mengakibatkan petani mengalami kerugian. Namun ada juga sebagian kecil petani yang menjual kayunya dengan sistem kubikasi sebesar 3 sampai 23. Sistem ini biasanya dipakai jika petani sudah mengerti perhitungan volume pohon. Dalam penjualannya, pohon yang akan dijualnya dihitung diameter dan tinggi taksirannya kemudian pembeli menentukan volume pohon tersebut dengan melihat tabel tarif volume kayu. Sistem penjualan kubikasi merupakan sistem yang paling baik karena harga beli yang diberikan pedagang pengumpul sesuai dengan volume yang akan dijual oleh petani. Keuntungan sistem ini petani akan mendapatkan harga jual yang sesuai dengan volume jualnya dan petani tidak tertipu oleh harga beli pedagang pengumpul. Namun sistem ini jarang sekali digunakan petani karena keterbatasan informasi cara menghitung volume pohon.

5.2.2 Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul merupakan salah satu pelaku pemasaran kayu rakyat. Responden ini ditemui di lokasi penelitian sebanyak 15 orang dari 3 desa, yaitu: Desa Neglasari, Desa Sidamulih, dan Desa Margajaya. Pada saat melakukan wawancara terhadap responden pedagang pengumpul ini, pada umumnya dapat ditemui di rumah mereka masing-masing pada waktu tertentu. Hal ini disebabkan waktu yang dimiliki responden ini digunakan sebaik-baiknya untuk mencari kayu yang akan dijual. Disamping itu selain menjadi pedagang pengumpul, responden ini juga sering melakukan aktivitas bertani di sawah bersama keluarga dan kerabat dekatnya. Karakteristik responden pedagang pengumpul pada masing-masing desa dapat dikelompokkan berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Persentase terbesar pada karakteristik responden pedagang pengumpul berdasarkan umur yaitu 66,67 pada responden yang berusia 40-49 tahun. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikannya, responden pedagang pengumpul masih memiliki tingkat pendidikan rendah sebesar 66,67 yaitu tingkat pendidikan SD. Pada umumnya mata pencaharian responden pedagang pengumpul yaitu petani. Profesi sebagai pedagang pengumpul biasanya dilakukan pada saat ada penjualan kayu, apabila tidak ada responden ini melakukan kegiatan bertani. Pengelompokkan responden pedagang pengumpul pada masing-masing desa penelitian berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik pedagang pengumpul hutan rakyat di tingkat desa berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian Karakteristik Jumlah Persentase Umur 20-49 13 86,67 50 2 13,33 Pendidikan SD 10 66,67 SLTP 5 33,33 SLTA Mata Pencaharian utama Petani 10 66,67 Wiraswasta 2 13,33 Pengusaha kayu 3 20 Mata Pencaharian Sampingan Pedagang makanan 3 20 Pengusaha kayu 8 53,33 Petani 4 26,67 Responden pedagang pengumpul mendapatkan kayu dari petani langsung. Pedagang pengumpul ini mendatangi rumah petani dan menawarkan apakah kayu yang dimiliki petani akan dijual atau tidak. Selain itu, ada juga petani yang menemui pedagang pengumpul menawarkan kayunya yang akan dijual. Bentuk transaksi jual beli antara petani dengan pedagang pengumpul yaitu tunai. Petani biasanya menjual hasil kayu rakyat pada pedagang pengumpul yang berada pada satu desa ataupun kecamatan. Pedagang pengumpul pada umumnya merupakan keluarga petani yang memiliki modal lebih dari Rp 10 juta, sehingga mampu membeli kayu milik petani pada saat dibutuhkan. Ada pun modal yang dimiliki oleh pedagang pengumpul berasal dari hasil pinjaman industri penggergajian. Dengan modal pinjaman yang diberikan, mengharuskan pedagang pengumpul menjual kayunya ke industri tersebut. Kayu yang dipasarkan pedagang pengumpul ke industri penggergajian yaitu berbentuk kayu bulat log. Hal ini disebabkan karena pedagang pengumpul tidak memiliki alat untuk penggergajian kayu, sehingga kayu yang dibeli kemudian dijual lagi ke industri penggergajian. Lokasi industri penggergajian dengan pedagang pengumpul berada pada satu kecamatan. Dalam usaha pembelian kayu, pedagang pengumpul tidak memiliki target yang tetap setiap bulannya karena daya beli pedagang sangat bergantung pada ketersediaan modal. Pembelian kayu yang dilakukan pedagang pengumpul per bulannya sekitar 4-20 kali pembelian dan kapasitas pembelian kayu sebanyak 5-70 m³. Data mengenai kapasitas pembelian kayu rakyat oleh pedagang pengumpul dapat dilihat pada Lampiran 3 . Kegiatan pemanenan dilakukan sepenuhnya oleh pedagang pengumpul, mulai dari menebang sampai pengangkutan. Alat yang digunakan untuk menebang yaitu chainsaw, sedangkan alat untuk menyarad kayu ke pinggir jalan yaitu menggunakan motor, mobil dan tenaga manusia. Penggunaan motor dan mobil dapat dilakukan jika keadaan jalan sarad dapat dilewati. Apabila jalan sarad tidak dapat dilewati dengan kendaraan, maka penyaradan dilakukan menggunakan tenaga manusia dengan cara dipikul. Hasil pembelian kayu dapat langsung di angkut ke Tempat Penimbunan Kayu TPK dengan menggunakan mobil. Pedagang pengumpul yang memiliki lahan sendiri untuk dijadikan TPK akan menampung kayunya sementara sebelum kayunya dijual ke industri penggergajian. sebaliknya jika pedagang pengumpul tidak memiliki lahan untuk TPK, maka kayu tersebut dapat langsung di bawa menuju TPK milik industri gergajian. Gambar 5 Log di TPK pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul memiliki tenaga kerja yang membantu dalam kegiatan pemanenannya. Pada umumnya memiliki tenaga kerja sebanyak 5-15 orang dengan upah yang diberikan per hari berkisar anatara Rp 25.000 sampai Rp 35.000. Upah yang diberikan jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan yang dikerjakannya. Upah operator chainsaw biasanya lebih besar daripada upah kuli panggul dalam pengangkutannya. 5.2.3 Industri Penggergajian Industri penggergajian yang ditemukan pada saat penelitian yaitu berada di Desa Sidamulih, Desa Bangunsari, dan Desa Neglasari sebanyak 10 responden. Produk yang dibuat dari industri penggergajian ini yaitu berupa produk olahan seperti papan dan kusen. Jenis dan ukuran produk yang dihasilkan industri penggergajian dapat dilihat pada Lampiran 4. Bahan baku yang dibuat untuk produk olahan yaitu jenis sengon. Gambar 6 merupakan gambar produk olahan kayu gergajian yang dihasilkan oleh industri penggergajian. Produk ini kemudian akan dijual ke industri yang lebih besar di luar kota. Gambar 6 Produk olahan kayu gergajian. Kegiatan produksi pada industri penggergajian sangat bergantung pada ketersediaan modal yang dimiliki. Modal yang dimiliki rata-rata setiap industri penggergajian adalah lebih dari Rp 100 juta. Kapasitas industri penggergajian dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kapasitas industri penggergajian produk olahan No Responden Nama Industri Lokasi Kapasitas Produksi m³bulan 1 PK. Dua Sekawan Sidamulih 180 2 PK. Sinar Laksana Sidamulih 100 3 PK.Karunia Sidamulih 40 4 PK. Sono Jati Sidamulih 100 5 UD. Citra Mandiri Bangunsari 288 6 PK. Karya Jati Bangunsari 83 7 Timan Bangunsari 40 8 PK. Barokah Jaya Mandiri Bangunsari 80 9 PK. Mandala Neglasari 200 10 Rudi Karya Neglasari 125 Jumlah 1236 Rata-rata 123,6 Tabel 13 menunjukkan bahwa hampir setiap industri penggergajian memiliki nama perusahanya. Hal tersebut membuktikan bahwa industri tersebut legal dan memiliki surat izin yang sah. Rata-rata kapasitas produksi olahan per bulannya sebesar 123,6 m³. Industri ini umumnya menjual produk kayu berupa olahan ke industri besar yang berada di luar kota yaitu diantaranya Surabaya, Bekasi, Tasik, Tanggerang, Banjar, Karawang, Bogor, Depok, Jepara, Cirebon, dan Tegal. Data tujuan pemasaran oleh industri penggergajian dapat dilihat pada Lampiran 5. Industri penggergajian ini memiliki jumlah tenaga kerja antara 10-50 orang dengan upah per hari sebesar Rp 28.000 sampai Rp 45.000. Alat penggergajian yang digunakan untuk membuat produk olahan adalah mesin Band Saw dengan merk Pandan 36. Jumlah unit yang dimiliki oleh industri penggergajian ini yaitu minimal dua unit. Gambar 7 Alat penggergajian kayu. Ukuran produk olahan yang dibuat berbeda-beda sesuai permintaan industri besar. Ukuran untuk pembuatan produk olahan seperti papan tebal 2,7; 3,7; 5,2 cm, panjang dengan ukuran lebih dari 1 m, dan lebar 8,10,12 cm berlaku kelipatan 2. Produk olahan yang dijual memiliki kualitas seperti super kualitas A dan all grade kualitas B. Kualitas A produk yang bebas dari mata hati dan busuk, maksimal mata hati berjumlah 2. Sedangkan kualitas B boleh terdapat mata hati hanya tidak boleh busuk. Harga jual setiap industri berbeda-beda sesuai dengan pertimbangan biaya yang mereka keluarkan. Produk olahan memiliki harga jual yang berbeda-beda sesuai kualitas produknya. Produk olahan jenis kualitas A dijual dengan harga rata-rata sekitar Rp 1,2 jutam³ sedangkan jenis olahan kualitas B sekitar Rp 1 jutam³. Harga jual rata-rata produk olahan dari industri penggergajian ke industri besar di luar kota yaitu sebesar Rp 1.200.000m³. Perhitungan harga jual rata-rata untuk produk olahan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Perhitungan harga jual rata-rata produk olahan No Responden Nama Industri Harga Kayu gergajian Rpm³ 1 PK. Dua Sekawan 1.200.000 2 PK. Sinar Laksana 1.250.000 3 PK.Karunia 1.200.000 4 PK. Sono Jati 1.250.000 5 UD. Citra Mandiri 1.200.000 6 PK. Karya Jati 1.200.000 7 Timan 1.200.000 8 PK. Barokah Jaya Mandiri 1.200.000 9 PK. Mandala 1.100.000 10 Rudi Karya 1.200.000 Harga jual rata-rata produk olahan U1.200.000 Pada umumnya industri ini memperoleh bahan bakunya dari pedagang pengumpul. Bahan baku tersebut akan langsung dikirimkan ke TPK milik industri. Sehingga industri penggergajian tidak disulitkan dalam hal pemenuhan bahan bakunya. Gambar 8 Log di TPK industri penggergajian.

5.3 Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat