Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaandiagnosa dan Landasan Teori

2.3.8. Pencegahan Sekunder Soegijanto, 2004

Pada pencegahan sekunder dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: Penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara : a. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera bawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan.

b. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaandiagnosa dan

pengobatan segera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD tersebut kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah kemungkinan adanya penularan lebih lanjut. c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan kejadian luar biasa KLB kepada Camat, dan Dinas Kesehatan KotaKabupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya.

2.4. Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Jika kita membahas mengenai pemberdayaan masyarakat, maka tidak akan jauh dari partisipasi masyarakat dimana Universitas Sumatera Utara individu, kelompok maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat dilingkungannya. Secara teoritis, Erickson dalam Suparjan,2003 menyampaikan konsep partisipasi menyebutkan kelompok sebagai adanya himpunan orang-orang yang memiliki kesadaran akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi tidak selalu formal dan melibatkan interaksi di antara anggota-anggotanya. Kelompok memiliki dua ciri khas yaitu anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok memiliki sense of belonging dan masing-masing anggota kelompok merasa terikat satu dengan lainnya. Partisipasi masyarakat diwujudkan dalam pemberdayaan masyarakat yang lahir dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar “pemberdayaan”, di mana “daya” bermakna kekuatan power. Pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Cara dengan menciptakan mekanisme dari dalam build-in untuk meluruskan keputusan-keputusan alokasi yang adil, yakni dengan menjadikan rakyat mempunyai pengaruh. Sementara Freire Suparjan, 2003 menyatakan empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untuk mendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang opresif. Masyarakat yang sudah mempraktekkan pemberdayaan masyarakat memiliki beberapa kriteria, yaitu : a. Memiliki inisiatif dalam pengambilan ide atau keputusan-keputusan yang yang lebih baik untuk hidup mereka. Universitas Sumatera Utara b. Mampu mengelola sumber daya yang ada semaksimal mungkin dan menggunakannya dengan baik untuk keperluan hidup manusia. c. Toleransi variasi, artinya mampu menerima perubahan dari luar masyarakat kalau memang perubahan itu memang menawarkan cara yang lebih baik. d. Mampu menggerakkan kelompok lain di masyarakat sehingga bergerak ke arah yang lebih baik. e. Komunikasi antar sesama yang baik tetap terjaga. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar, oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespons Skinner, dalam Notoadmodjo, 2003. Perilaku kesehatan health behavior yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya. Salah satu perilaku kesehatan adalah pengendalian penyakit DBD. Pemberantasan penyakit DBD memerlukan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat. Diperlukan tindakan-tindakan nyata masyarakat, seperti “PSN dan 3M + 1T” untuk pengendalian ataupun pemberantasan DBD Becker dalam Notoatmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Konsep Penelitian