ciptaan hanya berakibat pihak yang yang mendaftarkan tersebut dianggap sebagai penciptanya.
Dalam sengketa hak cipta pendaftaran ciptaan tidak mempengaruhi pengajuan gugatan ke Pengadilan Niaga. Pengadilan tidak boleh menolak gugatan
pelanggaran hak cipta dengan alasan penggugat tidak mendaftarkan ciptaan. Apabila yang disengketakan tentang pendaftaran ciptaan sehingga muncul
gugatan pembatalan pendaftaran ciptaan juga tidak dibatasi waktunya. Undang- Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 tidak membatasi waktu pengajuan
gugatan pembatalan pendaftaran ciptaan, sehingga kapan saja terjadi sengketa pendaftaran ciptaan gugatannya dapat diajukan ke Pengadilan Niaga.
1. Pembuktian Terhadap Perbuatannya
Gugatan atas pelanggaran hak cipta diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga. Panitera mendaftarkan gugatan pada tanggal gugatan diajukan, dan kepada
penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani pejabat berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran. Panitera menyampaikan
gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lama 2 dua hari setelah gugatan didaftarkan. Dalam jangka waktu paling lama 3 tiga hari setelah gugatan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari siding. Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai paling lama 60 enam puluh hari
setelah gugatan didaftarkan. Juru sita pengadilan memanggil para pihak paling lama 7 tujuh hari
setelah gugatan didaftarkan. Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 sembilan puluh hari setelah gugatan didaftarkan, dan dapat diperpanjang paling
lama 30 tiga puluh hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung. Putusan yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut,
harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, dan apabila diminta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun diajukan upaya hukum. Isi putusan
Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 empat belas hari setelah putusan diucapkan.
Surat merupakan alat bukti yang utama dalam perkara perdata, karena dengan alat bukti tersebut peristiwa hukumnya lebih mudah dibuktikan daripada
pembuktian dengan saksi-saksi. Putusan pengadilan di dalam hukum pembuktian tergolong surat yang berbentuk akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang
hakim saat mengadili perkara, sehingga isinya patut dipercaya kebenarannya. Putusan tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga tidak
memerlukan alat bukti lain untuk membuktikan kesalahan pihak tergugat. Misalnya adalah putusan hasil perkara pidana yang dalam kasus-kasus tertentu
mungin sudah lebih dulu diselesaikan baru kemudian salah satu pihaknya menggugat gugatan ganti rugi secara perdata.
2. Pembuktian Terhadap Jumlah Kerugian