II.9.1. Ciri – Ciri Sikap
Sherif Gerungan, 2004 : 163 menyatakan ciri – ciri sikap adalah: 1.
Sikap tidak dibawa orang sejak dilahirkan, tetapi ia dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan
dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif – motif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan
lain – lain penggerak kegiatan manusia yang menjadi pembawaan baginya, dan yang terdapat padanya sejak dilahirkan.
2. Sikap dapat berubah – ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang;
atau sebaliknya, sikap – sikap dapat dipelajari sehingga sikap dapat berubah pada seseorang bila keadaan dan syarat tertentu yang
mempermudah berubahnya sikap pada orang itu. 3.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk
dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut. Jadi sikap dapat berkaitan dengan sederetan objek yang serupa.
5. Sikap mempunyai segi – segi motivasi dan segi – segi perasaan.
Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
Universitas Sumatera Utara
II.9.2. Fungsi Sikap
Pada hakikatnya, sikap memiliki fungsi – fungsi psikologis yang berbeda. Orang yang berbeda mungkin memiliki sikap yang sama karena
alasan yang berbeda dan seseorang mungkin memegang sikap tertentu karena lebih dari satu alasan. Fungsi sikap bagi seseorang juga
memengaruhi tingkat konsistensi orang itu dalam memegang sikapnya dan tingkat kemudahan mengubah sikap.
Katz Sobur, 2003 : 369 menyatakan fungsi sikap yaitu; pertama, sikap mempunyai fungsi organisasi. Keyakinan yang terkandung dalam
sikap kita memungkinkan untuk mengorganisasikan pengalaman sosial kita membebankan padanya perintah tertentu dan memberinya makna. Kedua,
sikap memberikan funsi kegunaan. Kita menggunakan sikap untuk menegaskan sikap orang lain dan selanjutnya memperoleh persetujuan
sosial. Ketiga, sikap itu memberikan fungsi perlindungan. Sikap menjaga kita dari ancaman terhadap harga diri kita.
Rita L. Atkinson dan kawan – kawan menyebut lima fungsi sikap, yakni :
1. Fungsi Instrumental
Sikap yang kita pegang karena alasan praktis atau manfaat dikatakan memiliki fungsi instrumental. Sikap ini semata – mata
mengekspresikan keadaan spesifik keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau hadiah dan menghindari hukuman.
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi Pengetahuan
Sikap yang membantu kita memahami dunia, yang membawa keteraturan bagi berbagai informasi yang harus diasimilasikan
dalam kehidupan sehari – hari dikatakan memiliki fungsi pengetahuan. Sikap tersebut adalah skema penting yang
memungkinkan untuk mengorganisasi dan mengolah berbagai informasi secara efisien tanpa harus memperhatikan detailnya.
3. Fungsi Nilai – Ekspresif
Sikap yang mengekspresikan nilai– nilai kita atau mencerminkan konsep diri disebut nilai ekspresif. Contoh, seseorang yang
bersikap positif terhadap seorang gay karena memegang kuat terhadap nilai – nilai keanekaragaman, kebebasan pribadi dan
toleransi sedangkan orang lain mungkin bersikap negatif terhadap gay tersebut. Karena sikap nilai ekspresif berasal dari
nilai atau konsep dasar seseorang, mereka cenderung konsisten satu sama lain.
4. Fungsi Pertahanan Ego
Sikap yang melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga diri kita dikatakan memiliki fungsi pertahanan ego.
Konsep pertahanan ego berasal dari teori psikoanalisis Freud. Salah satu mekanisme pertahanan ego yang dijelaskan oleh
Freud adalah proyeksi: individu meresepsi impuls yang tidak dapat diterima kemudian mengekspresikan sikap bermusuhan
kepada orang lain yang dirasakan memiliki impuls yang sama.
Universitas Sumatera Utara
5. Fungsi Penyesuaian Sosial
Sikap yang membantu kita merasa menjadi bagian dari komunitas, dikatakan sikap yang memiliki fungsi penyesuaian
sosial. Misalnya seseorang yang menahan keyakinan dan sikap kepada kelompok religius atau partai politik tertentu karena
keluarga, tetangga, teman: aktual keyakinan dan sikap mereka kurang penting dibandingkan ikatan sosial yang diberikannya.
Sampai tingkat memiliki fungsi penyesuaian sosial, sikap dapat berubah jika norma sosial berubah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Program Generasi Berencana
Generasi Berencana adalah sebuah program Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional BKKBN yang dilakukan untuk menekan
laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program ini diperkenalkan oleh Kepala BKKBN Pusat Dr. Sugiri Syarief. MPA sejak pertengahan tahun
2009 yaitu pada berbagai media dan dalam berbagai kesempatan kampanye KRR Kesehatan Reproduksi Remaja.
Program Generasi Berencana mencakup persiapan menuju generasi yang terencana serta keseluruhan pesan-pesan yang terkait dengan
Kesehatan Reproduksi Remaja KRR yakni Seksualitas : Narkotika, Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya NAPZA, Infeksi Menular
Seksual IMS dan HIVAIDS sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi seorang remaja.
Tujuan diadakannya program Generasi Berencana di Indonesia selain untuk mengurangi kepadatan penduduk namun untuk memberikan
pengertian dan kesadaran generasi muda untuk membangun keluarga berkualitas.
Program Generasi Berencana dilaksanakan atas dasar suka rela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Oleh
sebab itu, bimbingan, pendidikan serta pengarahan sangat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai dan menerima pola
Universitas Sumatera Utara
keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program Generasi
Berencana tidak hanya menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan
kehidupan masyarakat. Remaja didorong untuk merencanakan kehidupan mulai usia dini
demi masa depan yang lebih baik. Dimulai dengan belajar yang sungguh hingga memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Karena dengan modal
pendidikan akan memperoleh pekerjaan yang sesuai. Kemudian memasuki jenjang pernikahan dan merencanakan kapan akan memiliki anak, berapa
tahun jarak kelahiran anak serta perencanaan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tepat. Belajar study – bekerja work – menikah
married merupakan konsep yang ditawarkan program Generasi Berencana. Oleh karena itu, dalam merencanakan terbentuknya sebuah
keluarga juga harus mempertimbangkan 3 hal yang sangat penting yaitu: • Kesiapan fisikbiologis.
Berdasarkan penelitian, usia perkawinan ideal adalah usia 20 tahun dimana sistem reproduksi seseorang terutama wanita telah matang.
Sehingga seorang isteri sudah siap untuk proses kehamilan dan persalinan. Usia reproduksi sehat idealnya pada rentang usia 20-30
tahun. Kemudian jarak kelahiran anak yang sehat adalah sekitar 3–5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
• Kesiapan rohanipsikis. Usia dibawah 20 tahun belum dapat dikatakan dewasa penuh,
sehingga cara berpikir dan bertanggung jawab belum sepenuhnya dewasa.
• Kesiapan sosialekonomi. Orang yang menikah pada usia muda kurang dari 20 tahun
umumnya belum cukup bekal pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang menunjang untuk memperoleh penghasilan atau
pekerjaan yang memadai. Oleh sebab itu, program Generasi Berencana diharapkan mampu
menjadi trendsetter bagi para remaja Indonesia agar dapat menjadi generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa.
III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian III.2.1. SMA Kemala Bhayangkari I Medan
SMA Kemala Bhayangkari I Medan didirikan oleh yayasan kepolisian dengan dibawah naungan Direktorat Logistik Ditlop. SMA
Kemala Bhayangkari I Medan dibangun pada tahun 1977 dengan jumlah siswa awalnya adalah 17 orang yang di pimpin oleh Imam Sudjari.
Kemudian SMA Kemala Bhayangkari berkembang pada tahun 1978 menjadi 2 kelas dibawah kepemimpinan Sudjito.
Pada lulusan pertama 1979, SMA Kemala Bhayangkari I Medan menghasilkan lulusan terbaik karena membanggakan sekolah di bidang
akademis maupun non akademis. Pada tahun 2007, sekolah ini mengalami
Universitas Sumatera Utara
peralihan pimpinan dari alm. Sudjitno kepada Muryanto dan siswa – siswi sekolah tersebut berhasil mendapatkan berbagai prestasi.
Adapun prestasi yang telah di raih SMA Kemala Bhayangkari I Medan adalah:
Tabel 4 PRESTASI SMA KEMALA BHAYANGKARI I MEDAN
No Nama Prestasi
Tahun
1 Drum Band Duta Sumatera Utara
pada acara parade senja di Istana Jakarta
1995 2
Juara harapan II Drum Band piala ISTP – Pardede Medan
2001 3
Juara harapan II Drum Band Piala Wali Kota Medan
2003 4
Juara II Lomba Cerdas Cermat Prevention Unit dan Apresiasi
Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Harapan Medan
2005
5 Juara II Try Out UN Jurusan IPS
yang dilaksanakan Quantum 2006
6 Juara III Try Out UN Jurusan IPS
yang dilaksanakan Quantum 2006
7 Juara II Try Out UN Jurusan IPA
yang dilaksanakan Quantum 2006
8 Juara III renang gaya dada antar
pelajar tingkat kota Medan 2008
9 Juara II Cabang Karate Olimpiade
Olahraga Nasional Kota Medan 2008
10 Juara II cabang Karate President of The 9th Malaysian School Open
Karate Championship Orginizing Committee Congratulates The
Category Winner 2008
11 Juara III Pawai Berjalan kaki HUT RI ke – 3 tanggal 17 Agustus
2008 12 Juara III Cabang Open Turnamen
Taekwondo Kota Medan 2008
Sumber : Tata Usaha SMA Kemala Bhayangkari I Medan
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2011, jumlah siswa – siswi di SMA Kemala Bhayangkari I Medan mulai dari kelas I, II, III sebanyak 596 orang. Dimana jumlah pria
sebanyak 242 orang dan wanita sebanyak 317 orang. Berikut perinciannya:
Tabel 5 JUMLAH SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI I MEDAN
Kelas Laki – laki
Perempuan Jumlah
1-1 17
23 40
1-2 15
25 40
1-3 16
24 40
1-4 18
12 40
XI IPA 1 11
27 38
XI IPA 2 17
23 40
XI IPS 1 22
15 37
XI IPS 2 17
22 39
XII IPA 1 11
28 39
XII IPA 2 13
27 40
XII IPS I 21
22 43
XII IPS 2 20
20 40
XII IPS 3 19
21 40
XII IPS 4 25
18 43
TOTAL 569
Sumber : Tata Usaha SMA Kemala Bhayangkari I Medan
Universitas Sumatera Utara
III.2.2. Visi dan Misi III.2.2.1. Visi
Berdisiplin dan berprestasi berdasarkan Imtaq.
III.2.2.2. Misi
• Melaksanakan pembelajaran secara terprogram yang dilandasi rasa iklas, penuh tanggung jawab serta disiplin yang tinggi.
• Menumbuhkan budaya gemar membaca, senang belajar, haus akan ilmu pengetahuan, serta budaya malu jika ketinggalan dalam
berprestasi. • Memberdayakan potensi warga sekolah untuk menunjang
pencapaian hasil KBM secara maksimal. • Melaksanakan evaluasi kegiatan pembelajaran serta memberikan
pembinaan – pembinaan secara berkesinambungan. • Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap
ajaran agama yang dianut, serta budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
• Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dengan baik untuk menunjang keberhasilan intrakurikuler.
• Melaksanakan “check dan richek” terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah secara berkesinambungan.
• Memberikan pelayanan secara kooperatif terhadap warga sekolah, masyarakat dan pemerintah.
• Membina hubungan kerjasama yang harmonis, baik antarwarga sekolah, maupun dengan mitra sekolah.
Universitas Sumatera Utara
• Bertawakal kepada Allah setelah berikhtiar secara maksimal.
III.2.3. Tujuan Sekolah
Mengacu pada tercapainya visi dan misi sekolah, maka program – program yang dikembangkan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
adalah: • Terbentuknya warga sekolah yang santun.
• Terpenuhinya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar – mengajar sesuai dengan tuntutan masyarakat.
• Terciptanya suasana pembelajaran yang aman dan menyenangkan. • Proses belajar – mengajar berjalan lancar karena guru dan karyawan
bekerja secara profesional. • Membiasakan siswa belajar mandiri.
• Meningkatkan jumlah siswa lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri PTN.
• Meningkatkan prestasi kegiatan ekstrakurikuler minimal sampai ke tingkat provinsi.
• Siswa tamatan mempunyai bekal keterampilan. • Mempunyai manajemen pelayanan yang partisipatif, dan optimalnya
peran stakeholder sekolah.
Universitas Sumatera Utara
III.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang berusaha menjelaskan suatu
permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan, dan apabila ada seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut Rakhmat, 2004 : 27.
Penelitian korelasional ini bertujuan untuk melihat sejauhmanakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi
berpengaruh terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.
III.4. Populasi dan Sampel III.4.1. Populasi
Sugiyono menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari; objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya. Jadi populasi data yang diteliti yang berkaitan dengan
sekelompok orang, kejadian atau semua yang mempunyai karakteristik tertentu dan anggota populasi itu disebut dengan elemen populasi Ruslan,
2003 : 133. Dalam hal ini, populasi penelitian adalah siswa SMA Kemala
Bhayangkari I Medan. Dengan jumlah siswa sebanyak 569 orang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 Populasi Siswa – Siswi SMA Kemala Bhayangkari I Medan
KELAS POPULASI
I 160
II 174
III 253
JUMLAH 569
Sumber Data : Tata Usaha SMA Kemala Bhayangkari I Medan 20102011
III.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai
suatu yang berlaku bagi populasi Arikunto, 2002 : 109. Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus
Taro Yamane dengan presisi 10 dengan tingkat kepercayaan 90 , yakni sebagai berikut:
N Nd² + 1
Keterangan: N = Jumlah Populasi
n = Sampel
Universitas Sumatera Utara
d² = Presisi digunakan 10 atau 0,1 Berdasarkan data yang ada, maka penelitian ini memerlukan sampel
sebanyak: n = 569
569 0,1² + 1 n = 569
5,69 + 1 n = 569
6.69 n = 85,05
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 85 orang.
III.5. Teknik Penarikan Sampel
Penarikan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik – teknik berikut:
1. Proportional Stratified Sampling
Teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan berdasarkan
karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen. Sampel ini memungkinkan untuk memberi peluang
kepada populasi yang lebih kecil untuk setiap dipilih sebagai sampel. Setelah jumlah sampel ditentukan, kemudian diproporsionalkan
untuk memperoleh jumlah sampel dari setiap divisi dengan menggunakan rumus:
n = n1 x n2 N
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: n1
: Jumlah populasi n2
: Jumlah sampel N
: Jumlah populasi
Tabel 7 Penarikan sampel
Kelas Populasi
Penarikan Sampel Sampel
Kelas 1 160
n = 160 x 85 = 23,90 569
24 Kelas II
174 n = 174 x 85 = 25,99
569 26
Kelas III 235
n = 235 x 85 = 35,10 569
35
Jumlah 85
2. Purposive Sampling
Teknik penarikan sampel ini mencakup orang – orang yang diseleksi atas dasar kriteria – kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan
penelitian. Sedangkan orang – orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Yang menjadi kriteria
dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan dan telah menonton iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di
televisi. Purposive Sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek, bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu Kriyantono, 2006 : 154.
Universitas Sumatera Utara
3. Accidental Sampling
Yaitu memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.
III.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan Library Research
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan yang mendukung penelitian. Sumber – sumber
buku berasal dari buku ilmu komunikasi, jurnal, internet dan buku lain yang berkaitan dengan penelitian.
2. Penelitian lapangan Field Research
Pengumpulan data dengan cara Field Research dilakukan dengan cara membagi kuesioner pada lokasi penelitian, yaitu pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh responden.
III.7. Teknik Analisis Data
a. Analisis Tabel Tunggal
Yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi – bagikan variabel penelitian ke dalam kategori – kategori yang dilakukan atas
dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan
persentase untuk setiap kategori.
Universitas Sumatera Utara
b. Analisis Tabel Silang
Yaitu suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan
variabel yang lainnya. c.
Uji Hipotesis Yaitu pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang
diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan
rumus Spearman Spearman’s Rho Rank – Order Correlations. Dalam teknik ini setiap data variabel – variabel yang diteliti harus ditetapkan
peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar diranking. Rumus koefisiennya:
6
∑d² Rho = 1 -
N N² - 1 Keterangan:
Rho : Koefisien korelasi rank – order
d : Perbedaan antara pasangan jenjang
∑ : Sigma atau jumlah
1 : Bilangan Konstan
6 : Bilangan Konstan
N : Jumlah individu dalam sampel
Universitas Sumatera Utara
Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala
ordinal. Jika r
s
0, maka hipotesa ditolak. Jika r
s
0, maka hipotesa diterima. Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasional digunakan
skala Guilford Rachmat, 2004 : 29. 0,20
= Hubungan rendah sekali; lemas sekali 0,20 – 0,40 = Hubungan rendah tetapi pasti
0,41 – 0,70 = Hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90 = Hubungan yang tinggi; kuat
0,90 = Hubungan sangat tinggi; kuat sekali; dapat
diandalkan Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n 10, digunakan rumus t
test
pada tingkat signifikansi 0,05 Kriyantono, 2008 : 177 sebagai berikut: � = � � − 2
1 − �
2
Keterangan: t
= Nilai t
hitung
r = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
jika t
hitung
t
table
, maka hubungannya signifikan jika t
hitung
t
tabel
, maka hubungannya tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pengantar