PKn untuk Siswa SMP-MTs Kelas IX
35
memiliki kebebasan bukan hanya pemerintah daerah saja, tetapi yang lebih penting adalah kebebasan masyarakat. Salah satu contoh kebebasan
yang dimiliki pemerintah daerah adalah dalam pembuatan peraturan daerah.
Sementara itu, kebebasan masyarakat dalam otonomi daerah, misalnya kebebasan menyampaikan aspirasi dalam perumusan kebijakan
publik di daerah maupun dalam pelaksanaannya. Jadi, pemerintah daerah maupun masyarakat daerah memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-
langkah yang diperlukan demi tercapainya tujuan yang dicita-citakan.
b. Partisipasi
Dalam otonomi daerah, masyarakat berperan serta aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan publik di
daerahnya. Salah satu contoh bentuk partisipasi masyarakat adalah ikut
mengajukan aspirasi dan usulan kepada Dewan Per wakilan Rakyat
Daerah DPRD sebelum menentukan kebijakan publik. Pengajuan usul atau
penyampaian aspirasi masyarakat dapat disampaikan langsung kepada
DPRD atau melalui kelompok-kelom- pok kepentingan, lembaga swadaya
masyarakat, maupun media-media massa.
c. Efektivitas dan Efisiensi
Dengan terlaksananya kebebasan dan partisipasi masyarakat akan menghasilkan efektivitas dan efisiensi. Artinya, melalui kebebasan dan
partisipasi masyarakat, jalannya pemerintahan akan lebih tepat sasaran efektif dan tidak menghamburkan anggaran atau tidak terjadi
pemborosan efisien. Mengapa demikian? Melalui kebebasan dan partisipasi masyarakat akan terpilih badan-badan daerah dan pejabat
daerah yang lebih merakyat sehingga akan dapat menemukan cara yang tepat untuk mempertemukan keputusan pemerintah daerah dengan
kebutuhan masyarakat. Pejabat daerah yang dipilih di antara masyarakat dan oleh masyarakat daerah tersebut dianggap lebih mampu memahami
permasalahan daerah dan lebih berpihak kepada kepentingan masyarakat.
Penyampaian aspirasi dan usul kepada DPRD merupakan wajud partisipasi masyarakat dalam otonomi daerah.
Sumber: Ap Photo
2.1 Gambar
Otonomi Daerah
36
3. Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pada dasarnya yang sangat menentukan dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah pembagian wewenang antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Berdasarkan pasal 18 A ayat 1 UUD 1945, hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah provinsi
dan kabupatenkota harus diperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Jadi, hakikat otonomi daerah adalah keseimbangan dalam
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dua hal yang harus dipertimbangkan untuk menciptakan kondisi
keseimbangan adalah kepentingan daerah dan kepentingan nasional.
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pelaksanaan otonomi daerah harus mengarah kepada pembentukan kebijakan pembangunan
daerah. Otonomi daerah mendorong pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas,
meningkatkan partisipasi masyarakat, serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
Adapun kebijakan pembangunan daerah, antara lain sebagai berikut. a.
Mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi,
hukum, keagamaan, adat, lembaga swadaya masyarakat dan seluruh potensi masyarakat.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah sesuai dengan
potensi dan kepentingan daerah melalui penyediaan anggaran pendidikan yang memadai.
Otonomi yang luas dimaknai sebagai keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang
pemerintahan, kecuali politik luar negeri, pertahanan keamanan, yustisi, moneter, fiskal, dan agama. Otonomi yang nyata artinya bahwa daerah
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang
di daerah. Sementara itu, otonomi yang bertanggung jawab berarti daerah bertanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan
daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.