BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Kita mengetahui bahwa Negara Indonesia ini terdiri
dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut menyebabkan adanya keanekaragaman budaya, karya seni dan sastra yang
diciptakan. Sejalan dengan itu keanekaragaman secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi.
Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang. Kenyataan itu
tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdangangan dan industri yang
melibatkan para penciptanya. Dengan demikian, kekayaan intelektual yang dilindungi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi para
penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan Negara. Pada zaman globalisasi sekarang ini yang setiap bangsa, termasuk
manusia-manusia di dunia ini, secara tidak langsung diharuskan mengikuti perkembangan teknologi digital yang mengharuskan semuanya berhadapan
dengan teknologi-teknologi yang serba canggih. Dengan adanya perkembangan teknologi yang super canggih tersebut mendorong daya kreativitas para pencipta
untuk menciptakan sesuatu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan suatu paradigma baru dalam konsepsi ekonomi. Paradigma yang dimaksud saat ini
bahwa harus diyakini pengetahuan sudah menjadi landasan dalam pembangunan ekonomi knowledge based economy. Hak Kekayaan Intelektual HKI
merupakan jawaban atas paradigma ini. Oleh karena itu, tak mengherankan bahwa hampir setiap Negara di dunia ini mulai melirik bahwa Hak Kekayaan Intelektual
merupakan salah satu jalan alternatif dalam pembangunan ekonomi bangsa. Hal ini tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia.
1
Seseorang yang menciptakan sesuatu yang merupakan hasil karya ciptanya pada umumnya selain untuk digunakan sendiri, juga kemudian diperbanyak untuk
dapat dimanfaatkan kepada orang lain. Sebuah barang hasil karya cipta biasanya Perkembangan teknologi industri yang terjadi pada hampir di setiap negara
telah mendorong kepada persaingan yang makin ketat terutama dalam memasarkan produk yang sejenis ke negara lain. Dalam dunia bisnis sering kali
ditemukan suatu praktek yang dikategorikan sebagai persaingan curang Unfair Competition, seperti misalnya dengan cara pemalsuan merek, pencurian
teknologi maupun pembajakan ciptaan orang lain. Perbuatan demikian sangat merugikan pemilik hak bahkan mengelabui konsumen yang dapat menjatuhkan
reputasi barang asli. Pada dasarnya manusia itu mempunyai banyak kreativitas dalam
menciptakan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan sejak zaman dahulu kala. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan hidup sehari-hari agar dapat
dipenuhi dengan baik.
1
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, 2004, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, PT. Raja Grafindo, Persada, Jakarta, hlm.1.
dapat diperbanyak oleh orang lain karena orang yang menciptakan kemampuannya terbatas, sehingga tidak mampu mengerjakan sendiri dalam
jumlah banyak sesuai permintaan masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa menciptakan suatu karya cipta bukan
sesuatu yang mudah dilakukan seseorang. Oleh karena itu, orang lain diwajibkan untuk menghormatinya dan hal ini merupakan sebuah kebutuhan yang tidak boleh
dilalaikan begitu saja. Orang lain sudah pasti mengetahui sebuah karya cipta pasti ada penciptanya sehingga tidak dapat seenaknya mengatakan itu sebagai karyanya
atau meniru ciptaan yang bukan karyanya. Apabila hendak memperbanyak ada sopan santunnya yaitu meminta ijin kepada pemiliknya.
Sebaliknya bagi orang yang menciptakan pencipta mempunyai hak yang timbul atas ciptaan dan mengawasi terhadap karya cipta yang menggunakan
ciptaannya yang beredar di masyarakat. Hanya Pencipta yang berhak mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya, sehingga apabila ada yang
melanggar haknya tersebut maka Pencipta berhak pula menuntut orang yang bersangkutan secara hukum. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan pencipta
diperlukan sebuah pengakuan baik oleh masyarakat maupun hukum. Adapun latar belakangnya adalah menyangkut bidang ekonomi, karena
sesuatu ciptaan yang diperbanyak tanpa izin penciptanya kemudian dijual kepada masyarakat, maka akan menguntungkan orang lain yang memperbanyak ciptaan
tersebut. Sedangkan pihak pencipta akan merasa dirugikan atas perbuatan tersebut karena secara moril nama pencipta yang dijual dan secara materiil pencipta tidak
memperoleh keuntungan dari ciptaan yang diperbanyak orang lain.
Di bidang ciptaan diperlukan campur tangan negara dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara kepentingan pencipta dengan kepentingan masyarakat
dan juga kepentingan negara itu sendiri. Seperti yang diketahui bahwa pencipta mempunyai hak untuk mengontrol masyarakat dalam mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya, di lain pihak warga masyarakat dapat menggunakan ciptaan secara resmi dan menghindari peredaran barang bajakan, sedangkan
negara kepentingannya dapat menjaga kelancaran dan keamanan masyarakat di bidang ciptaan.
Untuk kepentingan tersebut alat yang dipergunakan adalah dengan cara membentuk undang-undang yang mengatur bidang ciptaan. Undang-undang pada
hakekatnya adalah merupakan perjanjian antara rakyat dengan pemerintah sehingga peraturan ini mengikat seluruh rakyat maupun pemerintah termasuk
kepada para pejabatnya, sehingga siapapun yang melanggar undang-undang wajib dilakukan penindakan. Hal ini sejalan dengan Negara kita yang menganut paham
negara hukum, bahwa semua tingkah laku warga negara dan para pejabatnya wajib dilandasi atas hukum yang berlaku.
Di Negara kita sejak tahun 1982 telah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta yang bersifat nasional dan sekarang telah disesuaikan dengan ketentuan
TRIPs Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights atau aspek-aspek hak kekayaan intelektual yang terkait dengan perdagangan, karena Indonesia ikut
menandatangani perjanjian Putaran Uruguay dalam rangka pembentukan World Trade Organization dan telah pula meratifikasi dengan Undang-Undang No. 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade
Organization. Setelah mengalami perubahan beberapa kali, sekarang peraturan di bidang ciptaan adalah Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Salah satu hak cipta yang dilindungi dalam ketentuan Undang-Undang Hak Cipta tersebut adalah Hak Cipta atas Karya Musik dan Lagu. Musik terlahir
dari kekuatan cipta, karsa dan karya serta pengorbanan pikiran, tenaga dan waktu penciptanya, dan juga merupakan cerminan peradaban manusia. Di dalamnya
terdapat norma-norma hasil jerih payah penciptanya. Bila disadari peran perlindungan hukum terhadap hak cipta maka
perlindungan hukum terhadap hak cipta musik memberikan nilai ekonomi yang cukup besar bagi Negara, dimana ketika nada-nada mulai tersusun rapi lewat
lantunan lirik seorang pencipta lagu, yang kemudian secara intuitif terlahir pulak susunan kata-kata yang terikat erat pada komposisi melodi yang kemudian
terciptalah sebuah lagu. Nilai inlah yang menjadi sebuah kekayaan intelektual bagi si Pencipta yang didalamnya terdapat hak moral dan hak ekonomi.
2
Seiring dengan perkembangan jaman, bentuk-bentuk pelanggaran hukum terhadap karya musik dan lagu ini banyak terjadi mulai dari penjiplakan lagu,
pembajakan kaset, VCD, DVD, pembajakan peer to peer atau program napster Oleh
karena hak cipta ini memiliki nilai ekonomi dan nilai moral yang cukup menjanjikan keuntungan ekonomi secara bisnis, maka hak cipta ini sering
diperdagangkan oleh orang-orang tertentu ataupun badan-badan hukum untuk mendapatkan keuntungan yang amat besar tanpa izin atau persetujuan dari
penciptanya. Memperdagangkan atau menjual hak cipta ini tidak hanya dilakukan oleh pihak-pihak lokal melainkan juga terjadi dalam dunia internasional.
2
Husain Audah, Hak Cipta dan Karya Cipta, Cetakan Pertama, PT Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta, 2004, hlm.7.
sampai kepada pemakaian karya cipta musik dan lagu tanpa mencantumkan nama penciptanya pada program-program televisi ataupun siaran radio. Problematika
yang sering terjadi di dalam masyarakat berkaitan dengan karya cipta musik dan lagu adalah kurangnya kesadaran untuk melakukan perndaftaran karya cipta
musik tersebut. Maraknya pelanggaran hukum terhadap karya cipta musik dalam
masyarakat modern sekarang ini tidak terlepas dari kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap penghargaan kreativitas para insan musik. Mengumumkan
atau memperbanyak karya musik dan lagu tanpa izin pencipta ataupun mengkomersialkan musik tradisional oleh beberapa pihak tanpa izin Negara dan
masyarakat adat itu sendiri tentulah merugikan berbagai pihak baik itu pencipta lagu, masyarakat dan Negara. Untuk itu penegakan atau perlindungan hukum atas
karya cipta musik dan lagu harus didukung oleh semua pihak baik itu aparat penegak hukum maupun masyarakat itu sendiri.
B. Perumusan Masalah