PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN KONDISI RUANG KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN PADA SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK

(1)

i

PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN KONDISI RUANG KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN PADA SISWA KELAS XI JURUSAN

ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI 9 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Ade Kristi Meideastuti NIM 7101408070

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013


(2)

ii panitia ujian skripsi pada:

Disetujui pada Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Marimin, M.Pd. Ismiyati, S.Pd, M.Pd

NIP. 195202281980031003 NIP.198009022005012002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd. NIP. 195604211985032001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Tanggal :

Penguji

Dra. Nanik Suryani, M.Pd NIP. 195604211985032001

Anggota I Anggota II

Drs. Marimin, M.Pd. Ismiyati, S.Pd, M.Pd

NIP. 195202281980031003 NIP.198009022005012002

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si. NIP. 196603081989011001


(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, November 2012

Ade Kristi M NIM 7101408070


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Informasi yang tepat berawal dari komunikasi yang baik sedangkan lingkungan yang baik dan tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fisik intelektual dan emosional”.

(Ade Kristi Meideastuti)

Persembahan


(6)

vi

Segala puji syukur dan kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan kasih karunia dan penyertaan-Nya bagi penulis, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi.

3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian. 4. Drs. Marimin, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan

mengarahkan sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

5. Ismiyati, S.Pd, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

6. Dra. Siti Fadhilah, M.Pd, Kepala Sekolah SMK Negeri 9 Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penilitian.


(7)

vii

7. Dra. Surtikanti, guru mata pelajaran mengelola sistem kearsipan yang telah membantu dalam penelitian.

8. Siswa-siswi kelas XI AP 2 dan kelas XI AP 3 yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian.

9. Sahabat-sahabatku Lala Tri Setyani, Ida Riyanti, Lilis Wulansari, Eko Kurniawan, Mb Maya, Tutik Endarwati yang selalu memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman–teman Pendidikan Administrasi Perkantoran 2008 atas semangat dan kebersamaannya selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa serta bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini mendapat imbalan dan amalan yang diberkati oleh Tuhan YME dan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, 15 November 2012


(8)

viii

SMK Negeri 9 Semarang Tahun 2011/2012”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.Pembimbing I:Drs. Marimin, M.Pd, Pembimbing II : Ismiyati, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Komunikasi Guru, Kondisi Ruang Kelas

Komunikasi guru dan kondisi ruang kelas merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan komunikasi guru yang baik dan kondisi ruang kelas yang baik pula, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang kondusif. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh komunikasi guru terhadap hasil belajar siswa, pengaruh kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa, serta pengaruh komunikasi guru dan kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan Administrasi perkantoran SMK Negeri 9 Semarang yang berjumlah 78 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi. Variabel yang diteliti yaitu komunikasi guru dan kondisi ruang kelas sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS release 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis regresi linear berganda diperoleh persamaan Y = 4,312 + 0,777X1 + 0,297X2 + e. Uji F diperoleh Fhitung =

38,894 sehingga Ha diterima. Secara parsial (uji t) variabel komunikasi guru (X1)

diperoleh thitung = 7,807 sehingga Ha diterima. Variabel kondisi ruang kelas (X2)

diperoleh thitung = 4,010 sehingga Ha diterima. Secara simultan (R2) komunikasi

guru dan kondisi ruang kelas berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sebesar 50,3%. Simpulan penelitian ini adalah komunikasi guru dan kondisi ruang kelas berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik secara simultan maupun parsial . Saran penelitian ini adalah Guru perlu meningkatkan komunikasi yang dimilikinya yakni guru menggunakan alat bantu atau sarana dalam proses pembelajaran sehingga mudah dipahami oleh siswa, misalnya penggunaan media pembelajaran yang tepat seperti pemakaian LCD, OHP bagi siswa akan membangkitkan minat dan keinginan untuk belajar.


(9)

ix

ABSTRACT

Ade Kristi, 2012. “The Effects of Teacher Communication and Classroom Condition to Students Learning Results in the Subject of Archival System Management at IX Grade Students of Office Administration Program SMK Negeri 9 Semarang in Academic Year of 2011/2012”. Final Project. Department of Economics Education. Economics Faculty. Semarang State University. First Advisor: Drs. Marimin, M.Pd., Second Advisor: Ismiyati, S.Pd, M.Pd.

Key words: learning result, teacher communication, classroom condition

Teacher communication and classroom condition are the important factors that affect of students learning result. Both good teacher communication and classroom condition, they can improve students learning results favorably. The problems in the research are how the influences of teacher communication to students learning result, the influences of classroom condition to students learning results and the influences of teacher communication and classroom condition to students learning results in the subject of archival system management of office administration program SMK Negeri 9 Semarang.

The population of the study was the IX grade students of office administration program SMK Negeri 9 Semarang totaled 78 students. The sample of the study was the entire population. The variables were teacher communication and classroom condition as independent variables and students learning result as the dependent variable. Data was the primary data taken using questionnaire and documentation methods; further data collected were analyzed using multiple regression analysis with SPSS release 16.

Result The studies showed that multiple linear regression analysis obtained by the equation: Y = 4,312 + 0,777X1 + 0,297X2 + e. The F obtained

Fhitung = 38,894 so Ha accepted. Partially (t test) variable of teacher communication

(X1) obtained thitung = 7,807 Ha is accepted. Environment variable studied (X2)

obtained thitung = 4,010 so that Ha accepeted. Simultaneously (R2) the teacher

communication and classroom condition affect learning result by 50,3%. Conclusion: this study is the teacher communication of classroom condition affect learning result either simultaneously or partially. It is recommended that teacher need to increase more communication to maximize the use of media/technology and organizing and learning in the classroom.


(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 8


(11)

xi

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 9

2.1.3 Klasifikasi Hasil Belajar ... 10

2.2 Tinjauan Tentang Pengertian Komunikasi ... 12

2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 12

2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 13

2.2.3 Hambatan dalam Komunikasi ... 15

2.2.4 Pentingnya Komunikasi Guru dalam Proses Pembelajaran . 19 2.3 Kondisi Ruang Kelas ... 20

2.3.1 Pengertian Kondisi Ruang Kelas ... 20

2.3.2 Kriteria Ruang Kelas ... 21

2.3.3 Pengaturan Kondisi Ruang Kelas dan Iklim Belajar ... 23

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 30

2.5 Kerangka Berpikir ... 31

2.6 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.3 Variabel Penelitian... 35

3.3.1 Variabel Bebas (Independent) ... 36

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent) ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data... 37

3.4.1 Metode Angket Atau Kuisioner ... 37


(12)

xii

3.5.2 Reliabilitas ... 42

3.6 Metode Analisis Data ... 43

3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase ... 43

3.6.2 Analisis Regresi Berganda ... 45

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 9 Semarang ... 49

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 49

4.1.2.1 Deskripsi Variabel Bebas (X1) ... 50

4.1.2.2 Deskripsi Variabel Bebas (X2) ... 55

4.1.2.3 Deskripsi Variabel Terikat (Y) ... 60

4.1.3 Uji Hipotesis ... 61

4.1.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 61

4.1.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 65

4.1.3.3 Uji Simultan (Uji F) ... 67

4.1.3.4 Uji Parsial (Uji t) ... 68

4.1.3.5 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Simultan (R2) 69 4.1.3.6 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Parsial (r2) .. 70


(13)

xiii

4.2.1 Komunikasi Guru, Kondisi Ruang Kelas, dan Hasil Belajar 71

4.2.2 Pengaruh Komunikasi Guru terhadap Hasil Belajar ... 77

4.2.3 Pengaruh Kondisi Ruang Kelas terhadap Hasil Belajar ... 79

4.2.4 Pengaruh Komunikasi Guru dan Kondisi Ruang Kelas Terhadap Hasil Belajar ... 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 81

5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(14)

xiv

1.1 Ketuntasan Hasil Nilai Midsemester Sistem Kearsipan ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 30

3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas XI AP SMK Negeri 9 Semarang ... 35

3.2 KKM Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan ... 37

3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen ... 41

3.4 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ... 42

3.5 Kriteria Analisis Dekriptif Komunikasi Guru dan Kondisi Ruang Kelas ... 45

4.1 Deskripsi Komunikasi Guru (X1) ... 50

4.2 Daftar Distribusi Jawaban Tentang Indikator Guru ... 52

4.3 Daftar Distribusi Jawaban Tentang Indikator Materi Pelajaran ... 53

4.4 Daftar Distribusi Jawaban Tentang Indikator Media ... 54

4.5 Daftar Distribusi Jawaban Tentang Indikator Feedback ... 55

4.6 Deksripsi Kondisi Ruang Kelas (X2) ... 56

4.7 Daftar Distribusi Jawaban Tentang Tempat/Ruang Belajar ... 58

4.8 Daftar Distribusi Jawaban Tentang Indikator Penerangan ... 59

4.9 Daftar Distribusi Jawaban Tentang Indikator Peralatan dan Perlengkapan ... 60

4.10 Daftar Distribusi Jawaban Responden tentang Variabel Hasil Belajar ... 61


(15)

xv

4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 63

4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 65

4.13 Hasil Analisis Uji Simultan (Uji F) ... 67

4.14 Hasil Analisis Uji Parsial (Uji t) ... 68

4.15 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 69


(16)

xvi

2.1 Bagan Alur Kerangka Berpikir ... 32 4.1 Diagram Distribusi Jawaban Tentang Variabel Komunikasi Guru (X1)

... 51 4.2 Diagram Distribusi Jawaban Tentang Variabel Kondisi Ruang Kelas

(X2) ... 56 4.3 Normal Probability Plot ... 64 4.4 Scatterplot Uji Heterokedastisitas ... 65


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Nilai Tugas Siswa Kelas XI AP 2 dan XI AP 3... 89

2 Kisi-kisi Angket Uji Coba Instrumen ... 91

3 Angket Uji Coba Instrumen Penelitian ... 92

4 Data Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Penelitian Komunikasi Guru Terhadap Nilai Siswa ... 95

5 Data Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kondisi Ruang Kelas Terhadap Nilai Siswa ... 97

6 Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Instrumen ... .99

7 Hasil Perhitungan Uji Coba Reliabilitas Instrumen ... 101

8 Kata Pengantar Penelitian ... 102

9 Data Responden Penelitian Kelas XI AP 2 dan XI AP 3 ... 103

10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 105

11 Angket Instrumen Penelitian ... 106

12 Tabulasi Data Penilaian ... 111

13 Deskripsi Persentase Indikator Variabel Komunikasi Guru ... 115

14 Deskripsi Persentase Indikator Variabel Kondisi Ruang Kelas ... 117

15 Distribusi Jawaban Responden Komunikasi Guru dan Kondisi Ruang Kelas ... 119

16 Regression ... 120


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan pendidikan itu sendiri untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas.

“Salah satu usaha yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok” (Catharina,2004:1).

Slameto (2010:1) mengemukakan bahwa “berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik”. Suatu tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar siswa mengalami perkembangan dan peningkatan. Dalam pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui hasil belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang, dan lambat. Laporan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk rapor. Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari


(19)

2

proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

“Faktor internal adalah faktor yang timbul dari diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat, dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, orang tua, ruangan kelas, dan lain-lain”. (Slameto, 2010:68).

Guru merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan komunikasi guru. Seorang guru yang berkomunikasi dengan baik kepada siswa dalam proses pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa. Proses komunikasi yang terjadi dalam suatu kegiatan belajar mengajar (KBM) bersifat interaktif edukatif (komunikasi timbal balik), hal itu dapat terjadi diantara guru dengan siswa atau antar siswa. Penguasaan teknik dan cara berkomunikasi guru merupakan salah satu untuk yang berperan mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar.

Guru yang kurang mampu berkomunikasi dengan baik pada saat menyampaikan materi pembelajaran, maka berdampak sulitnya siswa menerima materi yang diajarkan oleh guru. Kemampuan berkomunikasi dalam kelas adalah kemampuan guru dalam menciptakan iklim komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar berlangsung sangat efektif, baik antara guru dengan siswa maupun di antara para siswa sendiri, sebab siswa terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya, apakah yang telah diketahuinya itu benar atau tidak. Komunikasi dalam bentuk diskusi proses belajar


(20)

siswa bisa menjadi tiga tahap yaitu: persepsi, ideasi, transmisi (Effendy, 2005: 102).

“Ada beberapa unsur komunikasi dalam kegiatan pembelajaran yaitu: a) guru dalam pembelajaran disebut komunikator sumber dalam menyampaikan pesan kepada siswa; b) materi pelajaran dalam proses pembelajaran merupakan informasi yang sedang dikomunikasikan; c) media pembelajaran sangat diperlukan untuk menyampaikan pesan kepada siswa dalam pembelajaran; d) penerima atau feedback terjadi pada komunikasi antara guru dengan siswa setelah penerima menerima pesan”. (Lasswell dalam Mulyana, 2005:63-65)

Selain komunikasi, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kondisi ruangan kelas. Ruangan kelas adalah tempat belajar yang memungkinkan terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Ruangan kelas yang baik adalah ruangan kelas yang aman dan nyaman tanpa adanya gangguan dalam melakukan proses belajar mengajar. Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emotion (Ahmad, 2008:14). Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan bagi siswa maupun guru.

“Ruangan kelas yang layak digunakan dalam pembelajaran memiliki beberapa kriteria, yaitu : a) tempat/ruang belajar harus rapi, bersih, sehat, tidak lembab; b) cukup cahaya yang meneranginya; c) sirkulasi udara cukup; d) perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi” (The Liang Gie, 2000:220),

Ruangan kelas tidak hanya berfungsi sebagai tempat dan sumber belajar. Namun, lebih dari itu di dalamnya terjadi sebuah sistem sosial yang dibangun oleh guru dan siswa. Kondisi kelas yang tidak tertata dengan baik mengakibatkan siswa enggan untuk berlama-lama di dalam kelas, sehingga sistem sosial yang


(21)

4

dijalin tidak begitu kuat karena interaksi timbal balik yang di bangun kurang mendalam. Kondisi kelas turut mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut Dadang (2009:1), menyatakan bahwa, “di dalam ruang kelas siswa belajar berbagai mata pelajaran, baik yang berupa hafalan, pemecahan masalah, maupun keterampilan dengan proses belajar mengajar untuk semua mata pelajaran teori dan praktek, dianggap sama dan cenderung dilakukan dengan model belajar klasikal, atau model ceramah, dimana komunikasi guru relatif lebih aktif dibandingkan dengan siswa, hal ini akan mengakibatkan tingkat keberhasilan belajar tidak optimal”.

Menurut Artman (2008) dalam artikelnya menyatakan bahwa, “Kondisi ruangan kelas secara tidak langsung mempengaruhi proses belajar mengajar kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi dimana siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, proses itu sendiri merupakan mata rantai yang menghubungkan antara guru dan siswa sehingga terbina komunikasi yang memiliki tujuan pembelajaran”.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 5 Maret 2012 di kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 Semarang, diketahui jika hasil belajar siswa pada proses pembelajaran mengelola sistem kearsipan masih belum maksimal, hal ini dapat dilihat dari hasil midsemester siswa yang belum optimal. Berikut hasil nilai midsemester mata pelajaran mengelola sistem kearsipan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang.

Tabel 1.1 Ketuntasan Nilai Midsemester Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan Pada Siswa Kelas XI Jurusan Admnistrasi Perkantoran

SMK Negeri 9 Semarang

Kelas Jumlah

Kriteria

Tuntas Tidak tuntas

Jumlah % Jumlah %

XI AP 2 38 11 14,10% 29 37,18%

XI AP 3 40 9 11,54% 29 37,18%

Jumlah 78 20 25,64% 58 74,36%


(22)

Tabel 1.1 diatas menunjukkan 58 orang (74,34%) dalam kriteria tidak tuntas dan sejumlah 20 orang (25,63%). Perinciannya adalah 1) Kelas XI AP 2 sejumlah 38 siswa dengan kriteria tuntas 11 (14,10%) dan jumlah tidak tuntas 29 (37,17%), 2) Kelas XI AP 3 sejumlah 40 siswa dengan kriteria tuntas 9 (11,53%) dan jumlah tidak tuntas 29 (37,17%).

Dilihat dari aspek komunikasi guru dalam berkomunikasi terhadap siswa saat mengajar, guru sudah menguasai materi pelajaran yang diajarkan, menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan mata pelajaran, mampu mengelola kelas dengan baik, hanya guru belum mendapat feedback yang baik dari siswa, sehingga diperlukan komunikasi yang baik antar guru dan siswa, agar suasana belajar dapat tercipta dengan kondusif dan menyenangkan, untuk aspek kondisi ruang kelas, di dalam ruang kearsipan tempat ruang belajar sudah baik, penerangan di dalam kelas juga sudah cukup terang untuk pembelajaran, peralatan yang digunakan sudah cukup memadai tetapi masih ada sebagian peralatan yang kurang terawat seperti pelubang kertas sudah tidak tajam lagi dan lemari filling cabinet yang sudah tidak dapat dipakai lagi sehingga siswa diarahkan untuk menyimpan surat dan kartu kendali di dalam map dan dibawa pulang siswa.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Guru dan Kondisi Ruang Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan Pada

Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran Di SMK Negeri 9


(23)

6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh komunikasi guru terhadap hasil belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang?

2. Adakah pengaruh kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang?

3. Seberapa besar pengaruh komunikasi guru dan kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi guru terhadap hasil belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang.

2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang.


(24)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi guru dan kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan pada siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep mengenai komunikasi guru, kondisi ruang kelas, dan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman.

b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat sebagai kontribusi untuk lebih memperhatikan komunikasi guru dan kondisi ruang kelas dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Bagi pembaca dapat menambah wawasan dan bahan informasi yang dapat dijadikan referensi atau tambahan pengetahuan dalam mengembangkan ilmu.


(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

“Hasil belajar siswa diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” (Tu’u, 2004:75). “Hasil belajar diindikatorkan dengan adanya daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual atau kelompok serta perubahan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa” (Djamarah dan Aswan, 2010:106).

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan sisi guru. Hasil belajar dilihat dari sisi siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibanding pada saat sebelum belajar. Hasil belajar dilihat dari sisi guru merupakan saat terselesaikannya bahan pengajaran.(Slameto, 2010:1)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu tingkatan keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuai dengan daya serapnya terhadap materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka nilai yang diperoleh dari hasil tes.


(26)

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Setiap guru pasti menginginkan pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar. Namun pencapaian tersebut tidak hanya ditentukan dari satu faktor saja melainkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Menurut Slameto (2010:54), “faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa banyak jenisnya, namun dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern”.

Faktor intern yang dibicarakan ini dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah (yang terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan terdiri dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Faktor eksternal yang mempengaruhi terhadap hasil belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan, faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah standart pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Terakhir adalah faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2010:54-70).

Menurut Djamarah (2010:109-112), yang mempengaruhi terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Karena sebagai pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajarannya.

2. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimiliki,


(27)

10

guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Maka seorang guru benar-benar dituntut kompetensinya dalam melaksanakan proses pembelajaran, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi seorang guru dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambahkan tidak berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan masalah dikelas, dan sebaliknya seorang guru yang sudah berbekal dengan latar belakang pendidikan keguruan dan berpengalaman akan mudah mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas. 3. Anak didik

Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah dan mengikuti pembelajaran yang terjadi di sekolah. Anak didik yang dalam jumlah banyak tersebut dengan latar belakang sosial, masyarakat yang berbeda dan tentunya membawa karakteristik yang bermacam-macam. Disinilah tugas seorang guru dalam mengetahui karakteristik sorang anak didik. Karena perbedaan anak didik aspek biologis, intelektual, dan psikologis ini mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.

4. Kegiatan pengajaran

Pola kegiatan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantara. Guru yang mengajar anak didik yang belajar. Strategi penggunaan metode mengajar sangat menentukan kualitas hasil belajar mengajar.

5. Bahan dan alat evaluasi

Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan. 6. Suasana evaluasi

Suasana evaluasi yang dimaksudkan adalah suasana pelaksanaan ketika evaluasi belajar berlangsung yaitu dilakukannya sistem silang untuk memperoleh data yang obyektif, karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk jujur.

2.1.3 Klasifikasi Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009:22-31), klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual, ranah kognitif mencangkup kategori berikut:


(28)

a. Pengetahuan

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran.

c. Aplikasi

Aplikasi mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajar yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit.

d. Analisis

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material kedalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi dari pada pemahaman dan penerapan karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktural materi pembelajar yang telah dipelajari.

e. Sintetis

Sintetis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagain dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencangkup produksi komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal) atau seperangkat hubungan abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi). Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-pola baru.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, merial, dan lain-lain.

2. Ranah Afektif

Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

a. Receiving/attending

Menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

b. Responding/jawaban

Responding yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar.

c. Penilaian

Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa.

d. Organisasian

Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem yang konsisten secara internal.


(29)

12

e. Karakteristik nilai

Individu siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukan adanya kemampuan bertindak individu.

Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah sebagai berikut: a. Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar);

b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar;

c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan; e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada

ketrampilan yang kompleks;

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatife.

2.2 Tinjauan Tentang Pengertian Komunikasi

2.2.1. Pengertian Komunikasi Guru

“Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin communis yang berarti “sama”. Artinya komunikasi ditunjukkan untuk menyamakan suatu pikiran, makna atau suatu pesan yang dianut” (Widjaja, 2000:15)

“Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk merubah tingkah laku” (Muhammad, 2005:4). Pendapat lain menurut Soeharto (2003:11), “komunikasi adalah memberikan informasi, pesan, gagasan, ide, pikiran, perasaan kepada orang lain dengan maksud agar orang lain berpartisipasi yang pada akhirnya informasi, pesan, gagasan, ide, pikiran, perasaan tersebut menjadi milik bersama antar komunikator dan komunikan”.


(30)

“Menurut Soeharto (2003:22) komunikasi guru adalah kemampuan komunikasi guru dalam menciptakan iklim komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran”.

“Communication is the process by which a system is established, maintained, and altered by means of shared signal that operate according to rules”( Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah) Keltner (2006).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Guru sebagai komunikator menyampaikan materi pelajaran sebagai pesan kepada siswanya sebagai komunikan. Tugas guru sebagai komunikator adalah mendayagunakan potensi-potensi spesifik dan tanda-tanda atau lambang-lambang visual, menyusun isi pelajaran, serta memelihara hubungan khusus dengan para siswa dalam artian menyimak situasi komunikasi pengajaran berikut minat, keinginan, tuntutan, dan kebutuhannya.

2.2.2. Unsur-unsur Komunikasi

Menurut Lasswell ada lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain (Mulyana, 2005:63) yaitu:

1. Pengirim (sender)

Pengirim (sender) atau biasa disebut komunikator sumber yaitu pihak yang menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain (receiver). Sender mempunyai tujuan yang beragam dalam memberikan informasinya, menyampaikan berita atau gagasan, menghibur hingga tujuan untuk mengubah keyakinan dan mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.


(31)

14

2. Pesan atau message

Pesan atau message yaitu informasi apa yang sedang dikomunikasikan oleh seorang kepada orang lain. Pesan merupakan seperangkat alat simbol verbal maupun non verbal yang mewakili perasaan,nilai, gagasan, atau maksud sender tadi. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar namun perlu diperhatikan dan diarahkan pada tujuan akhir dari komunikasi.

3. Saluran atau media (channel)

Saluran atau media (channel) yaitu alat atau wahana yang digunakan sender untuk menyampaikan pesannya kepada receiver. Saluran dapat merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau lewat media cetak atau elektronik. Dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal, salah satu saluran yang paling dominan adalah bahasa.

4. Penerima (receiver)

Penerima (receiver), bisa saja disebut atau tujuan (destination), khalayak (audience), yaitu orang-orang yang menerima pesan dari sender.

5. Efek atau feed back

Penerima atau feed back yaitu apa yang terjadi pada penerima (receiver) setelah ia menerima pesan tersebut apakah sesuai dengan yang komunikator inginkan.

Pendapat Lasswell diatas dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Dalam pengajaran dengan metode teacher center pengirim atau komunikator yang dimaksud adalah guru. Guru mempunyai informasi tertentu dan benar, mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan optimal dengan menggunakan bantuan media dan sampai pada penerima informasi yaitu siswa. Namun saat ini siswa dapat juga sebagai komunikator di saat siswa mengajukan pertanyaan dan mengutarakan pengalaman-pengalamannya.

2. Pesan atau message yaitu materi pelajaran yang dapat berupa pesan, berita atau pernyataan tertentu yang disampaikan oleh guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan.

3. Saluran atau media, dalam proses pembelajaran media sering disebut sebagai media pembelajaran. Media akan membantu guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa agar mudah memahami materi pelajaran.

4. Efek atau feed back, setelah guru menyampaikan materi kepada siswa diharapkan terjadi perubahan dalam diri siswa, misalnya perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan tingkah laku.


(32)

Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan keterampilan guru dalam berkomunikasi, menurut Joni (1984:2) dalam Soeharto (2003:25-29) mencakup lima kemampuan pokok:

1. Kemampuan guru mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari : (a) Mengenali kelebihan dan kekurangan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran; (b) Membantu siswa menumbuhkan percaya diri dalam kegiatan pembelajaran; (c) membantu memperjelas pikiran dan perasaan sehingga dapat dipahami orang lain dan dapat bertukar pikiran dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari: (a) menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa; (b) menunjukkan sikap luwes dalam penyesuaian diri; (c) menerima siswa sebagaimana adanya; (d) menunjukkan sikap sensitif, responsif, dan simpatik terhadap perasaan kesukaran siswa dalam kegiatan pembelajaran; (e) menunjukkan sikap ramah, penuh perhatian, dan sabar terhadap siswa.

3. Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran. Keterampilan ini terdiri dari: (a) menunjukan gairah dalam member materi atau mengajar; (b) merangsang minat siswa untuk belajar; (c) memberi kesan kepada siswa bahwa guru menguasai bahan materi yang diajarkan dan menguasai bagaimana cara mengajar (metode).

4. Kemampuan guru untuk mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran. Keterampilan ini terdiri dari: (a) mengembangkan hubungan yang sehat dan serasi dalam kegiatan pembelajaran; (b) memberi tuntunan agar interaksi antara siswa dan antara guru dan siswa terpelihara dengan baik dalam kegiatan pembelajaran; (c) menguasai kegiatan yang tidak diinginkan atau menyimpang dalam kegiatan pembelajaran.

5. Kemampuan guru dalam memberikan materi pelajaran pada siswa, materi ini terdiri dari: (a) sistematika guru dalam memberikan materi pelajaran pada siswa; (b) dapat mengatur waktu antara materi dengan waktu habisnya mata pelajaran tersebut, dan (c) memahami semua materi pelajaran yang disampaikan.

2.2.3 Hambatan dalam Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat beberapa hambatan yang dapat mengurangi keutuhan pesan yang disampaikan (Widjaja, 2000:100-105), hambatan itu antara lain:


(33)

16

1. Kurangnya perencanaan

Pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima dengan apabila pesan yang dikirim sesuai rencana, namun apabila pesan yang disampaikan kurang perencanaan maka akan mengurangi keutuhan pesan yang diterima sipenerima pesan.

2. Perbedaan persepsi

Persepsi adalah berkenaan dengan penerimaan dan penginterprestasikan informasi. Apabila antara si pengirim dan si penerima pesan mempunyai perbedaan terhadap arti pesan yang disampaikan, maka akan terjadi sebuah pandangan yang berbeda dari pesan tersebut.

3. Perbedaan pendapat

Harapan antara si pengirim dan si penerima pesan akan mempengaruhi proses komunikasi apabila terjadi perbedaan harapan jika pesan yang telah dilaksanakan mempunyai arti yang tidak sesuai pada harapan si pengirim pesan. 4. Kondisi yang kurang baik

Apabila salah satu dari pengirim atau penerima pesan mengalami kondisi yang kurang baik (pusing, lemas, lemah, lesu, kurang bersemangat) maka pesan yang disampaikan menjadi tidak sempurna. Komunikasi yang baik akan terjadi jika pengirim pesan dan penerima pesan dalam keadaan yang baik.

5. Pesan yang tidak jelas

Pesan yang rancu atau tidak jelas, akan menimbulkan berbagai pertanyaan dalam proses komunikasi. Pesan yang baik seharusnya diolah terlebih dahulu agar pesan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh si penerima pesan.

6. Prasangka yang buruk

Salah satu sifat yang dimiliki manusia adalah berprasangka buruk. Prasangka buruk harus dihindari oleh diri kita terutama dalam berkomunikasi, sebab hasil tersebut akan menimbulkan suatu fitnah dan akan menghambat proses komunikasi.

7. Perbedaan status, pengetahuan dan bahasa

Pesan akan lebih mengena jika pesan mudah dipahami dan menggunakan bahasa yang umum digunakan dalam menyampaikan pesan. Hal ini karena adanya perbedaan status, pengetahuan, dan bahasa antara pengirim dan penerima pesan.

8. Distrosi atau kesalahan pesan

Pesan yang salah sudah barang tentu menjadi hal yang dapat menghambat kelancaran berkomunikasi. Pesan yang salah dapat terjadi karena faktor manusia dan mungkin juga faktor dari luar.


(34)

Namun demikian ada beberapa cara untuk mengatasi hambatan tersebut, misalnya:

1. Mengecek arti atau maksud yang dikatakan

Hal ini akan membantu si penerima pesan jika pesan yang kurang jelas ditanyakan secara langsung maksud dari isi pesan tersebut, atau mengecek arti kata-kata atau kalimat dalam pesan.

2. Meminta penjelasan lebih lanjut

Hal yang mungkin terjadi untuk mengatasi hambatan yaitu dengan meminta penjelasan lebih lanjut kepada ahlinya atau si pengirim pesan. Dengan meminta penjelasan maka pesan akan dapat dimengerti.

3. Mengecek umpan balik atau hasil

Hal yang perlu dilakukan jika komunikasi kurang dapat dimengerti yaitu antara si pengirim pesan dan si penerima pesan segera mengecek umpan balik atau hasil dari tindakan yang dilakukan setelah menerima pesan yang telah diberikan.

4. Mengulang pesan yang disampaikan

Pesan yang kurang jelas dapat mengakibatkan si penerima pesan akan menjadi kurang paham akan maksud dari si pengirim. Untuk menghindari hal tersebut yaitu dengan cara mengirim kembali pesan yang telah disampaikan atau dengan mengulang pesan yang disampaikan agar pesan yang kurang jelas dapat dimengerti maksud dan tujuannya oleh si penerima pesan.

5. Memperkuat dengan bahasa isyarat

Pesan yang disampaikan dalam bentuk lisan, penerima kadang tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh pengirim pesan. Agar pesan menjadi sempurna dan dapat dipahami oleh penerima maka pesan harus diperkuat dengan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tangan, ekspresi muka, gerakan mata, suara, dan sikap badan.

6. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima pesan

Hal tersebut akan membantu kedua pihak dalam berkomunikasi. Dengan adanya keakraban antara keduanya maka komunikasi akan lebih dipahami.

7. Membuat pesan selalu singkat dan jelas

Pesan yang singkat dan jelas akan memudahkan si penerima pesan memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh si pengirim pesan sehingga maksud dari pesan yang telah diterima dapat terelialisasi dengan baik.


(35)

18

Djamarah (2010:12-13) membagi komunikasi dalam dua bentuk, yaitu: 1. Komunikasi satu arah (one way communication)

Komunikasi sebagai aksi penempatan, dimana seorang guru atau pemimpin sebagai pemberi aksi dan siswa atau bawahan sebagai penerima aksi. Dalam pendidikan misalnya guru aktif dan siswa pasif sehingga mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan ajar.

2. Komunikasi dua arah (two way communication)

Komunikasi sebagai interaksi, dimana seorang guru sebagai pemberi maupun penerima aksi, demikian pula dengan siswa. Dalam dunia pendidikan baik antara guru dengan siswa dapat bertugas sebagai pemberi atau penerima aksi sehingga nantinya dapat terjadi sebuah dialog.

Proses komunikasi menurut Effendy (2005:11-17), terdiri atas dua tahap yaitu: 1. Komunikasi primer

Komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang disini adalah bahasa, isyarat, warna, gambar, dan lainnya.

2. Komunikasi sekunder

Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua disini dapat berupa surat, telephone, radio, televisi, dan lain sebagainya.

Komunikasi yang terjadi dalam proses pembelajaran antara guru dengan siswanya selama ini menggunakan komunikasi primer, karena antara guru dengan siswa komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dalam situasi tatap muka dimana tanggapan komunikasi akan dapat segera diketahui dan umpan balik yang terjadi secara langsung, sehingga komunikasi primer lebih efektif dan efisien dibandingkan proses komunikasi sekunder. Dalam proses komunikasi sekunder seperti yang telah dijelaskan di atas terjadi dalam situasi antara komunikator dengan komunikan relatif jauh dan tidak selalu terjadi dalam proses tatap muka.


(36)

Komunikasi dalam pengajaran dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang bermakna. Seorang guru dengan suara yang dimilikinya menjelaskan bahan pelajaran sehingga siswa dapat memperhatikannya. Suara yang digunakan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terasa monoton, dengan gaya dan sikap yang bervariasi dalam menyajikan pelajaran akan menarik, menghidupkan suasana dan membuat siswa termotivasi untuk belajar.

2.2.4 Pentingnya Komunikasi Guru Dalam Proses Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar tidak akan terlepas dengan interaksi. Menurut Sukmadinata (2005:48) agar tujuan belajar tercapai maka dalam interaksi tersebut harus didukung dengan komunikasi yang efektif. Pendidik dapat menggunakan komunikasi dalam beberapa bentuk meliputi:

1. Penyampaian informasi lisan

Interaksi belajar mengajar bertujuan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan terutama dari guru kepada siswa. Informasi disampaikan oleh guru dalam bentuk ceramah terhadap kelas atau kelompok.

2. Penyampaian informasi secara tertulis

Para guru kemungkinan juga berkomunikasi dengan siswanya secara tertulis berupa penyampaian bahan tertulis baik tulisannya sendiri atau karya orang lain supaya dibaca dan dipelajari oleh siswa.

3. Komunikasi melalui media elektronika

Perkembangan teknologi dewasa ini telah memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar sudah mulai memanfaatkan media elektronika. Media elektronika yang sering digunakan adalah kaset audio, kaset video, televisi, komputer, LCD, dan masih banyak yang lainnya.

4. Komunikasi dalam aktivitas kelompok

Dalam aktivitas kelompok, kemungkinan mengadakan komunikasi ini lebih kaya dibandingkan dengan penyampaian informasi baik lisan maupun tertulis. Baik antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain bahkan antara siswa dengan manusia di luar sekolah dapat terjadi komunikasi dalam berbagai kegiatan kelompok, seperti diskusi kelompok, simulasi, permainan, penelitian, pemecahan masalah (Sukmadinata, 2005:105).


(37)

20

Tujuan belajar dapat tercapai dalam sebuah interaksi harus didukung dengan komunikasi yang efektif. Pendidik dapat menggunakan komunikasi dalam beberapa bentuk meliputi: penyampaian informasi lisan, penyampaian secara tertulis, komunikasi melalui media elektronika dan komunikasi dalam aktivitas kelompok.

Adapun indikator pada variabel komunikasi guru dalam penelitian ini adalah:

a. Guru

b. Materi Pelajaran c. Media Pembelajaran d. Feed back

2.3. Kondisi Ruang Kelas

2.3.1. Pengertian Kondisi Ruang Kelas

Menurut Poerwadarminta (2005:849), “kondisi adalah keadaan sedangkan ruang adalah sela-sela antara dua (deret) tiang / sela-sela antara empat tiang. Kelas adalah ruang tempat belajar di sekolah”. Menurut Ahmad (2008:15) “kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional”. Menurut Djamarah, (2010:46) “kondisi ruang kelas merupakan segala sesuatu memudahkananak didik”.


(38)

Senada dengan pendapat diatas, menurut Suharsimi (2009:92) menyatakan bahwa:

“Segala sesuatu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, menyebabkan siswa kurang semangat dalam belajar, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban sekolah bagaimana menyediakan fasilitas yang akan tercapai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa”.

Menurut Ibrahim Bafadal (2004:2) bahwa kondisi kelas didalamnya terdapat sarana belajar yang secara langsung akan mempengaruhi proses pembelajaran dan prasarana belajar yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

Menurut Gordon, J Walker (2008 : 22) “condition classroom can be formulated in the educational condition classroom that all things physical and material, which implementation in teaching and learning”.

(Artinya kondisi kelas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka disimpulkan bahwa kondisi ruang kelas merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa karena proses belajar mengajar akan berhasil jika ditunjang dengan kondisi ruang kelas yang memadai. Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan bagi siswa maupun guru.


(39)

22

2.3.2. Kriteria Ruang Kelas

Menurut Mary (2000:52), kondisi fisik ruangan kelas yang layak digunakan bersama siswa untuk aktivitas belajar memiliki beberapa kriteria, yaitu :

1. Cahaya

2. Suhu udara dan udara segar 3. Akustik

4. Garis pandang

5. Tata letak meja dan kursi

6. Kemungkinan untuk memindahkan meja dan kursi 7. Furniture lain

8. Sarana untuk menempatkan gambar, bagan, dan sebagainya.

Menurut The Liang Gie (2000:33-47), hal yang sangat mempengaruhi efisiensi ruangan kelas dalam pembelajaran siswa, yaitu :

1. Tempat atau ruang belajar

Menurut The Liang Gie (2000:211),” persyaratan fisik yang harus diusahakan pada tata ruang pembelajaran meliputi hal-hal berikut: luas merupakan ruang belajar yang tidak boleh dijejal dengan jumlah siswa yang ada; ventilasi merupakan peredaran udara segar atau udara yang telah dibersihkan harus diusahakan dalam ruang belajar; dan kebersihan merupakan bangunan, perlengkapan, dan perabotan harus dipelihara dengan bersih”.

2. Penerangan cukup

Menurut The Liang Gie (2000:212-220), “penerangan ruangan kelas dalam pembelajaran siswa, yaitu: cahaya merupakan pemantulan cahaya alam atau lampu yang cocok dan cukup harus diusahakan, karena cahaya penerangan yang cukup dan memancar dengan tepat akan menambah efisiensi siswa dalam proses pembelajaran;


(40)

warna, dengan memakai warna yang tepat pada dinding dan lantai ruangan akan mencegah kesilauan yang mungkin timbul karena cahaya yang berlebihan; udara merupakan temperatur yang layak harus dipertahankan dalam ruang belajar (minimum 160C atau sama dengan ± 610F); dan suara merupakan faktor suara merupakan salah satu faktor mengurangi efisiensi pembelajaran para siswa”.

3. Perlengkapan belajar

Menurut The Liang Gie (2000:221), “perlunya perlengkapan dan peralatan dalam pembelajaran, yaitu: perbekalan pembelajaran dalam ruang pembelajaran kearsipan alat tulis dan kertas sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek kearsipan; perabotan dalam kelas merupakan jenis-jenis perabotan yang ada diruang kearsipan yaitu: meja, kursi, lemari filling cabinet”.

Ruangan kelas tidak hanya berfungsi sebagai tempat dan sumber belajar. Namun, lebih dari itu di dalamnya terjadi sebuah sistem sosial yang dibangun oleh guru dan siswa. Kondisi kelas yang tidak tertata dengan baik mengakibatkan siswa enggan untuk berlama-lama di dalam kelas, sehingga sistem sosial yang dijalin tidak begitu kuat karena interaksi timbal balik yang dibangun kurang intens.

2.3.3 Pengaturan Kondisi Ruang Kelas dan Iklim Belajar

Menurut Mary (2000:60), menyatakan bahwa “pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan”.


(41)

24

Menurut Khusnuridlo (2010:51), menyatakan bahwa “pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, sehingga akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.

Menurut Khusnuridlo (2010:56-66), “Pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek diantaranya lingkungan fisik kelas dan tempat duduk siswa”. Lingkungan fisik kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik. Ada


(42)

beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9-22) yaitu:

a. Visibility (Keleluasaan Pandangan)

Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.

b. Accesibility (mudah dicapai)

Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja. c. Fleksibilitas (Keluwesan)

Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.

d. Kenyamanan

Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.

e. Keindahan

Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan, dkk. (udhiezx.wordpress:3) yaitu:

a. Ukuran bentuk kelas

b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja c. Jumlah siswa dalam kelas


(43)

26

e. Jumlah kelompok dalam kelas

f. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).

Selain lingkungan fisik kelas, menurut Conny, Semawan (udhiezx.wordpress:3), “tempat duduk siswa juga mempengaruhi proses pembelajaran siswa didalam kelas, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang”. Desain ruang kelas yang baik dimaksudkan untuk menanamkan menumbuhkan, dan memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa, dengan ruang kelas yang baik, para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati dan menghargai pendapat masing-masing. Ruang kelas yang tertata dengan baik, guru akan leluasa memberikan perhatian yang maksimal terhadap setiap aktivitas siswa.

Menurut The Liang Gie (2000:45) “Posisi tempat duduk yang dapat digunakan di dalam kelas seperti berjajar ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainya. Biasanya posisi tempat duduk berjajar ke belakang digunakan dalam kelas dengan metode belajar ceramah. Untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan, sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa”.

Menurut The Liang Gie (2000: 70-75), menyatakan bahwa “pengaturan menata ruangan kelas yang dapat memberikan suasana nyaman bagi para siswa diantaranya pengaturan meja-kursi, pemajangan gambar dan warna, ventilasi, dan pengaturan


(44)

cahaya. Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar”.

Meja kursi juga hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja kursi yang dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran antara lain: pengaturan meja-kursi sebaiknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel; memberikan keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidak beraturan; susunan meja-kursi yang baik adalah yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah tatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar yang tinggi. Disamping pengaturan meja kursi, pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan saran-saran sebagai berikut: Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat gambar, poster, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas; Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster animasi yang sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau poster-poster tersebut; Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Selain itu, ventilasi dan pengaturan cahaya juga mempengaruhi penataan ruang kelas. Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa (Conny Semawan, dkk (udhiezx.wordpress:3).

Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi ruang kelas yang baik dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa dapat belajar dengan nyaman sehingga hasil belajar siswa dapat lebih maksimal.


(45)

28

Adapun indikator pada variabel kondisi ruang kelas dalam penelitian ini adalah: 1. Tempat/ ruang belajar

2. Penerangan

3. Perlengkapan belajar.

2.4 Tinjauan Tentang Kearsipan

2.4.1 Definisi dan Konsep Kearsipan

Menurut The Liang Gie (2000:118), “arsip adalah kumpul warkat yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali”. Menurut Undang-undang No.7 Tahun 1971 (dalam Tjandra, 2008:280), “arsip adalah naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga Negara dan badan-badan pemerintah dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kehidupan pemerintahan”.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa arsip adalah suatu kumpulan warkat baik berupa kertas, naskah, foto, film, mikro film, rekaman suara, gambar peta, bagan atau dokumen lain yang dibuat maupun diterima dan disusun secara sistematis menurut sistem untuk mempermudah dalam penyimpanan. Oleh karena pentingnya informasi yang terkandung di dalamnya sehingga setiap kali diperlukan, arsip dapat ditemukan kembali dengan mudah, cepat, dan tepat.

Menurut Sugiarto (2005:3), “kearsipan merupakan dasar dari pemeliharaan surat, kearsipan juga mengandung proses penyusunan dan penyimpanan surat-surat


(46)

secara sistematis sehingga memudahkan dalam penemuan kembali arsip yang diperlukan”. Menurut Mulyono (2008:3), kearsipan adalah tata cara pengurusan penyimpan warkat menurut aturan dan prosedur yang berlaku dengan mengingat 3 (tiga) unsur pokok yang meliputi: (1) Penyimpanan (Storing); (2) Penempatan (Planning); (3) Penemuan kembali (Finding).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kearsipan adalah suatu proses kegiatan yang meliputi kegiatan-kegiatan dari penerimaan, pencatatan, pemrosesan surat sampai penyimpanan dengan menggunakan prosedur dan aturan tertentu, sehingga apabila surat atau berkas yang diperlukan dapat ditemukan kembali dengan mudah, cepat, dan tepat.

2.4.2 Sistem Kearsipan

Menurut Tjandra (2008:287) mengemukakan “sistem penyimpanan arsip/warkat adalah suatu proses pengaturan mulai dari penerimaan, pencatatan, penyimpanan dengan menggunakan sistem tertentu, menemukan kembali dengan cepat dan tepat, penggunaan, pemeliharaan, penyusutan, pemusnahan arsip”.

Menurut Tjandra (2008:288) , ada beberapa macam sistem penyimpanan arsip yang dapat dipilih dalam penyimpanan arsip, yaitu:

1. Penyimpanan arsip sistem abjad

Susunan penyimpanan pada sistem ini, berdasarkan urutan abjad. 2. Penyimpanan arsip sistem tanggal

Sistem kronologis adalah sistem penyimpanan arsip didasarkan pada urutan waktu surat diterima atau surat dikirim ke luar.


(47)

30

3. Penyimpanan arsip sistem nomor

Penyimpanan arsip sistem nomor adalah cara penyimpanan menurut urut-urutan angka dimulai dari satu terus meningkat hingga angka yang lebih besar.

4. Penyimpanan arsip sistem wilayah

Penyimpanan arsip sistem wilayah adalah tata cara penyimpanan arsip menurut pembagian wilayah.

5. Penyimpanan arsip sistem masalah/subyek

Semua naskah/dokumen disusun dan dikelompokkan berdasarkan pokok soal/masalah.


(48)

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Nama Tahun Hasil Penelitian

1 Dian Ratna Sari 2006 Menyimpulkan bahwa pengaruh kepimpinan dan kemampuan berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sragi Kab. Pekalongan tahun pelajaran 2005/2006. Dalam penelitian ini terbukti secara parsial bahwa kemampuan berkomunikasi guru memberikan pengaruh sebesar 17,52% motivasi belajar.

2. Gordon, J. Walker dengan judul “Leisure Research Second Quarter”

2008 Menyimpulkan bahwa kondisi kelas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar

3. Artman Ghulam 2008 Menyimpulkan bahwa kondisi ruang kelas secara tidak langsung mempengaruhi proses belajar mengajar siswa kelas IV SDN Tarumanegara Tawang Tasikmalaya sebesar 48,1%

2.5 Kerangka Berpikir

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah yang akan menghasilkan output yang berkualitas, yang siap bersaing di dunia kerja. Upaya meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas dilakukan SMK dengan membekali siswanya berbagai macam keahlian yang disesuaikan dengan kurikulum kejuruan yang ditetapkan.


(49)

32

Salah satu program kejuruan yang ada di SMK adalah bisnis dan manajemen, dimana di dalamnya terdapat beberapa jurusan yang salah satunya adalah Jurusan Administrasi Perkantoran. Peserta didik diajarkan berbagai macam keahlian baik teori maupun praktik, salah satunya adalah kompetensi mengelola sistem kearsipan. Kompetensi ini sangat penting bagi siswa karena mengajarkan para siswa untuk memahami teori serta mampu menerapkan sistem kearsipan dengan baik dimana hal tersebut dapat sebagai bekal dan dibutuhkan saat siswa mengikuti praktik lapangan dan juga saat bekerja nanti.

Tujuan tersebut dapat tercapai dengan adanya kerja keras baik dari guru maupun siswa. Perlu adanya pembelajaran yang efektif. Guru sebagai bagian dari lingkungan sekolah berperan besar dalam menumbuhkan niat belajar dalam diri siswa sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang efektif.

Selain komunikasi, kondisi ruang kelas juga merupakan komponen penting dalam usaha menciptakan suatu pembelajaran yang efektif. Kondisi kelas yang memadai dan sesuai kebutuhan akan menjadikan kegiatan pembelajaran berjalan dengan lebih sempurna. Terutama dalam mendukung kegiatan pembelajaran menerapkan sistem kearsipan yang di dalamnya membutuhkan banyak praktik.

Kegiatan pembelajaran yang efektif akan mampu terwujud dengan terpenuhinya kondisi kelas yang memadai dan komunikasi guru yang baik. Siswa akan semakin bersemangat untuk belajar, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.

Secara sistematis kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :


(50)

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis Penelitian

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya (Sugiyono, 2010: 96)”. Menurut Suharsimi (2006: 71), “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: Ha1: “Ada pengaruh positif antara komunikasi guru terhadap hasil belajar siswa kelas

XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 Semarang”. Komunikasi Guru (X1):

Indikator: 1. Guru

2. Materi Pelajaran 3. Media pembelajaran 4. Feed back

(Mulyana, 2005:63)

Hasil Belajar Siswa (Y): Indikator:

Nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru

(Tu’u, 2004:57) Kondisi Ruang Kelas (X2):

Indikator:

1. Tempat/ruang belajar 2. Penerangan

3. Peralatan dan perlengkapan belajar


(51)

34

Ha2: “Ada pengaruh positif antara kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 Semarang”.

Ha3: “Ada pengaruh positif antara komunikasi guru dan kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 Semarang”


(52)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian

Metode penelitian mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang tepat dapat memperlancar proses penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMK Negeri 9 Semarang.

Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dimana sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu menurut (Margono, 2005: 105-106).

3.2 Populasi dan Sampel

Data kuantitatif menurut Sugiyono (2010:14), adalah “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu”. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data deskriptif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Desain penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan analisis regresi berganda dimana sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik.


(53)

36

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AP 2 dan XI AP 3 SMK Negeri 9 Semarang. Untuk lebih jelas bisa dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas XI AP SMK Negeri 9 Semarang Tahun 2011/2012

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

XI AP 2 1 37 38

XI AP 3 2 38 40

Jumlah 3 75 78

Sumber: Daftar Absen Kelas XI AP 2 dan XI AP 3 SMK Negeri 9 Semarang

Penelitian ini menggunakan semua responden yang berjumlah 78 untuk mengambil data, sehingga penelitian ini termasuk penelitian populasi.

3.3 Variabel Penelitian

“Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Suharsimi, 2006:118). Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :


(54)

3.3.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas yaitu variabel yang tidak terpengaruh atau tidak terikat oleh variabel yang lain. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel bebas, yaitu:

A. Komunikasi Guru (X1) :

1. Guru

2. Materi Pelajaran 3. Media Pembelajaran 4. Feed back

B. Kondisi Ruang Kelas (X2) :

1. Tempat / ruang belajar 2. Penerangan

3. Peralatan dan perlengkapan belajar

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas XI AP yang telah dicapai dalam usaha belajar pada mata pelajaran Mengelola sistem kearsipan di SMK Negeri 9 Semarang. Pengukuran hasil belajar ini dilihat dari hasil rata-rata nilai midsemester siswa yang telah dilaksanakan di sekolah dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75.


(55)

38

Tabel 3.2 KKM Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan

KKM Kriteria

≥ 75 Tuntas

≤ 75 Tidak Tuntas

Sumber: SMK N 9 Semarang

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh bahan-bahan keterangan atau kenyataan yang benar untuk mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, baik data pokok maupun data penunjang. Untuk mendapatkan data tersebut, dapat digunakan beberapa metode pengumpulan data, dimana masing-masing metode tidak berdiri sendiri melainkan saling mendukung dan melengkapi hasil dari temuan metode lain. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah random sampling.

3.4.1 Metode Angket atau Kuesioner

“Metode angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui” (Suharsimi Arikunto, 2006:151). Angket atau kuesioner ini untuk mendapatkan data mengenai pengaruh komunikasi guru dan kondisi ruang kelas terhadap hasil belajar siswa kelas XI AP 2 dan XI AP 3 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 Semarang.


(56)

Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang disediakan dengan alternatif jawaban. Bentuk angket yang digunakan adalah bentuk tertutup dengan 4 (empat) alternatif jawaban, dimana responden tinggal memilih salah satu jawaban yang menurut responden jawaban tersebut sesuai dengan kondisi keadaan yang dihadapi atau dialami responden.

Penggunaan angket diharapkan akan memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, Menurut Mardapi (2008:121), dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada kategori 3 (tiga) untuk skala likert. Untuk mengatasi hal tersebut skala likert hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden, dengan skor masing-masing sebagai berikut:

1. Kolom 1 dengan kriteria Sangat Baik (SB) dengan skor 4 2. Kolom 2 dengan kriteria Baik (B) dengan skor 3

3. Kolom 3 dengan kriteria Kurang Baik (KB) dengan skor 2 4. Kolom 4 dengan kriteria Tidak Baik (TB) dengan skor 1

3.4.2 Metode Observasi

Observasi adalah pemusatan perhatian terhadap objek tertentu dengan menggunakan semua alat indra (Suharsimi, 2009: 229). Alasan instrumen observasi karena ada kecenderungan subjek penelitian untuk menyatakan sarana dan prasarana dalam ukuran baik, sedangkan dari kenyataan dan teori terjadi perbedaan. Instrumen ini sebagai pelengkap dari data yang diperoleh dari angket. Objek observasi ini adalah guru mata pelajaran mengelola sistem kearsipan dan siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 9 Semarang.


(57)

40

3.4.3 Metode Dokumentasi

“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya” (Suharsimi, 2006:231). Penelitian ini menggunakan alat berupa kamera untuk mengabadikan gambar-gambar yang berhubungan dengan aktivitas peneliti. Selain itu teknik dokumentasi yang digunakan untuk mengetahui jumlah, daftar nama, dan daftar nilai siswa kelas XI AP 2 dan XI AP 3 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 Semarang yang menjadi responden dalam penelitian.

3.5 Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian dilakukan sebelum angket diberikan kepada responden. Tujuan daripada uji instrumen adalah untuk menghindari pertanyaan-petanyaan yang kurang jelas, menghilangkan kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan penambah atau pengurangan item.

Instrumen ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya instrumen tersebut digunakan dalam pengambilan data penelitian.

3.5.1 Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument” (Suharsimi, 2009:168). Pengukuran validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi atau content validity. Validitas ini menunjuk sejauh mana


(58)

isi kuesioner mewakili semua aspek dari suatu konsep. “Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner” (Ghozali, 2011:52). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Tujuan dari uji validitas adalah untuk mengukur apakah pertanyaan dalam koesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur.

“Cara menentukan valid atau tidaknya instrumen adalah dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan korelasi dengan tabel nilai koefisien korelasi pada taraf kesalahan 5% atau taraf signifikansi 95% sebesar 0,349, apabila rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 5% maka soal dinyatakan valid

dan apabila rhitung < rtabel maka soal dinyatakan tidak valid” (Ghozali, 2011:49).

Berdasarkan penghitungan hasil uji validitas angket dengan menggunakan bantuan program SPSS 16, didapatkan bahwa dari 49 soal yang diuji cobakan kepada 30 responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono ( 2010:177), menyatakan “pengujian instrumen ditunjukkan pada pengujian validitas dengan jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang”. Dalam penelitian ini terdapat 44 soal yang valid, karena memiliki rhitung > rtabel = 0,349 dan sisanya terdapat 5 soal yang tidak

valid, yaitu soal nomor 6, 11, 17, 47, dan 48. Selanjutnya, 44 soal yang valid penomorannya diurutkan kembali dan digunakan untuk pengambilan data. Berikut adalah nilai hasil penghitungan uji validitas untuk variabel komunikasi guru, kondisi ruang kelas, dan hasil belajar siswa.


(1)

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 78

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 4.76857289

Most Extreme Differences Absolute .115

Positive .050

Negative -.115

Kolmogorov-Smirnov Z 1.001

Asymp. Sig. (2-tailed) .269


(2)

106

2. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Correlations Collinearity Statistics Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant)

Komunikasi_Guru .640 .675 .636 1.000 1.000

Kondisi_Ruang_Kelas .334 .425 .327 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Hasil_Belajar


(3)

(4)

108

Uji Hipotesis

1. Uji Simultan (Uji F)

a.. Dependent Variable: Hasil_Belajar

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression

1817.290 2 908.645 38.89

4 .000

a

Residual 1705.447 73 23.362

Total 3522.737 75

a. Predictors: (Constant), Kondisi_Ruang_Kelas, Komunikasi_Guru b. Dependent Variable: Hasil Belajar

2. Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.312 8.018 .538 .592

Komunikasi_Guru .777 .100 .636 7.807 .000

Kondisi_Ruang_


(5)

3. Uji Koefisien Determinasi Simultan(R2) Model Summaryb

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

.503 4.83345 1.282

a. Predictors: (Constant), Kondisi_Ruang_Kelas, Komunikasi_Guru b. Dependent Variable: Hasil_Belajar


(6)

110

Coefficientsa

Model

Correlations

Zero-order Partial Part

1 (Constant)

Komunikasi_Guru .640 .675 .636

Kondisi_Ruang_Kelas .334 .425 .327


Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Bidang Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XII Mata Diklat Mengelola Sistem Kearsipan di SMK PGRI 01 S

0 25 124

PENGARUH FASILITAS BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN METODE MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI 1 SALATIGA

0 5 150

Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi Melalui Proses Komunikasi Guru Pada Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Tamansiswa Kudus

5 27 104

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI 1 PANTAI CERMIN T.P 2016/2017.

0 3 32

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN DI SMK SWASTA NUR AZIZI TANJUNG MORAWA TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 4 23

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN STRATEGI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK TAMANSISWA KUDUS.

0 0 3

(ABSTRAK) PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MENGELOLA KEARSIPAN PADA SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK TAMANSISWA KUDUS.

0 0 2

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MENGELOLA KEARSIPAN PADA SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK TAMANSISWA KUDUS.

0 0 95

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SISTEM KEARSIPAN PADA SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 2 PEKALONGAN.

1 4 113

PENGARUH MOTIVASI DAN METODE MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 1 YOGYAKARTA.

0 0 147