Metode Penyemprotan Pestisida TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Metode Penyemprotan Pestisida

Saat pemakaian pestisida, umumnya perhatian para petani lebih tertuju pada masalah pengendalian hama yang menyerang tanaman sehingga keselamatan petani jadi kurang diperhatikan. Pemakaian pestisida menjadi hal yang rutin sehingga dianggap tidak berbahaya. Metode atau cara yang dilakukan sewaktu penyemprotan pestisida akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pemaparan terhadap petani. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar para petani terhindar dari pemaparan sewaktu menyemprotkan pestisida yaitu : a. Membaca semua instruksi dan pengarahan yang ada pada label pestisida, menyangkut pemakaian konsentrasi dan dosis yang tepat, aturan keselamatan, serta pertolongan bagi penderita keracunan. b. Tidak diperkenankan merokok, makan, dan minum selama menyemprotkan pestisida. Cucilah tangan dan muka dengan menggunakan sabun jika ingin makan, minum dan merokok. Tubuh dan pakaian harus terhindar dari tetesan pestisida. Jika terjadi, pakaian atau bagian tubuh yang terkena harus dicuci dengan air dan sabun. c. Jangan membuka kemasan dengan cara memaksa atau mencongkel karena cairan pestisida akan tersembur keluar dan mengenai muka. d. Jangan menggunakan alat penyemprotan yang bocor. Periksa selalu kondisi alat semprot sebelum menyemprotkan pestisida. Universitas Sumatera Utara e. Gunakan selalu alat-alat pelindung pada saat menyemprotkan pestisida. Pelindung yang dipakai minimal adalah masker, celana panjang, kaca mata, dan topi. f. Jangan menyemprotkan pestisida melawan arah angin. Pada saat menyemprot berjalanlah searah dengan arah tiupan angin, sehingga kabut semprot tidak tertiup ke arah badan. g. Jangan meniup nozel yang tersumbat. Gunakanlah jarum yang halus untuk membersihkan nozel Djojosumarto, 2000. 2.3. Jeda Waktu Penyemprotan Pemaparan pestisida pada tubuh manusia dengan frekuensi yang sering dan dengan interval waktu yang pendek menyebabkan residu pestisida dalam tubuh manusia menjadi lebih tinggi Sa’id 1994. Secara tidak langsung kegiatan petani yang mengurangi frekuensi menyemprot dapat mengurangi terpaparnya petani tersebut oleh pestisida. Menurut Mariani dkk, 2001 istirahat minimal satu minggu dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah pada petani penyemprot. Istirahat minimal satu minggu pada petani keracunan ringan dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah menjadi normal 87,50. Penelitian Sumekar, dkk 2006, menyebutkan bahwa kejadian paparan pestisida disebabkan oleh beberapa faktor determinan, yaitu selang waktu antara kontak terakhir dengan pengukuran kadar kolinesterase, disamping faktor lain seperti perilaku petani dalam menyemprot, frekuensi penyemprotan, pemakaian alat Universitas Sumatera Utara perlindungan diri, dosis pestisida dan lama penyemprotan. Hasil analisis regresi logistik pada tingkat kemaknaan 5 menunjukkan bahwa ada pengaruh selang waktu pengukuran terhadap resiko paparan pestisida. Hasil penelitian Praptini, dkk 2002 tentang Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kejadian Keracunan Pestisida Pada Tenaga Kerja Teknis Pestisida Perusahaan Pemberantasan Hama Pest Control di Kota Semarang Tahun 2002, menyimpulkan bahwa rata-rata angka kejadian keracunan pestisida sebesar 69,91, sehingga disarankan bagi tenaga kerja teknis pestisida, untuk mencegah terjadinya keracunan pestisida, melakukan penyemprotan tidak lebih dari 2 kali setiap minggu dan tidak melakukan penyemprotan secara berturut-turut lebih dari 12 jam dalam waktu 3 bulan.

2.4. Lama Penyemprotan Pestisida