Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

komunikasi yang bersifat fatis tentu lebih dimiliki oleh para dosen di bidang komunikasi itu sendiri. Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU merupakan mahasiswa yang mempelajari Ilmu Komunikasi sebagai subjek studinya. Pemahaman terhadap ruang lingkup Ilmu Komunikasi tentulah sudah cukup komprehensif. Baik itu pemahaman paling mendasar tentang pengertian atau definisi, unsur-unsur serta teori komunikasi sampai kepada dimensi-dimensi Ilmu Komunikasi seperti, bentuktatanan, sifat, tujuan, fungsi, metode, bidang, teknik hingga model dalam komunikasi pastilah sudah cukup dipahami oleh para mahasiswa yang mengambil jurusan ini. Hal itu jualah yang menjadi landasan peneliti menetapkan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sebagai objek penelitian dalam penelitian ini, khususnya angkatan tahun 2006 dan 2007 yang notabene mengenal dan intens berinteraksi dengan para dosen tersebut dalam kegiatan perkuliahan maupun di luar kampus Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti : “Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. “Sejauhmanakah Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU”. Universitas Sumatera Utara

I.3. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian dengan maksud agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Komunikasi verbal yang bersifat fatis yang dimaksud dalam penelitian ini yakni yang dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU terbatas pada komunikasi lisan dan tulisan serta komunikasi nonverbal yang bersifat fatis yakni terbatas pada intonasi, kinesik, proksimitas, sentuhan, penampilan fisik, waktu dan bau. 2. Komunikasi efektif yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas kepada timbulnya pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. 3. Objek penelitian ini adalah terbatas pada mahasiswa reguler Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan angkatan tahun 2006 dan 2007 . 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2009.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan penelitian:

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif . Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui besar pengaruh Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif. 3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi verbal dan nonverbal yang bersifat fatis yang dilakukan dosen kepada mahasiswa . 4. Untuk mengetahui peranan komunikasi verbal dan nonverbal yang bersifat fatis dalam menciptakan komunikasi efektif antara dosen dan mahasiswa di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

I.4.2. Manfaat Penelitian:

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan kajian Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang besifat fatis. 3. Secara praktis, penelitian diharapkan menjadi masukan bagi para dosen di seluruh Indonesia umumnya dan dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU pada khususnya.

I.5. Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui sutau kerangka pemikiran literature review. Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah. Universitas Sumatera Utara Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. 3 Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya preposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku. 4 Teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memperediksi suatu fenomena fakta-fakta tertentu. 5 Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi, Komunikasi Verbal, Komunikasi Nonverbal, Komunikasi Fatis, Teori S-O-R, dan Komunikasi Efektif.

I.5.1. Komunikasi

Batasan lingkup komunikasi adalah berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain atau lain- lainnya terutama melalui simbol-simbol. 6 Pakar Komunikasi klasik, Harold D.Laswell menyebutkan komunikasi sebagai who says what in which channel to whom with what effect. Dalam hal ini yang bertindak sebagai komunikator adalah dosen Ilmu Komunikasi Fisip USU, pesan adalah komunikasi verbal maupun nonverbal yang 3 Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, hal.40 4 Wilbur Schramm dalam Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik, hal.241 5 Emory Cooper dalam Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, hal.55 6 Theodornoson and Theodornoson dalam Bungin, Sosiologi Komunikasi, hal.153 Universitas Sumatera Utara bersifat fatis, komunikan adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, saluran yang digunakan yaitu udara, sedangkan efeknya adalah perasaan senang diantara komunikator dan komunikan.

I.5.2. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa lisan oral communication dan bahasa tulisan written communication. 7 Ada tiga perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal, 8 yaitu: Pertama, bahwa komunikasi verbal dikirimkan oleh sumber secara sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula. Kedua, perbedaan simbolik. Berarti bahwa makna dalam komunikasi verbal dipahami secara subjektif oleh individu yang terlibat didalam suatu kondisi, sedangkan makna nonverbal lebih bersifat alami dan universal. Ketiga, mekanisme pemrosesan. Yaitu, komunikasi verbal mensyaratkan kaidah dan aturan berbahasa secara indah dan terstruktur.

I.5.3. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. 9 Kategori komunikasi nonverbal dalam Sasa Djuarsa antara lain vocalics atau paralanguage, kinesic yang mencakup gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta 7 Ronald B.Adler dan George Rodman dalam Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, hal.256 8 Don Stacs dan kawan-kawan, ibid, hal. 257 9 Larry A. Samovar dan Richard E.Porter dalam Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar hal. 198 Universitas Sumatera Utara ekspresi wajah facial expression, prilaku mata eye behaviour, lingkungan yang mencakup objek benda dan artefak, proxemics yang merupakan ruang dan teritori pribadi, haptics sentuhan, penampilan fisik tubuh dan cara berpakaian, chronomics waktu dan olfaction bau. 10 Dengan melihat tanda-tanda komunikasi nonverbal perasaan seseorang yang sebenarnya dapat dipahami. Berdasarkan perkiraan ada 700,000 bentuk komunikasi nonverbal yang biasa dipakai umat manusia dari berbagai budaya yang berbeda. Setiap budaya mempunyai bentuk komunikasi nonverbalnya masing-masing. Beberapa mempunyai pengertian yang sama, namun tidak jarang tanda-tanda nonverbal yang sama mempunyai pengertian yang berbeda, bahkan bertentangan.

I.5.4. Komunikasi Fatis

Komunikasi Fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. 11 Pada umumnya komunikasi fatis ini dilakukan melalui komunikasi yang dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi fatis digunakan untuk menyatakan dua belas fungsi, yaitu untuk memecahkan kesenyapan, untuk memulai percakapan, untuk melakukan basa-basi, untuk melakukan gosip, untuk menjaga agar percakapan tetap berlangsung, untuk mengungkapkan solidaritas, untuk menciptakan harmoni, untuk menciptakan perasaan nyaman, untuk mengungkapkan empati, untuk 10 Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, hal.6.17. 11 Lihat footnote No.1 http:www.vlad.tvpublicpdfsp1998-whatisphaticcomm.pdf 1 Juni 2009 Universitas Sumatera Utara mengungkapkan persahabatan,untuk mengungkapkan penghormatan, dan untuk mengungkapkan kesantunan. 12 Komunikasi fatis digunakan untuk mengungkapkan kesantunan mempertahankan jarak sosial, untuk mengungkapkan kesantunan dan persahabatan memperpendek jarak sosial, dan untuk mengungkapkan persahabatan menghilangkan jarak sosial kepada petutur yang berbeda-beda dalam hal kuasa dan solidaritas. 13 Komunikasi fatis merupakan lembaga sosial Phatic communication as a social institution yang dalam pelembagaannya memiliki dua tipe, yaitu standarisasi standardization dan konvensionalisasi conventionalization. 14 Standarisasi berarti bahwa dalam komunikasi fatis interpretasi yang terjadi dalam makna yang terungkap dan dipahami tanpa ada unsur konvensional. Sedangkan Konvensionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dilakukan dengan ekspresi yang bersifat konvensional, seperti penggunaan kata hai dan halo. Dari paparan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya komunikasi fatis itu dilakukan secara verbal dan nonverbal, yakni mencakup lisan, tulisan dan isyarat tubuh.

I.5.5. Model S-O-R

S-O-R yang merupakan singkatan dari stimulus-organism-response adalah suatu model komunikasi yang awalnya berasal dari psikologi kemudian beralih ke komunikasi karena objek materialnya sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi. 12 Jumanto, Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris. 5 Maret 2009 13 Ibid. 14 Lihat footnote No.1 Universitas Sumatera Utara Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur dalam teori ini adalah Pesan stimulus, Komunikan organism, Efek response. Berdasarkan hal itu, maka dalam penelitian ini Komunikasi fatis sebagai Stimulus, mahasiswa Ilmu Komunikasi sebagai Organisme dan Komunikasi Efektif sebagai Response .

I.5.6. Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal ; pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. 15 Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari sisi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer primary breakdown in communication. Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan dan psikologi komunikator untuk menghindari hal tersebut. Kesenangan, Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis phatic communication yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini kita perlu mempelajari psikologi tentang sistem komunikasi interpersonal. 15 Lihat footnote No.2 Universitas Sumatera Utara Mempengaruhi Sikap, Bisa dikatakan bahwa komunikasi yang kita jalin kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi membahasakannya dengan, komunikasi persuasif. Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. Hubungan Sosial yang Baik, Sebagai makhluk sosial yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi inclusion, pengendalian dan kekuasaan control, dan cinta serta kasih sayang affection. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. Tindakan, Menimbulkan tindakan nyata memang indikator yang baik untuk mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Hal ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Universitas Sumatera Utara

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar pada rumusan hipotesis. 16 Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. 17 Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas X

Variabel Bebas X adalah sejumlah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempebgaruhi munculnya gejala atau faktor atau unsur lain yang pada gilirannya gejala atau faktor atau unsur kedua itu disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel terikat tidak akan ada atau tidak muncul. Selanjutnya apabila variabel ini berubah maka muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul. 18 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis. 16 Nawawi, ibid, hal.33. 17 Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, hal.149. 18 Nawawi, ibid, hal.56. Universitas Sumatera Utara

2. Variabel Terikat Y

Variabel Terikat Y adalah sejumlah gejala atau faktor, atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukn oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. 19 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Komunikasi Efektif.

3. Variabel Antara Z

Variabel Antara Z berada diantara variabel bebas dan terikat yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik Responden.

I.7. Model Teoritis