Landasan Yuridis yang dijadikan acuan defenisi hak cipta musik atau lagu di Indonesia diatur dalam Pasal 12 ayat 1 huruf d Undang-Undang Hak Cipta
Nomor 19 Tahun 2002, menyebutkan dengan jelas bahwa lagu atau musik dengan atau tanpa teks merupakan bagian dari hak cipta sekaligus merupakan bagian Hak
Atas Kekayaan Intelektual yang juga harus mendapat perlindungan hukum. Lebih tegas lagi, Penjelasan Pasal 12 ayat 1 huruf d Undang-Undang
Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 menjelaskan dengan jelas bahwa lagu atau musik dalam undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh
sekalipun terdiri dari unsur atau melodi, syair atau lirik dan aransemennya termasuk notasi. Yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau musik
tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta.
F. Metode Penelitian
Metode dapat diartikan sebagai suatu cara untuk memperoleh sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode diartikan sebagai cara yang telah
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, cara menyelidiki. Soerjono Soekanto berpendapat menurut kebiasaan, metode dirumuskan dengan
dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut: 1.
Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian; 2.
Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan; 3.
Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. Penelitian itu sendiri berasal dari bahasa Inggris “research” yang berasal
dari kata re yang artinya kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian secara harfiah kata research berarti mencari kembali.
Jadi, tujuan dari diadakannya penelitian oleh penulis adalah untuk menjawab setiap permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya.
Agar diperoleh data yang akurat, penulis menggunakan bentuk atau model Penelitian Kepustakaan library research. Di dalam penelitian kepustakaan
terdapat 3 tiga jenis bahan hukum yang dapat digunakan, yaitu: 1.
bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari:
a. norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
b. peraturan dasar, yaitu:
− batang tubuh UUD 1945;
− ketetapan-ketetapan MPRS;
c. Peraturan Perundang-Undangan:
− Undang-undang atau perpu;
− Peraturan pemerintah;
− Keputusan presiden;
− Keputusan menteri;
− Peraturan daerah.
d. Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, misalnya hukum adat;
e. Yurisprudensi;
f. Traktat;
g. Bahan hukum dari zaman penjajajahan yang hingga kini masih berlaku,
misalnya KUHP dan KUHPerdata; 2.
bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya Rancangan Undang-Undang RUU, Rancangan Peraturan
Pemerintah RPP, hasil penelitian hukum, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum, dan sebagainya.
3. bahan hukum tertier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya: kamus- kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya. Agar
diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahannya, maka kepustakaan yang dicari dan dipilih harus relevan dan mutakhir.
9
G. Sistematika Penulisan