berkaitan dengan kebudayaan ataupun kebudayaan politik, yaitu kebudayaan yang berhubungan dengan perumusan rencana keputusan
dan pelaksanaan keputusan-keputusan yang mengikat bersama masyarakat.
3. Adanya upaya motvasi pengarahan dan penggerakan dari pemimpin dalam
masyarakat untuk menimbulkan partisipasi itu. dalam hal ini, kepemimpinan daerah yang dapat menimbulkan kesadaran anggota
masyarakat dalam berpartisipasi, sangat dibutuhkan. Gaya kepemimpinan yang mampu mengakomodasikan aspirasi masyarakat merupakan hal yang
penting. 4.
Untuk mewujudkan komponen-komponen diatas juga perlu didukung oleh pola komunikasi yang efektif dari para elit dalam organisasi pemerintahan
daerah, guna dapat mewujudkan penerimaan kebijaksanaan yang dibuat. Adanya kesamaan pengertian dan pandangan pelaksanaan kegiatan melalui
pola komunikasi yang efektif, maka partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan itu akan dapat terwujudkan.
1.5.2.3. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Lewat Tipologinya yang dikenal dengan Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat Eight Rungs on the ladder of Citizen Participation. Arnstein
menjelaskan peran serta masyarakat yang didasarkan kepada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. Terdapat delapan tangga tingkat partisipasi
masyarakat berdasarkan kadar kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan, seperti berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 Delapan Tangga Partisipasi masyarakat
Menurut Arnstein terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara bentuk peran serta semu empty ritual dengan yang mempunyai kekuatan nyata real
power. Dua tangga terbawah dikategorikan sebagai Non- Partisipasi dengan menempatkan bentuk-bentuk peran serta yang dinamakan terapi dan manipulasi.
Sasaran dari kedua bentuk ini adalah untuk mendidik dan mengobati masyarakat. Tangga ketiga, keempat dan kelima adalah dikategorikan sebagai tingkat
tokenism pertanda yaitu tingkat peran serta dimana masyarakat didengar atau berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan
jaminan bahwa pandagan mereka akan dipertimbangan oleh pemegang keputusan. Peran serta pada tingkat ini menurut Arnstein, memiliki kemungkinan yang sangat
kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Tiga tangga teratas dikategorikan dalam tingkat kekuasaan masyarakat dimana masyarakat memiliki
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan pengawasan masyarakat. Pada tingkat ketujuh dan
kedelapan, masyarakat memiliki mayoritas suara dalam proses pengambilan 8
Citizent Control 7
Delegated Power 6
Partnership 5
Placation 4
Consultation 3
Information 2
Therapy 1
Manipuation Degree Of Citizen Power
Degree Of Tokenism
Non-Participation
Universitas Sumatera Utara
keputusan bahkan sangat mungkin memiliki kewenangan penuh untuk mengelola suatu objek kebijaksanaan tertentu.
Penjelasan dari setiap tingkatan partisipasi tersebut dapat diringkas sebagai berikut: Manipulation yaitu tingkat partisipasi masyarakat yang terendah dan
dapat dikaategorikan sebagai tidak adanya partisipasi karena tidak ada komunikasi antara pemerintah dan masyarakat apalagi dialog. Therapy berarti telah ada
komunikasi namun masih bersifat terbatas, inisiatif datang dari pemerintah dan bersifat satu arah. Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai
banyak terjadi namun hanya bersifat satu arah. Consultation, bermakna bahwa komunikasi telah bersifat dua arah, namun belum bisa menjamin apakah ide-ide
dari masyarakat akan dijadikan pertimbangan. Placation berarti komunikasi telah berjalan dengan baik dimana berbagai pelaku berhubungan untuk dapat saling
memahami antara satu dengan yang lainnya, bernegoisasi dan berkompromi teradap bermacam hal yang paling diterima oleh semua. Partnership adalah
kondisi dimana pemerintah dan masyarakat merupakan mitra sejajar. Delegated Power, berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat
untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya. Citizen Control bermakna bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik mulai dari perumusan, implementasi
hingga evaluasi dan kontrol.
1.5.3. Perencanaan Pembangunan Partisipatif