Penyelesaian Sengketa Tidak Tergantung Perkara Pidananya

komersial atau kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial, sesuai yang diatur Pasal 57 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002.

1. Penyelesaian Sengketa Tidak Tergantung Perkara Pidananya

Apabila terjadi pelanggaran hak cipta dapat diselesaikan dari segi pidananya lebih dahulu dan tidak tertutup kemungkinan pihak korban akan menyelesaikan dari segi perdatanya. Penyelesaian sengketa perdata pada dasarnya tidak tergantung dari penyelesaian perkara pidananya. Dapat terjadi pula dalam waktu yang bersamaan pelanggaran hak cipta diselesaikan dari segi pidana dan segi perdatanya di dua lembaga penyelesaian yang berbeda. Jika perkara pidananya dapat selesai lebih dahulu dan pelakunya diputus terbukti bersalah melakukan pelanggaran hak cipta sehingga yang bersangkutan dihukum pidana, maka hasilnya dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan perkara perdatanya. Putusan hakim dalam perkara pidana dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara perdatanya. Putusan tersebut merupakan alat bukti surat yang dapat membuktikan adanya peristiwa pelanggaran hak cipta. Ada kemungkinan dalam perkara pidananya pelaku dinyatakan tidak terbukti bersalah sehingga diputus bebas oleh pengadilan. Bebasnya pelaku dari persidangan perkara pidana tetap tidak dapat menutup pihak korban untuk menyelesaikan sengketa secara perdata. Gugatan tetap dapat diajukan ke pengadilan dan sepanjang korban selaku penggugat dapat membuktikan dalil- dalilnya maka gugatannya akan dikabulkan. Dalam penyelesaian secara perdata apabila gugatannya dikabulkan maka pelaku diwajibkan membayar ganti kerugian kepada penggugat pemegang hak cipta atas pelanggaran hak cipta. Itulah sebabnya gugatan tersebut dinamakan gugatan ganti rugi. Penyelesaian secara perdata dengan penyelesaian secara pidana dapat terjadi kemungkinan memperoleh putusan yang berbeda, misalnya pelakunya dibebaskan di pengadilan pidana sedangkan di pengadilan perdata pelakunya dinyatakan melanggar hak cipta, atau sebaliknya. Adanya putusan yang tidak sinkron ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengadilannya berbeda, dimana perkara pidananya diadili di Pengadilan Negeri sedangkan perkara perdatanya di Pengadilan Niaga. Kemudian hakimnya juga berbeda, di Pengadilan Negeri hakim umum dan di Pengadilan Niaga hakim khusus yang menangani perkara perniagaan. Dari segi pembuktiannya, untuk pembuktian perkara pidana alat bukti saksi yang lebih diutamakan, sedangkan untuk pembuktian perkara perdata lebih mengutamakan alat bukti surat. 27

2. Pengadilan yang Berwenang Menyelesaikan Sengketa