Surveilans Vektor Pengendalian Vektor Surveilans Kasus

Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukannya virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit meningkat pesat. Meningkatnya jumlah kasus dan bertambah luasnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air Soedarmo, 2004.

2.3.7. Pencegahan Primer Soegijanto, 2004

Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier. Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

A. Surveilans Vektor

Surveilans untuk nyamuk Aedes Aegypti sangat penting untuk menentukan distribusi, kepadatan populasi, habitat utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang berkaitan dengan penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan insektisida yang dipakai, untuk memprioritaskan wilayah dan musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor. Data tersebut akan memudahkan pemilihan dan penggunaan sebagian besar peralatan pengendalian vektor, dan dapat dipakai untuk memantau keefektifannya. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah survei jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik, yaitu dengan cara Universitas Sumatera Utara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Pemeriksaan Jentik Berkala PJB merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desakelurahan endemis pada 100 rumahbangunan yang dipilih secara acak random sampling. Angka Bebas Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah.

B. Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes Aegypti. Secara garis besar ada 3 cara pengendalian vektor yaitu : a. Pengendalian Cara Kimiawi b. Pengendalian Hayati Biologik c. Pengendalian Lingkungan

C. Surveilans Kasus

Surveilans kasus DBD dapat dilakukan dengan surveilans aktif maupun pasif. Di beberapa negara pada umumnya dilakukan surveilans pasif. Meskipun sistem surveilans pasif tidak sensitif dan memiliki spesifisitas yang rendah, namun sistem ini berguna untuk memantau kecenderungan penyebaran dengue jangka panjang. Pada surveilans pasif setiap unit pelayanan kesehatan rumah sakit, Puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktek swasta, dll diwajibkan melaporkan setiap penderita termasuk tersangka DBD ke dinas kesehatan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Universitas Sumatera Utara Surveilans aktif adalah yang bertujuan memantau penyebaran dengue di dalam masyarakat sehingga mampu mengatakan kejadian, dimana berlangsung penyebaran kelompok serotipe virus yang bersirkulasi, untuk mencapai tujuan tersebut sistem ini harus mendapat dukungan laboratorium diagnostik yang baik. Surveilans seperti ini pasti dapat memberikan peringatan dini atau memiliki kemampuan prediktif terhadap penyebaran epidemi penyakit DBD.

D. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk