Kerja Sama dalam Hubungan Internasional

Dampak Globalisasi dalam Kehidupan 86 Bangsa Indonesia bersedia bekerja sama dengan bangsa manapun. Negara Kesatuan Republik Indonesia meletakkan landasan yang kuat dalam hubungan antarbangsa. Landasan itu sangat jelas dan tegas dimuat dalam UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 alinea I menyatakan bahwa: “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat juga menyatakan dengan jelas bahwa, “Negara ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.” Sikap bangsa Indonesia itu diwujudkan dalam garis politik luar negeri. Garis politik luar negeri Indonesia terkenal dengan istilah “politik bebas dan aktif.” Bebas berarti tidak memihak kepada negara manapun, termasuk negara-negara yang sedang berkonflik. Aktif artinya selalu berusaha ikut mencari solusi penyelesaian konflik antarbangsa secara damai dan adil. Berdasarkan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu, bangsa Indonesia lebih mengutamakan menjalin kerja sama dengan semua bangsa dan mengakui persamaan derajat kepada semua bangsa di dunia. Beberapa peran penting telah dilakukan Indonesia untuk memenuhi amanat Pembukaan UUD 1945 dan kebijakan politik bebas aktifnya. Beberapa peran itu dapat disebutkan berikut ini. Indonesia aktif dalam merintis dan mengembangkan organisasi di kawasan Asia Tenggara yang bernama Association of South East Asia Nation ASEAN. ASEAN yang mula-mula dibentuk oleh lima negara itu, kini telah berkembang anggotanya menjadi sepuluh negara. ASEAN dideklarasikan berdirinya pada tanggal 8 Agustus 1967, atas prakarsa Indonesia bersama lima anggota pertama, yaitu Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Selanjut- nya, berturut-turut bergabung dalam keanggotaan organisasi ini, Brunei Darussalam tanggal 7 Januari 1984, Vietnam tanggal Salah satu peran penting Indonesia dalam hubungan luar negeri Indonesia adalah ikut mempelopori terbentuknya ASEAN. Sumber: jicwels.com

3.6 Gambar

PKn untuk Siswa SMP-MTs Kelas IX 87 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja tanggal 16 Desember 1998. Kesepuluh anggota ASEAN sepakat menempatkan Kantor Sekretariat di Jakarta. Negara-negara pembentuk ASEAN menandatangi Deklarasi Bangkok, yang memuat kesepakatan-kesepakatan kerja sama, yang juga menjadi tujuan organisasi, yaitu 1 mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara; 2 meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional; 3 meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi; 4 memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan internasional yang ada; 5 meningkatkan kerja sama untuk memaju- kan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara. Untuk mewujudkan tujuan seperti tercantum dalam Deklarasi Bangkok disusunlah program ASEAN. Program tersebut mencakupi 1 pertemuan para Kepala Pemerintahan Konferensi Tingkat Tinggi; 2 sidang tahunan para Menteri Luar Negeri; 3 sidang tahunan pada Menteri Ekonomi; 4 sidang para menteri nonekonomi. Sebelum berdirinya ASEAN, Indonesia pernah menjadi penyeleng- gara Konferensi Asia Afrika KAA pada tahun 1955 yang menghasilkan “Dasasila Bandung”. Dasasila Bandung adalah sepuluh poin kesepakatan yang ditujukan untuk melahirkan semangat dan solidaritas negara-negara Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika KAA merupakan tindak lanjut dari pertemuan-pertemuan persiapan, yakni pertama, diselenggarakan 28 April sampai dengan 2 Mei 1954 di Kolombo, ibukota negara Srilangka. Kedua, dilaksanakan di Bogor pada tanggal 28-31 Desember 1954. Pertemuan kedua ini dikenal dengan Konferensi Lima Negara, yakni Indonesia, India, Pakistan, Srilanka, dan Birma Myanmar menyepakati 1 menyeleng- garakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada Bulan April 1955; 2 menetapkan kelima negara peserta Konferensi Bogor sebagai negara-negara sponsor; 3 menetapkan negara-negara di Asia Afrika yang akan diundang; 4 menentukan tujuan pokok Konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika KAA pada tahun 1955 yang menghasilkan “Dasasila Bandung”. Dasasila Bandung adalah sepuluh poin kesepakatan yang ditujukan untuk melahirkan semangat dan solidaritas negara-negara Asia Afrika. Sumber: Kompas 2002

3.7 Gambar