sorotan bagi proses perencanaan partisipatif dan implementasinya dalam pembangunan. Adapun aspek-aspek tersebut meliputi: adanya pedoman yang
mengatur tentang perencanaan pembangunan partisipatif, pemahaman masyrakat terhadap perencanaan pembangunan partisipatif, partisipatif masyarakat dalam
perencanaan pembangunan di desa, hambatan- hmabatan yang terjadi dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipatif, serta kesesuaian
implementasi pembangunan desa dengan kebutuhan masyarakat setempat, kelima aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
5.1. Pemahaman Masyarakat Terhadap Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Pemahaman masyarakat terhadap perencanaan pembangunan partisipatif sangat penting, karenan otomatis masyarakat akan sadar tentang perannya dalam
pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terlihat bahwa masyarakat pada umumnya telah memahami tentang perencanaan tentang
pembangunan partisipatrif lihat table 9. Keadaan seperti ini sangat baik dan dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan partisipatif karenan dengan begitu
masyarakat bisa menempatkan hak dan kewajibannya dalam pembangunan, secara sadar akan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan publik di bidang
pembangunan, masyarakat juga dapat ikut memutuskan dalam penetapan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan desa. Sehingga dengan
partisipasi tersebut, diharapkan proses dan hasil pembanguanan benar- benar akan dirasakan oleh masyarakat. Menurut masyarakat desa Pakkat Hauagong,
perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan mereka dalam merumuskan program- program desa, dimana akan ada sinergi dengan upaya
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari perwujudan kemakmuran desa.
Berdasarkan penelitian penulis, bahwa masyarakat di Desa Pakkat Hauagong telah menyadari tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembanguan desa lihat table 10, hal ini tentunya merupakan sesuatu yang menggembiraklan bagi perwujudan pembanguan yang partisipatif,
karena dengan begitu implementasi atau pelaksanaan perencanaan partisipatif dapat berjalan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat kita katakan bahwa
masyarakat Desa Pakkat Hauagong telah memahami dan menyadari dengan baik akan pentingnya perencanaan partisipatif dalam pembanguan desa.
5.2. Keberadaan Pedoman Yang Mengatur Tentang Perencanaan Pembanguan Partisipatif
Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan
yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan keburtuhan nyata
yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran- serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa- memiliki pada
kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disusun. Perencanaan pembangunan yang partisipatif harus juga mengedepankan
koordinasi antar unsur terkait dengan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan. Untuk itulah perlu
adanya suatu pedoman dalam penyelenggaraan perencanaan pembangunan baik di
Universitas Sumatera Utara
tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten yang diharapkan bisa sebagai media penyamaan visi, wacana, dan langkah dari berbagi unsur yang terkait, sehingga
bisa menghasilkan perencanaan yang berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Pedoman perencaan partisipatif ini dimaksudkan untuk memberi payung hukum
dalam proses perencanaan pembanguan partisipatif. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah dijabarkan lebih lanjut
ke dalam UU no.25 tahun 2004. Sistem perencanaan ini diharapkan dapat mengkoordinasikan seluruh upaya pembanguan yang dilaksanakan oleh berbagai
pelaku pembanguan sehingga menghasilkan sinergi yang optimal dalam mewujudkan tujuan dan cita- cita bangsa. Peraturan Pemerintah no.3 tahun 2007
juga membahas tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat, kemudian Permendagri No.66 Tahun
2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa dimana Perencanaan pembanguan desa yang disusun dalam periode 5 lima tahun yaitu RPJM-Desa. RPJM-Desa
memuat arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, dan program kerja desa. RPJM-Desa kemudian dijabarkan dalam RKP-Desa untuk jangka
waktu 1 satu tahun. RKP-Desa memuat kerangka ekonomi desa, prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaanya baik yang dilaksakan
langsung oleh pemerintah desa maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu pada rencana kerja pemerintah daerah. RPJM- Desa
ditetapkan dengan peraturan desa, sedangkan RKP- Desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa.
Universitas Sumatera Utara
Pedoman tentang perencanaan pembangunan partisipatif di desa merupakan respon positif terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan
partisipatif di daerah tempat penelitian ini berlangsung. Pedoman ini juga sangat dibutuhkan agar perencanaan partisipatif dapat terealisasi dengan baik, terarah dan
hasilnya tepat sasaran. Selain itu juga merupakan tolak ukur dari keseriusan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan perencanaan pembangunan
partisipatif. Dari hasil penelitian penulis di Desa Pakkat Hauagong, Kecamatan
Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, saat ini sudah ada pedoman yang mengatur tentang perencanaan pembangunan partisipatif. Hal ini sebagaimana
ditegaskan oleh keterangan partisipan lihat tabel 12. Kondisi ini diperkuat oleh hasil wawancara langsung dengan pejabat BAPPEDA dan Kepala Desa Pakkat
Hauagong yang menyatakan jawaban yang serupa yaitu sudah ada pedoman yang mengatur tentang perencanaan pembangunan partisipatif lihat hasil wawancara
penyajian data bab IV. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada keseriusan dari pemerintah daerah dalam mengimplementasikan perencanaan pembangunan
partisipatif di desa.
5.3. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan