Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan

Pedoman tentang perencanaan pembangunan partisipatif di desa merupakan respon positif terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipatif di daerah tempat penelitian ini berlangsung. Pedoman ini juga sangat dibutuhkan agar perencanaan partisipatif dapat terealisasi dengan baik, terarah dan hasilnya tepat sasaran. Selain itu juga merupakan tolak ukur dari keseriusan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan perencanaan pembangunan partisipatif. Dari hasil penelitian penulis di Desa Pakkat Hauagong, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, saat ini sudah ada pedoman yang mengatur tentang perencanaan pembangunan partisipatif. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh keterangan partisipan lihat tabel 12. Kondisi ini diperkuat oleh hasil wawancara langsung dengan pejabat BAPPEDA dan Kepala Desa Pakkat Hauagong yang menyatakan jawaban yang serupa yaitu sudah ada pedoman yang mengatur tentang perencanaan pembangunan partisipatif lihat hasil wawancara penyajian data bab IV. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada keseriusan dari pemerintah daerah dalam mengimplementasikan perencanaan pembangunan partisipatif di desa.

5.3. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan

Lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa memberikan kesempatan kepada masyarakat desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan persyaratan yang diamanatkan yakni diselenggarakan Universitas Sumatera Utara dengan prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta memperhatikan potensi dan keaneka-ragaman daerah. Masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan pilihan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasinya. Masyarakat memiliki kedaulatan yang cukup luas untuk menentukan orientasi dan arah kebijakan pembangunan yang dikehendaki. Nilai- nilai kedaulatan selayaknya dibangun sebagai kebutuhan kolektif masyarakat dan bebas dari kepentingan individu dan atau golongan. Dalam pembangunan infrastruktur desa misalnya, harus lebih didasarkan atau ditentukan oleh masyrakat ini sendiri sehingga memungkinkan tumbuhnya keswadayaan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Di sisi lain, infrastruktur yang dibangun secara bersama-sama juga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat dalam mengelola dan memelihara setelah proyek tersebut berakhir, dan di dalam pembangunan infrastruktur desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan diawali oleh adanya sosialisasi yang optimal dari pihak- pihak yang bertanggung jawab Pemerintah Desa tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Pakkat Hauagong, penulis menemukan bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Pakkat Hauagong mengatakan bahwa pemerintah sudah berupaya melakukan sosialisasi terkait dengan perencanaan pembangunan partisipatif lihat table 14. Langkah- langkah Universitas Sumatera Utara Pemerintah Desa dalam mengajak dan memberikan pemahaman akan pentingnya partisipasi seperti, menginfokannya khususnya kegiatan- kegiatan desa di tempat- tempat masyarakat dimana berkumpul misalnya warung kopi, kemudian sudah terjadwalkan kegiatan- kegiatan yang terkait dengan pembangunan desa di papan info kantor desa. Masyarakat juga diberitahu oleh aparat desa tentang pelaksanaan munsrenbang-des, berikut aturan- aturannya. Dalam hal ini BPD juga harus turut andil dalam mensosialisasikan tentang urgensi perencanaan pembangunan partisipatif. Pelaksanaan Musrenbang-des merupakan salah satu bentuk dalam penerapan perencanaan partisipatif. Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan dilaporkan bahwa musyawarah perencanaan pembangunan desa munsrenbang-des ada dan telah dilaksanakan di Desa Pakkat Hauagong lihat table 16. Hal ini cukup menggembirakan karena dengan musrenbang-des masyarakat bisa lebih mengeksplorasi aspirasi- aspirasinya, dan ini juga bagian dari perencanaan yang partisipatif. Keterlibatan masyarakat di Desa Pakkat Huagong bisa dibilang kurang aktif lihat table 17. Kepala Desa Pakkat Hauagong juga menyatakan hal yang sama lihat hasil wawancara penyajian data bab IV. Hal ini bertentangan dengan pendapat Friedman dalam Sinaga,2005 yang menyatakan bahwa perencanaan partisipartif sebenarnya merupakan suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama melalui aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku pembangunan dalam rangka penetapan program- program pembangunan. Dalam perencanaan partisipatif masyarakat dianggap sebagai mitra yang selalu harus dilibatkan dalam setiap proses pembangunan. Perencanaan partisipatif dengan Universitas Sumatera Utara melibatkan masyarakat akan mempunayai dampak yang sangat penting dalam pembangunan yaitu, peluang terjadinya manipulasi terhindarkan, memberikan nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, serta meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat Abe,2005. Kesadaran dan partisipasi warga desa menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Untuk menumbuhkan kesadaran warga desa akan pentingnya usaha- usaha pembangunan sebagi sarana untuk memperbaiki kondisi social dan dalam meningkatkan partisipasi warga desa dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemimpin desa khususnya pimpinan dan kepemimpinan pemerintah daerah atau Kepala Desa. Sebab pada tingkat pemerintahan yang paling bawah, kepala desa sebagai pimpinan pemerintah desa atau actor dalam menjalankan kepemimpinan pemerintah desa menjadi ujung tombak pelaksanaan dan terlaksananya pembangunan desa maupun dalam menumbuhkan kesadaran warga desa untuk berperan serta dalam pembangunan desa. http:www.diglib.ui.ac.id Berdasarkan penelitian penulis, bahwa masyarakat di Desa Pakkat Hauagong berada pada tahap Placation yang dikategorikan sebagai tingkat tokenisme dalam Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat Eight Rungs on the Ladder of Citizen Participation Arnstein, yang berarti bahwa komunikasi telah berjalan dengan baik dan sudah ada negosiasi antar masyarakt dan pemerintah. Tingkat tokenisme sendiri merupakan tingkat peran serta dimana masyarakat didengar atau berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Peran serta pada tingkat ini, menurut Arnstein, memiliki Universitas Sumatera Utara kemungkinan yang sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat.

5.4. Hambatan- Hambatan yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Partisipatif