Pengaturan Hak Cipta Lagu dan Musik

“Jika suatu Ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan itu belum diterbitkan, Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya.” Perbedaan antara Pencipta dan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta merupakan seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Sedangkan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima lebih lanjut dari pihak yang menerima hak tersebut Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Dengan demikian, Pencipta otomatis menjadi Pemegang Hak Cipta yang merupakan Pemilik Hak Cipta, sedangkan yang menjadi Pemegang Hak Cipta tidak harus Penciptanya, tetapi bisa pihak lain yang menerima hak tersebut dari Pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.

3. Pengaturan Hak Cipta Lagu dan Musik

Walaupun seni musik atau lagu sudah sangat lama dikenal, khasanah perlindungan terhadap ciptaan lagu atau musik baru muncul belakangan. Para seniman musik, baik sebagai pencipta, pemusik, maupun penyanyi mungkin saja mendapat tempat yang terhormat di masyarakat sejak dahulu kala dan mendapat penghargaan baik secara moral maupun ekonomis dari penguasa. Meskipun demikian, tidak ada bukti autentik bahwa hak-hak pencipta lagu atau musik, pemusik, dan penyanyi telah mendapat perlindungan hukum sejak dahulu kala. Memang, pembicaraan tentang perlindungan hak cipta baru muncul ke permukaan sejak penemuan mesin cetak moveable type oleh Gutenberg pada tahun 1455 dan hal ini berkaitan dengan karya tulis. Kemudian, hukum hak cipta yang pertama melindungi hak pencipta baru lahir pada tahun 1709 Statute of Anne, di Inggris, tetapi hak cipta yang dilindungi masih terbatas pada karya tulis. Penemuan mesin cetak, lahirnya hukum hak cipta yang pertama di Inggris, dan berbagai pemikiran yang berkembang tentang perlunya penghormatan terhadap hak milik telah mendorong para pencipta di berbagai bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan menuntut perlindungan atas haknya dari upaya peniruan atau penggandaan oleh orang lain. Di Inggris, perlindungan terhadap karya musik baru dimasukkan dalam undang-undang pada tahun 1883. jika dilihat Undang-Undang Hak Cipta Inggris yang terakhir The 1956 Copyright Act, ciptaan yang dilindungi dibagi atas tiga kelompok, yaitu: a. Literary, dramatic and musical work, to which are often assimilated; b. Artistic works, and in a special section; c. Sound recording, cinematograph films and broadcasts. Edward W. Ploman and L. Clark Hamilton, 1980: 91. Dalam pasal 2 ayat 1 Konvensi Bern sesuai hasil revisi tahun 1971 di Paris atau yang sering disebut Paris Act 1971, disebutkan sebagai berikut: The expression “literary and artistic works” shall include every production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be the mode or form of its expression, such as books, pamphlets and other writings, lecturers, sermons and other works of the same nature, dramatic or a dramatico-musical works; choreographic works and entertainments in dumb show; musical compositions with or without words… Kemudian, di dalam pasal 2 ayat 6 Konvensi Bern dikatakan bahwa: “The works mentioned in this article shall enjoy protecyion in all countries of the Union. This protection shall operate for the benefit of author and his succerssors in title.” Menurut Undang-Undang Hak Cipta, lagu dan musik dianggap sama pengertiannya. Lagu atau musik bias dengan teks dan bisa juga tanpa teks, lagu atau musik merupakan satu karya cipta yang utuh: unsur melodi, lirik, aransemen, dan notasi bukan merupakan ciptaan yang berdiri sendiri. Pengertian yang demikian ini sekilas tidak menimbulkan masalah, tetapi jika disimak lebih jauh akan menciptakan kerancuan, karena: Pertama, ada kalanya sebuah lagu menggunakan lirik yang berasal dari sebuah puisi, sementara puisi termasuk ciptaan karya sastra yang mendapat perlindungan tersendiri, baik dalam Konvensi Bern maupun Undang-Undang Hak Cipta. Kedua, aransemen musik adalah karya turunan yang menurut Konvensi Bern dilindungi sebagai ciptaan yang berdiri sendiri, setara dengan karya terjemahan. Anehnya, dalam Undang-Undang Hak Cipta diakui bahwa karya terjemahan merupakan ciptaan yang dilindungi secara tersendiri, tetapi aransemen musik tidak. Ketiga, dalam Undang-Undang Hak Cipta diakui bahwa pemusik merupakan salah satu unsur dari pelaku yang merupakan pemegang hak terkait. Akan tetapi, tidak ada penjelasan apakah pemusik yang disebut pelaku itu adalah penata musik atau pemain musik, atau keduanya. 20 Dalam keadaan sekarang ini, pada umumnya pencipta lagu membuat karya lagu adalah untuk dinyanyikan atau direkam. Sebelum karya diserahkan kepada Hak cipta hanya melindungi ide yang sudah berwujud atau memiliki bentuk dan asli. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Hak Cipta dijelaskan bahwa perlindungan hak cipta tidak diberikan pada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, dan keahlian sehingga Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca dan didengar. Jadi, jelas bahwa yang terkait dengan hak cipta adalah bentuk nyata karya intelektual, bukan pada ide yang melatarbelakanginya. Orang bernyanyi-nyanyi dengan nada dan syair sembarangan atau memainkan musik dengan nada-nada yang tidak jelas, kemudian tidak ada bentuknya yang nyata yang bisa dilihat atau didengar lagi, misalnya tidak ada rekaman suaranya yang bisa didengar dan tidak ada liriknya yang bisa dibaca, sehingga nyanyian dan musik semacam itu tidak termasuk dalam perlindungan hak cipta. 20 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting Society, 2008, PT. Alumni, Bandung, hlm. 146. produser rekaman suara, karya lagu atau musik tersebut sudah dalam bentuk yang bisa didengar direkam dalam pita kaset atau bisa dilihat lirik dan notasinya dituliskan. Setelah itu lagu atau musik terwujud dalam bentuk rekaman pita kaset atau tertulis dalam bentuk lirik yang disertai notasi, pada saat itu sudah lahir hak cipta lagu atau musik. Jadi, lahirnya hak cipta lagu atau musik tidak harus dengan dinyanyikannya lagu dan direkam oleh produser rekaman suara atau didaftarkan ke Direktorat HKI. Menurut Penjelasan Pasal 35 ayat 4: “Pendaftaran Ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, dan timbulnya perlindungan suatu Ciptaan dimulai sejak Ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Hal ini berarti suatu Ciptaan, baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar, tetap dilindungi.”

B. Hak Eksklusif Pemegang Hak Cipta Lagu dan Musik