Pembuktian Terhadap Jumlah Kerugian

lama 30 tiga puluh hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung. Putusan yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut, harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, dan apabila diminta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun diajukan upaya hukum. Isi putusan Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 empat belas hari setelah putusan diucapkan. Surat merupakan alat bukti yang utama dalam perkara perdata, karena dengan alat bukti tersebut peristiwa hukumnya lebih mudah dibuktikan daripada pembuktian dengan saksi-saksi. Putusan pengadilan di dalam hukum pembuktian tergolong surat yang berbentuk akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang hakim saat mengadili perkara, sehingga isinya patut dipercaya kebenarannya. Putusan tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga tidak memerlukan alat bukti lain untuk membuktikan kesalahan pihak tergugat. Misalnya adalah putusan hasil perkara pidana yang dalam kasus-kasus tertentu mungin sudah lebih dulu diselesaikan baru kemudian salah satu pihaknya menggugat gugatan ganti rugi secara perdata.

2. Pembuktian Terhadap Jumlah Kerugian

Untuk menghitung kerugian akibat pelanggaran hak cipta tampaknya tidak mudah dilakukan bagi pencipta atau pemegang hak cipta karena pada umumnya mengalami kesulitan untuk menghitung hasil yang pasti berapa yang sesungguhnya kerugian yang diderita. Meskipun demikian setidaknya ada 2 dua hal yang perlu diperhatikan dalam menggugat ganti rugi di bidang HKI, yaitu mengenai pembukuan dan pembuktian. Untuk pembukuan, apakah pencipta atau pemegang hak cipta yang merasa dirugikan akibat pelanggaran hak cipta sudah melaksanakan dengan benar pembukuan dalam berdagang, sehingga dapat diketahui tentang banyaknya jumlah produksi barang dagangan, jumlah barang yang dipasarkan, jumlah barang yang sudah terjual, dengan menggunakan standar akuntansi. Jika pembukuannya sudah benar maka pencipta atau pemegang hak cipta dapat menghubungkan kerugian yang dideritanya dengan adanya peristiwa pelanggaran hak cipta. Mengenai pembuktian tentang besarnya kerugian yang diderita pencipta atau pemegang hak cipta di pengadilan mengikuti hukum acara yang berlaku dalam HIRR.Bg dengan menggunakan alat bukti yang sah. Dalam perkara perdata alat bukti yang diutamakan adalah surat. Surat yang berbentuk akta mempunyai kekuatan pembuktian yang lebih tinggi daripada surat yang bukan akta surat biasa. Akta notaris lebih dipercaya hakim dibandingkan dengan akta di bawah tangan. Akta di bawah tangan baru mempunyai kekuatan pembuktian apabila diakui kebenaran materinya oleh para pihak yang memuat akta. Untuk membuktikan kerugian pemegang hak cipta masih terasa kesulitan dalam mengajukan akta nota riil ke persidangan. Pembuktian yang berupa daftar labarugi maupun catatan-catatan biasanya berupa surat yang bukan akta. 36 36 Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 146. Secara kesuluruhan dapat kita lihat bahwa untuk membuktikan telah terjadi pembajakan dan kerugian akibat pembajakan adalah melalui bukti-bukti surat. Selain itu diperlukan juga alat bukti lain seperti misalnya keterangan saksi. Analisa Kasus Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 76Hak Cipta2008PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 2 April 2009, antara MOCHAMAD ZULOHAIDIR, CAHYO APRASYI, DIDIN KARYA SUSTIANTYO, INDAH SULISTYOWATI HARYONO, ANGGA HELMAWAN, yang selanjutnya disebut GROUP BAND CARAMEL melawan DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI, Cq. DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL, Cq. DEREKTORAT HAK CIPTA. DESAIN INDUSTRI, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DAN RAHASIA DAGANG sebagai Tergugat I dan RIFAI ILYAS sebagai Tergugat II Para pihak: Penggugat : MOCHAMAD ZULOHAIDIR, CAHYO APRASYI, DIDIN KARYA SUSTIANTYO, INDAH SULISTYOWATI HARYONO, ANGGA HELMAWAN, yang selanjutnya disebut GROUP BAND CARAMEL, yang beralamat di Klapas Mega G27 Surabaya, dalam hal ini memilih tempat kediaman Hukum pada Kantor Ramsudin Manullang, SH Rekan, Advokat dan Pengacara yang beralamat di Komplek Ruko Rawajali Blok B No. 17, Jalan Raya Pasar Minggu Km. 19 Jakarta Selatan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 08 November 2008; Tergugat I : DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI, Cq. DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL, Cq. DEREKTORAT HAK CIPTA. DESAIN INDUSTRI, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DAN RAHASIA DAGANG, Jalan Daan Mogot Km. 24 Tangerang; Tergugat II : RIFAI ILYAS, berdomisili di Jalan A.P. Pettarani No. 62 RT. 09 RW. 002 Kelurahan Tamaung, Kecamatan Panankukang, Makassar Sulawesi Selatan. Kasus Posisi Ringkasan Kasus Dalam perkara ini Penggugat merasa dirugikan oleh Tergugat I yang mengabulkan pencatatan pendaftaran Ciptaan Lagu yang berjudul JAUH atas nama Tergugat II, padahal pengajuan permohonan pendaftaran lagu tersebut lebih dahulu diajukan oleh Penggugat dengan judul TINGGAL KENANGAN kepada Tergugat I pada tanggal 19 Juni 2008, akan tetapi dengan sengaja telah mengabaikan pengajuan permohonan pendaftaran ciptaan lagu yang diajukan oleh Penggugat dan serta merta langsung mengabulkan permohonan pendaftaran ciptaan lagu yang diajukan oleh Tergugat II pada tanggal 9 Juli 2008. Dalam hal ini, antara lagu yang berjudul JAUH milik Tergugat II dengan lagu yang berjudul TINGGAL KENANGAN milik Penggugat terdapat kesamaan notasinada lagu dengan hanya sedikit sekali perbedaan lirik. Penggugat menuduh Tergugat II telah melakukan tipu muslihat dan mencoba mengelabui Tergugat I untuk mengabulkan pendaftaran ciptaan lagu miliknya yang berjudul JAUH, padahal menurut Penggugat lagu tersebut adalah ciptaannya namun dengan judul yang berbeda yaitu TINGGAL KENANGAN. Menurut Penggugat kepemilikannya atas lagu TINGGAL KENANGAN tidak perlu dibuktikan lagi karena berdasarkan Putusan Pengadilan NegeriNiaga Surabaya yang telah berkekuatan hukum tetap, Penggugat sudah ditetapkan sebagai Pencipta sekaligus sebagai Pemegang Hak Cipta atas lagu tersebut. Memang sebelumnya pihak Penggugat pernah digugat oleh Sdr. Armanto Hasyim dan Pengadilan NegeriNiaga Surabaya memenangkan pihak Band Caramel sebagai Tergugat pada waktu itu. Di sisi lain, pihak Tergugat II juga menyatakan kepemilikannya atas lagu berjudul JAUH yang sudah diumumkannya pertama kali pada tanggal 25 November di Makassar dan memiliki bukti-bukti lengkap untuk membuktikannya. Dalam gugatan ini Tergugat II sekaligus mengajukan Gugatan Rekonvensi terhadap Penggugat karena dianggap sudah melanggar haknya dengan mengakui, mengumumkan bahkan memperbanyak dengan tujuan komersil lagu JAUH yang kemudian diganti judulnya menjadi TINGGAL KENANGAN oleh PenggugatTergugat Rekonvensi. Posita Gugatan 1. Penggugat merasa dirugikan oleh tindakan Tergugat I yang telah mengabulkan permohonan pendaftaran hak cipta lagu JAUH milik Tergugat II pada tanggal 9 Juli 2008, sedangkan permohonan pendaftaran lagu milik Penggugat yang berjudul TINGGAL KENANGAN pada tanggal 19 Juni 2008 tidak digubris dan diabaikan oleh Tergugat I, padahal jika dilihat dari perbedaan tanggalnya sudah jelas bahwa Penggugat lah yang terlebih dahulu mendaftarkan lagu miliknya; 2. Penggugat merasa bahwa Tergugat II dalam hal ini telah melakukan pelanggaran hak moral karena mengganti judul lagu TINGGAL KENANGAN miliknya menjadi berjudul JAUH, dan mencoba mengelabui Tergugat I dengan perubahan judul itu; 3. Penggugat merasa keberatan dengan tindakan Tergugat I yang dianggapnya telah mengabulkan permohonan pendaftaran Tergugat II tanpa memperhatikan atau tanpa melakukan pemeriksaan atau telah melakukan kekhilafan atau kelalaian sesuai dengan kewenangan yang ada padanya, atau setidaknya membandingkan dengan lagu ciptaan yang sudah didaftarkan oleh Penggugat sebelumnya; 4. Penggugat yang sebelumnya juga pernah terlibat dalam sengketa pembuktian hak milik atas ciptaan lagu yang sama di Surabaya pada tahun 2008 merasa percaya diri karena sudah terbukti bahwa merekalah Grup Band Caramel PenciptaPemegang Hak Cipta dari lagu berjudul TINGGAL KENANGAN tersebut dan keberatan serta merasa dirugikan apabila ada pihak lain yang mengakui hal sebaliknya; 5. Dan karena tindakan Tergugat I serta Tergugat II, Penggugat merasa dirugikan baik moril maupun materiil yang jika ditotal kerugiannya sejumlah Rp. 6.120.000.000,- Enam milyar seratus dua puluh juta rupiah untuk kerugian materiil, dan sejumlah Rp. 709.000.000,- Tujuh ratus sembilan juta rupiah untuk kerugian morilnya. Petitum Gugatan 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. menyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum pendaftaran ciptaan lagu berjudul JAUH dengan Nomor Pendaftaran 038123 atas nama Pencipta Rifai Ilyas dengan segala akibat hukumnya; 3. Memerintahkan Tergugat I untuk menghapus dan mencoret ciptaan lagu berjudul JAUH atas nama Pencipta Rifai Ilyas dari Daftar Umum Ciptaan Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Ditjen HKI, Departemen Hukum dan HAM RI; 4. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk membayar gantu rugi materiil sebesar Rp. 6.120.000.000,- Enam milyar seratus dua puluh juta rupiah dang anti rugi immaterial sebesar Rp. 709.000.000,- Tujuh ratus sembilan juta rupiah; 5. Membebankan biaya perkara kepada Tergugat I dan Tergugat II; 6. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu dan serta merta walaupun ada verzet atau kasasi. Terhadap gugatan Penggugat dalam Konvensi tersebut, Tergugat II dalam Konvensi mengajukan gugatan Rekonvensi terhadap Penggugat Konvensi, sebagai berikut: Posita Gugatan Rekonvensi 1. Penggugat Rekonvensi adalah Pencipta dan Pemegang Hak Cipta yang sesungguhnya atas karya cipta lagu notasinada dan lirik yang berjudul JAUH dan diumumkan pertama kali pada tanggal 25 November 2003 di Makassar; 2. Diketahui telah beredar di masyarakat lagu ciptaan Penggugat Rekonvensi dengan menggunakan judul lain yaitu TINGGAL KENANGAN yang dibawakan oleh Tergugat Rekonvensi dan diedarkan dalam bentuk CD dan Kaset yang diproduksi oleh Produser bersama Executive Produser NAGASWARA; 3. Penggugat Rekonvensi mendaftarkan ciptaan lagunya yang berjudul JAUH kepada Ditjen HKI pada 9 Juli 2008 dan dikabulkan oleh Ditjen HKI; 4. Penggugat Rekonvensi telah menyampaikan somasi kepada Tergugat Rekonvensi untuk menghentikan pengumuman dan perbayakan atas karya cipta lagu TINGGAL KENANGAN yang judul aslinya adalah JAUH, namun tidak dipenuhi; 5. Karena itu, Penggugat Rekonvensi menyampaikan laporan pelanggaran Hak Cipta pada Kepolisian RI Polda Metro Jaya pada tanggal 2 September 2008 dengan laporan polisi No. Pol. : LP2222KIX2008SPK Unit I, dan sementara kasus ini berjalan di Pengadilan Niaga, pemeriksaan pidana juga masih tetap berlangsung dan belum putus; 6. Tergugat Rekonvensi telah merubah sebagian kecil lirik dan judul lagu JAUH menjadi TINGGAL KENANGAN dan merubah nama Penciptanya tanpa persetujuan atau ijin Penggugat Rekonvensi baik secara lisan maupun tertulis. Tindakan ini telah melanggar baik hak moril maupun hak ekonomi dari Penggugat Rekonvensi; 7. Akibat tindakan Tergugat Rekonvensi tersebut, Penggugat Rekonvensi telah mengalami kerugian yang jika ditotal sebesar Rp. 6.925.000.000,- Enam milyar sembilan ratus dua puluh lima juta rupiah bagi kerugian hak ekonomi, dan Rp. 1.000.000.000,- Satu milyar rupiah bagi kerugian hak moral. Petitum Gugatan Rekonvensi 1. Dalam eksepsinya, Penggugat Rekonvensi meminta agar Majelis Hakim menerima Eksepsi Tergugat II; 2. Dalam pokok perkaranya meminta agar: a. Menolak gugatan Penggugat secara keseluruhan; b. Menyatakan bahwa Sertifikat Hak Cipta atas lagu JAUH ciptaan Tergugat II KonvensiPenggugat Rekonvensi yang dikeluarkan oleh Ditjen HKI adalah sah; c. Menghukum Penggugat membayar biaya perkara. 3. Dalam Rekonvensi meminta agar: Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi secara keseluruhan; Menyatakan bahwa Penggugat Rekonvensi adalah Pencipta dan Pemegang Hak Cipta yang sesungguhnya atas karya cipta lagu JAUH sesuai dengan yang terdaftar pada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata letak Sirkuit Terpadu pada Rahasia Dagang No. 038123 yang judul dan sebagian liriknya telah dirubah menjadi TINGGAL KENANGAN; Menyatakan bahwa Tergugat Rekonvensi telah melanggar Hak Cipta milik Penggugat Rekonvensi, khususnya terhadap hak moral. Memerintahkan Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi secara ekonomi sebesar Rp. 6.925.000.000,- Enam milyar sembilan ratus dua puluh lima juta rupiah, dan secara moral sebesar Rp. 1.000.000.000,- Satu milyar rupiah; Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada verzet, kasasi atau upaya hukum lainnya. Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Niaga 1. Dalam eksepsinya, Tergugat I mengajukan keberatan-keberatan yang didasarkan pada alasan: a. Eksepsi Kompetensi Absolut, karena Penggugat menyatakan bahwa Tergugat I telah melakukan kekhilafan atau kelalaian yang menjadi kewenangannya untuk melakukan pemeriksaan atas permohonan Pendaftaran Ciptaan Lagu, maka seharusnya menjadi kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN; b. Gugatan Penggugat tidak jelas obscuur libel mengenai posita dan petitum gugatannya, sebab dalam posita gugatannya menyatakan bahwa Tergugat I telah melakukan kekhilafan atau kelalaian sedangkan dalam petitum gugatannya memohon pembatalan Surat Pendaftaran Ciptaan yang terdaftar; c. Gugatan Penggugat Salah Pihak error in persona, karena Tergugat I tidak perlu digugat sebab kapasitasnya hanya melaksanakan fungsi administrai pendaftaran saja; Maka berdasarkan alasan-alasan tersebut hakim menolak gugatan Penggugat. 2. Dalam Eksepsinya, Tergugat II mengajukan keberatan dengan alasan-alasan: a. Gugatan Penggugat Kabur obscuur libel, karena tidak menyebutkan judul gugatannya dan juga menggabungkan antara gugatan pembatalan hak cipta dengan tuntutan ganti rugi; b. Gugatan Penggugat Prematur premptoire, mengingat objek gugatan a quo masih dipermasalahkan karena dalam proses pemeriksaan di kepolisian pada Penyidik Polda Metro Jaya; c. Gugatan Penggugat kurang pihak plurium litis consortium karena tuntutan ganti rugi berkaitan penjualan CD dan Kaset sehingga seharusnya tidak ada kaitannya dengan Tergugat I maupun Tergugat II melainkan tanggung jawab produser dan executive produser Penggugat yaitu NAGASWARA; d. Gugatan Penggugat Diskualifikasi in Person sebab tidak jelas kapasitas hukum Penggugat principal apakah Grup Band Caramel dapat bertindak sebagai subjek hukum; Dan terhadap eksepsi tersebut Penggugat telah membantah dalam Repliknya yang menyebutkan: a. Tergugat I tidak cermat memahami fakta hukumnya karena kewenangan mengadili atas sengketa pembatalan pendaftaran ciptaan adalah kewenangan absolut Pengadilan Niaga bukan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN; b. Gugatan Penggugat sama sekali tidak kabur karena antara posita dan petitumnya adalah merupakan suatu rangkaian fakta-fakta hukum yang didasarkan atas bukti Putusan Pengadilan Niaga Surabaya yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, sehingga wajar bila mengajukan gugatan pembatalan ciptaan lagu JAUH dengan nomor pendaftaran 038123 atas nama Tergugat II; c. Dari fakta hukum tersebut berarti gugatan Penggugat tidak error in persona karena kapasitas hukum antara Tergugat I dengan Tergugat II telah jelas; Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas hakim menolak eksepsi Tergugat I dan Tergugat II karena tidak berdasarkan hukum. 3. Pertimbangan Majelis Hakim terhadap persoalan hukum di atas adalah: a. Setelah dicermati maka pada intinya adalah mengenai gugatan pembatalan pendaftaran ciptaan lagu berjudul JAUH, maka benar merupakan kewenangan Pengadilan Niaga; b. Bahwa terhadap eksepsi gugatan yang obscuur libel, keberatan tersebut seharusnya sudah memasuki materi pokok perkara sebab sesuai bantahan Penggugat adalah merupakan fakta-fakta hukum yang harus dibuktikan; c. Bahwa terhadap eksepsi gugatan Penggugat adalah premature karena masih adanya proses pidana, maka menurut Majelis Hakim tidak berdasar hukum sebab antara proses pidana dan perdata dapat berjalan sendiri- sendiri atau secara bersamaan; d. Bahwa apakah Grup Band Caramel dapat bertindak sebagai subjek hukum maka setelah mencermati surat kuasa Penggugat maupun gugatannya ternyata jelas disebutkan siapa-siapa personilnya sebagai penggugat principal, dengan demikian jelas prinsipalnya adalah Grup Band Caramel; Berdasarkan uraian pertimbangan di atas Majelis Hakim berpendapat tidak beralasan hukum untuk menerima Eksepsi Tergugat-Tergugat dan karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima; 4. Dalam Pokok Perkara Majelis Hakim memberi pertimbangan atas dua versi dalil hukum yang saling bertentangan antara Penggugat dan Tergugat- Tergugat yaitu sebagai berikut: a. Untuk membuktikan dalil gugatannya pihak Penggugat mengajukan alat bukti surat berupa P-1 dan P-2, sedangkan pihak Tergugat I mengajukan alat bukti surat berupa T1-1 sd TI-4 dan Tergugat II mengajukan bukti surat TII-a sd TII-6 dan bukti untuk Penggugat Rekonvensi berupa PR-1 sd PR-4 yang masing-masing telah dicocokkan dengan aslinya; b. Bahwa yang dimaksud dengan hak cipta menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 adalah “hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”; c. Bahwa Pasal 1 angka 2 dan angka 5 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 menegaskanPencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama -sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi dan hasil karya cipta tersebut harus diwujudkan sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain dengan cara diumumkan; d. Bahwa Pasal 2 ayat 1 menegaskan pula “ Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembata san menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”; e. Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 mensyaratkan keaslian suatu karya cipta adalah benar-benar hasil kemampuan pikiran, imajinasi, keterampilan atau keahlian dari sang penciptanya, karya cipta mana harus diwujudkan, diumumkan atau diperdengarkan kepada khalayak ramai. Dengan demikian perlindungan hak cipta terjadi secara otomatis ketika suatu karya cipta diumumkan dan diwujudkan; f. Bahwa menurut keterangan Ahli Prof. Dr. Eddy Damian, SH. hal yang sangat spesifikasi dari Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 adalah pemberian perlindungan secara otomatis tanpa harus mendaftarkan dulu suatu hasil karya cipta, dimana perlindungannya muncul saat suatu karya cipta diwujudkan dan diumumkan. Dalam hal karya cipta lagu, perlindungannya diberikan ketika lagu ciptaan tersebut diwujudkan dalam bentuk tulisan mengenai liriknya, notasinada atau melodinya dan kemudian lagu tersebut diperdengarkan kepada khalayak ramai; g. Bahwa perlindungan hak cipta terhadap sebuah lagu adalah meliputi judul lagu, lirik lagunya dan melodi atau notasi lagu tersebut sebagai suatu satu kesatuan, hal demikian dikarenakan karya cipta lagu lebih bersifat personal sebgai perwujudan pikiran atau imajinasi penciptanya, perlindungan hukumnya lebih kepada Hak Moral dan Hak Ekonomi, sehingga apabila hal tersebut dirubah berarti telah terjadi pelanggaran hak moral; h. Bahwa dapat disimpulkan yang menjadi pokok sengketa adalah siapakah sebenarnya pencipta lagu TINGGAL KENANGAN atau lagu JAUH yang ternyata keduanya memiliki lirik dan notasinada yang sama atau hampir sama; i. Bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya Penggugatlah sebagai pencipta lagu TINGGAL KENANGAN mengajukan alat bukti surat P-1 berupa Purusan Pengadilan Niaga Surabaya No. 07HAKIPdt2008PN.Niaga Sby. yang menyatakan Penggugat adalah Pencipta atas karya lagu berjudul TINGGAL KENANGAN dan telah mengumumkannya pada tanggal 11 November 2004 serta mengedarkannya dengan memproduksi Kaset dan CD melalui Grup Band Caramel; j. Bahwa terhadap bukti P-1 tersebut Majelis berpendapat pada prinsipnya adalah merupakan alat bukti surat yang mempunyai nilai pembuktian sempurna bagi para pihak yang ersengketa, karena memang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, akan tetapi bila berkaitan dengan pihak ketiga yang juga merasa sebagai Pencipta lagu tersebut, putusan tersebut masih dapat diuji kebenarannya apabila ada pihak yang berhasil membuktikan sebaliknya; k. Bahwa setelah Majelis Hakim menganalisa secara cermat alat bukti surat yang diajukan oleh kedua belah pihak dengan mendengarkan lagu yang disengketakan tersebut, baik yang dinyayikan oleh Penggugat maupun oleh Tergugat II, serta membandingkan syair atau lirik dan notasinada lagu TINGGAL KENANGAN dan lagu JAUH, dapat dipastikan salah satunya adalah lagu asli dan pencipta aslinya; l. Bahwa sesuai faktanya lagu JAUH yang diciptakan oleh Tergugat II Rifai Ilyas yang diumumkan pertama kali pada tanggal 25 November 2003 di Makassar adalah lebih dulu daripada lagu TINGGAL KENANGAN yang diumumkan sejak tanggal 11 November 2004 yang diciptakan oleh Grup Band Caramel Surabaya; m. Bahwa setelah memperhatikan bukti-bukti surat yang ada, diantara kedua lagu tersebut memang terdapat banyak kesamaan namun pada lagu TINGGAL KENANGAN terdapat sedikit perubahan lirik khususnya dalam bait pertama garis ketiga dan keempat sedangkan notasi dan nadanya sama persis, berdasarkan fakta tersebut maka Majelis Hakim berpendapat bahwa lagu JAUH adalah sebagai lagu yang asli; n. Bahwa mengenai persoalan siapa pencipta lagu JAUH sebenarnya, dari bukti-bukti yang diajukan oleh Tergugat II serta keterangan-keterangan para saksi semua menyatakan bahwa Tergugat II lah Pencipta dari lagu JAUH tersebut; o. Bahwa dari misteri yang ada di internet tentang lagu JAUH tersebut, ternyata menurut pakar telematika Roy Suryo, suara yang ada di internet adalah suara asli Penyanyi Abe dari Makassar yang telah mendapatkan izin dari Tergugat II untuk menyanyikannya; p. Dari fakta-fakta hukum tersebut di atas maka Majelis Hakim berpendapat lagu JAUH adalah hasil karya cipta dari Tergugat II Rifai Ilyas; 5. Berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum di atas Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat II telah berhasil membuktikan kebenaran sebaliknya dari dalil hukum Penggugat, dengan demikian lagu yang menjadi objek sengketa yang asli adalah berjudul JAUH dan sebagai Penciptanya adalah Tergugat II Rifai Ilyas dari Makassar, dan tindakan Penggugat telah merubah judul lagu serta merubah sebagian kecil liriknya, kemudian mengumumkan, mengedarkan serta menjual lagu tersebut adalah merupakan bukti pelanggaran hak moral dan hak ekonomi Tergugat II. 6. Dengan demikian tindakan Tergugat II untuk mendaftarkan lagu ciptaannya adalah telah sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku; 7. Karena Penggugat tidak berhasil membuktikan kebenaran dalil pokok gugatannya maka gugatan Penggugat harus ditolak dan terhadap dalil hukum selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut dan harus dikesampingkan; 8. Mengingat bahwa Penggugat berada di pihak yan kalah maka harus dihukum pula untuk membayar biaya perkara; 9. Dalam Rekonvensinya, Penggugat Rekonvensi telah mendalilkan semua fakta hukumnya seperti yang telah diuraikan sebelumnya dan Tergugat Rekonvensi menolak dengan tegas dalil Penggugat Rekonvensi tersebut dalam Repliknya, karena tidak pernah memproduksi, mengedarkan dan menjual lagu dengan judul JAUH, tetapi hanya memproduksi serta menjual lagu dengan judul TINGGAL KENANGAN; 10. Setelah Majelis Hakim mencermati substansi gugatan Penggugat Rekonvensi maka hal tersbut sudah dipertimbangkan dan dinyatakan sebagai hukum maka tuntutan dalam gugatan Rekonvensi pantas untuk dikabulkan; 11. Terhadap petitum siapakah pencipta lagu JAUH sebenarnya, maka berdasarkan pertimbangan dalam Gugatan Konvensi tuntutan tersebut pantas dikabulkan dan Penggugat Rekonvensi terbukti sebagai Pencipta lagu sebenarnya; 12. Terhadap tuntutan mengenai perubahan judul lagu serta sedikit lirik tanpa merubah notasinada dan selanjutnya telah memproduksi, menjual dan mengedarkannya adalah melanggar hak moral serta hak ekonomi sehingga Majelis Hakim memutuskan untuk mengabulkan petitum tersebut. Mengenai ganti kerugian juga dikabulkan oleh Majelis Hakim namun disesuaikan jumlahnya dengan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan bukti-bukti yang ada. 13. Terhadap petitum agar putusan dapat dilaksanakan serta merta dilihat Majelis Hakim tidak ada urgensinya maka tidak dikabulkan; 14. Karena Tergugat Rekonvensi berada di pihak yang kalah, maka dihukum untuk membayar biaya perkara; Diktum Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat: 1. Dalam Konvensi a. Menyatakan eksepsi Tergugat I dan Tergugat II tidak dapat diterima; b. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Dalam Rekonvensi a. Mengabulkan Gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian; b. Menyatakan bahwa Penggugat Rekonvensi adalah Pencipta dan Pemegang Hak Cipta yang sesungguhnya atas karya cipta lagu JAUH sesuai dengan yang terdaftar pada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang di bawah nomor 038123; c. Menyatakan bahwa Tergugat Rekonvensi telah melanggar Hak Cipta milik Penggugat Rekonvensi, khususnya terhadap Hak Moral dan Hak Ekonomi; d. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar ganti rugi Hak Ekonomi sebesar Rp. 750.000.000,- dan Hak Moral sebesar Rp. 250.000.000,- sehingga ganti rugi keseluruhan yang harus dibayar adalah sebesar Rp. 1.000.000.000,- Satu milyar rupiah kepada Penggugat Rekonvensi; e. Menolak gugatan untuk selain dan selebihnya; 3. Dalam Konvensi dan dalam Rekonvensi: Menghukum Penggugat KonvensiTergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara yang berjumlah Rp. 641.000,- enam ratus empat puluh satu ribu rupiah. Di dalam upaya hukum lebih lanjut yaitu kasasi kepada Mahkamah Agung RI juga Mahkamah Agung berpendapat semua alasan kasasi yang diberikan oleh Pemohon kasasi, dalam hal ini Penggugat, tidak dapat dibenarkan. Dengan itu maka permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi ditolak dan Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi tersebut. Atas dasar putusan tersebut, dikemukakan: Setelah di analisa, maka dapat kita ketahui bahwa pelanggaran yang terjadi di atas adalah lebih ke arah pelanggaran hak moral pencipta atau pemegang hak cipta. Berdasarkan Pasal 24 jo. Pasal 55 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang termasuk pelanggaran hak moral pencipta atau pemegang hak cipta adalah: 1. meniadakan atau tidak menyebutkan nama pencipta lagu ketika lagu dipublikasikan; 2. mencantumkan namanya sebagai pencipta lagu padahal dia bukan pencipta lagu tersebut; 3. mengganti atau mengubah judul lagu; danatau 4. mengubah isi lagu. Dalam kasus diatas yang terjadi adalah pihak Penggugat mencantumkan namanya sebagai pencipta lagu padahal dia bukan pencipta lagu tersebut, dia juga mengganti dan mengubah judul serta sebagian dari isi lagu. Hal ini selain menimbulkan kerugian moral bagi Pencipta sebenarnya juga menimbulkan kerugian materiil yang besar jumlahnya. Pertimbangan-pertimbangan serta tindakan hukum yang diambil oleh Majelis Hakim juga kita lihat sudah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Majelis Hakim sudah mempertimbangkan segala aspek. Majelis menggunakan alat bukti surat dan saksi untuk memeriksa perkara tersebut dan memberi putusan serta vonis yang tepat kepada Penggugat dalalm hal ini yang terbukti telah melakukan pelanggaran hukum dan merugikan Tergugat II sebagai pencipta dan pemegang hak cipta terhadap ciptaan lagu berjudul JAUH. Di dalam peraturan perundang-undangan jelas disebutkan bahwa yang sah sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas sebuah karya cipta khususnya dalam hal ini adalah karya cipta lagu dan musik, adalah orang yang pertama kali mengumumkan jarya cipta tersebut. Orang yang mendaftarkan dan terdaftar hanya dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, namun apabila di kemudian hari ada yang keberatan dan bisa membuktikan sebaliknya, maka hal tersebut bisa diperiksa kembali kebenarannya. Mengenai jumlah ganti kerugian yang diputuskan Majelis Hakim juga sudah tepat dan sudah berdasarkan kenyataan serta telah memperhitungkan keuntungan yang diharapkan. Dalam eksepsinya Tergugat I menyatakan bahwa gugatan Penggugat premature karena adanya proses pidana yang dilaporkan tergugat II ke polisi, sehingga haruslah ditunggu adanya putusan pidana terlebih dahulu barulah gugatan perdata ini dapat diajukan. Eksepsi ini ditolak oleh pengadilan yang dalam pertimbangannya dikatakan bahwa keberatan tersebut tidak berdasar hukum, sebab antara proses pidana dengan sengketa niaga dapat berjalan sendiri atau secara bersamaan karena substansi yang dipersoalkan adalah berbeda. Proses pidana adalah menyangkut pelanggaran hak cipta dari sisi pidana dan sengketa niaga berkaitan dengan kepemilikan hak ciptaan, dengan demikian tidak mesti harus menunggu satu sama lain. Apa yang dipertimbangkan oleh pengadilan dalam perkara yang menjadi studi kasus dalam penulisan skripsi ini sudah sesuai dengan landasan teori yang sudah diuraikan di awal pembahasan Bab III ini, dimana dapat dilakukan pemeriksaan perkara pidana terlebih dahulu baru diikuti dengan gugatansengketa niaga tentang kepemilikan hak cipta, dan putusan pidana dapat dijadikan sebagai bukti surat untuk mendukung dalam menguatkan gugatansengketa niaga secara perdata. Namun, seperti yang sudah diuraikan tadi, pemeriksaan lebih dahulu dari segi pidananya bukanlah merupakan suatu keharusan. Sebab tanpa diadakan terlebih dahulu pemeriksaan perkara pidananya, dapat ditempuh langsung gugatan sengketa niaga secara perdata. Oleh karena pembuktian secara pidana dan perdata adalah berbeda satu sama lain, itulah sebabnya sehingga pemeriksaan perkara perdata tidak tergantung kepada pemeriksaan perkara pidananya, demikian sebaliknya. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan