1 Menambah jumlah ciptaan;
2 Keseluruhan atau sebagian;
3 Bahan yang sama atau tidak;
4 Mengalihwujudkan secara permanen atau temporer;
b. Menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya.
Selain itu ada juga lembaga penyiaran yang merupakan organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran
atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik. Hak eksklusif yang dimilikinya adalah
membuat, memperbanyak, atau menyiarkan ulang karya siarannya. Pihak yang dapat digugat dalam kasus pelanggaran hak cipta pada
pokoknya adalah pelakunya. Pelaku pelanggaran hak cipta tidak semuanya adalah pihak ketiga akan tetapi pihak pemegang hak cipta yang telah menerima lisensi
dari pencipta juga tidak terlepas dari perbuatan yang menyimpang.
C. Hal-Hal yang dapat Digugat dalam Gugatan Ganti Rugi
Dari uraian di atas mengenai kompetensi pengadilan yang berwenang, dapat kita ketahui hal-hal apa saja yang dapat digugat dalam gugatan ganti rugi.
Jika di Pengadilan Niaga, hal utama yang dapat digugat adalah agar hakim menyatakan sebagai pemegang hak cipta pihak yang memang terbukti untuk itu,
menghukum pembayaran ganti rugi, dan membayar perkara bagi pihak yang kalah. Sedangkan pada Pengadilan Negeri, hal yang dapat digugat terbatas pada
pembayaran ganti rugi yang nyata diderita oleh pemegang hak cipta yang merasa
dirugikan dan agar membebankan biaya perkara kepada pihak yang terbukti bersalah.
Beberapa hal yang dapat digugat dalam gugatan ganti rugi terhadap pelanggaran hak cipta adalah:
29
1. Menuntut pengembalian keadaan ciptaan seperti semula
Untuk gugatan yang diajukan terhadap pemegang hak cipta tergugat, Pasal 55 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 telah memerinci
alasan gugatan pencipta penggugat dimana tergugat telah mengubah ciptaan, yaitu:
a. Meniadakan nama pencipta yang tercantum dalam ciptaan;
b. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya;
c. Mengganti atau mengubah judul ciptaan; atau
d. Mengubah isi ciptaan.
Alasan-alasan tersebut bersifat alternatif sehingga pencipta hanya dapat memilih salah satu alasan saja yang sesuai dengan kasus yang dihadapi. Gugatan
dengan alasan tersebut dapat diajukan oleh ahli warisnya apabila pencipta telah meninggal dunia. Sebagaimana telah diketahui bahwa hak cipta dapat beralih
karena warisan karena hak cipta termasuk barang bergerak. Gugatan yang dapat dimintakan penggugat kepada Pengadilan Niaga
adalah untuk menjatuhkan putusan agar tergugat mengembalikan keadaan ciptaan seperti semula. Apabila yang diganti judul ciptaan maka tergugat dituntut untuk
mencantumkan judul ciptaan seperti aslinya. Demikian pula jika terjadi isi ciptaan diubah, tergugat digugat untuk mengembalikan isi ciptaan seperti semula.
29
Op.cit, hlm. 123.
2. Menuntut ganti rugi
Pelanggaran hak cipta dapat dilakukan dalam bentuk pembajakan hasil karya cipta, biasanya pelaku pelanggaran ini tidak bekerja sendirian melainkan
berkerja sama dengan pihak lain. Latar belakang pembajakan hak cipta pada umumnya karena masalah ekonomi sehingga perbuatan pelaku tujuannya untuk
memperoleh keuntungan materi secara tidak wajar. Oleh karena itu pelaku tidak bergerak sendiri melainkan menggunakan orang lain untuk memperdagangkan
barang hasil pelanggaran hak cipta. Baik pencipta maupun pemegang hak cipta dalam gugatannya harus menggugat semua pelakunya, orang yang melakukan
pembajakan sebagai Tergugat I dan orang yang menjualkan barang hasil bajakan tersebut sebagai Tergugat II. Sedangkan mengenai petitum atau tuntutannya,
memohon kepada pengadilan agar para tergugat tersebut dinyatakan melakukan perbuatan melanggar hak cipta, dan supaya mereka dihukum secara tanggung
renteng membayar ganti rugi akibat perbuatannya tersebut. Dengan adanya perdagangan tersebut maka memperngaruhi perdagangan
yang dilakukan pencipta atau pemegang hak cipta, karena biasanya barang hasil bajakan dijual dengan harga lebih murah, sehingga banyak warga masyarakat
yang berminat membelinya. Pelaku pembajakan berani menjual barang tersebut lebih murah karena biaya produksinya murah, seperti dalam kasus kaset dan VCD
bajakan, pelakunya tidak membayar honor pencipta, pajak, biaya iklan, dan sebagainya. Di lain pihak warga masyarakat bersedia membeli barang bajakan
karena mempunyai fungsi yang sama dan sering memahami akan kualitas barangnya.
Akibatnya omzet penjualan pencipta atau pemegang hak cipta menurun. Penurunan omzet tersebut mempengaruhi penurunan perolehan keuntungan yang
merupakan sebuah kerugian yang dihadapi oleh pencipta atau pemegang hak cipta. Dengan adanya kejadian seperti itu maka berdasarkan Pasal 56 ayat1
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke pengadilan niaga untuk menuntut ganti rugi.
Di antara para pengusaha banyak yang kurang memahami bagaimana cara membuktikan apa-apa saja yang harus dilampirkan sebagai bukti telah mengalami
kerugian akibat adanya pembajakan termasuk pemegang hak cipta sewaktu menghadapi masalah ganti rugi akibat pelanggaran hak cipta. Dari pengamatan
terhadap perkara HKI pada umumnya penggugat selaku pemegang hak eksklusif kurang dapat menguraikan di dalam gugatannya tentang perincian besarnya gantu
rugi dan ketika perkara disidangkan mengalami kesulitan untuk mengajukan alat- alat buktinya yang dapat membuktikan adanya kerugian tersebut. Oleh karena itu
banyak gugatan ganti rugi dalam perkara-perkara HKI yang ditolak oleh pengadilan di dalam putusannya karena penggugat tidak dapat membuktikan dalil-
dalilnya.
30
30
Op.cit, hlm.126.
D. Pembuktian dalam Gugatan Ganti Rugi terhadap Pelaku Pembajakan Karya Cipta Lagu dan Musik