warna, dengan memakai warna yang tepat pada dinding dan lantai ruangan akan mencegah kesilauan yang mungkin timbul karena cahaya yang berlebihan; udara
merupakan temperatur yang layak harus dipertahankan dalam ruang belajar minimum 16
C atau sama dengan ± 61 F; dan suara merupakan faktor suara
merupakan salah satu faktor mengurangi efisiensi pembelajaran para siswa ”.
3. Perlengkapan belajar
Menurut The Liang Gie 2000:221, “perlunya perlengkapan dan peralatan dalam pembelajaran, yaitu: perbekalan pembelajaran dalam ruang pembelajaran
kearsipan alat tulis dan kertas sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek kearsipan; perabotan dalam kelas merupakan jenis-jenis perabotan yang ada diruang
kearsipan yaitu: meja, kursi, lemari filling cabinet ”.
Ruangan kelas tidak hanya berfungsi sebagai tempat dan sumber belajar. Namun, lebih dari itu di dalamnya terjadi sebuah sistem sosial yang dibangun oleh
guru dan siswa. Kondisi kelas yang tidak tertata dengan baik mengakibatkan siswa enggan untuk berlama-lama di dalam kelas, sehingga sistem sosial yang dijalin tidak
begitu kuat karena interaksi timbal balik yang dibangun kurang intens.
2.3.3 Pengaturan Kondisi Ruang Kelas dan Iklim Belajar
Menurut Mary 2000:6 0, menyatakan bahwa “pengelolaan kelas dalam
pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan”.
Menurut Khusnuridlo 2010:51, menyatakan bahwa “pengelolaan kelas
merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang
efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang
intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang
kondusif”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru perlu menata dan
mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses
pembelajaran. Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan
mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, sehingga akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif. ltulah
sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan- pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Menurut Khusnuridlo 2010:56- 66, “Pengelolaan kelas yang baik dapat
dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek diantaranya lingkungan fisik kelas dan tempat duduk siswa”. Lingkungan fisik kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang
didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik. Ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell Winataputra, 2003: 9-22 yaitu:
a. Visibility Keleluasaan Pandangan Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas
tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula
guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
b. Accesibility mudah dicapai Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil
barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat
bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
c. Fleksibilitas Keluwesan Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja
kelompok.
d. Kenyamanan Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan
kepadatan kelas. e.
Keindahan Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu
dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal
berikut perlu
diperhatikan menurut
Conny Semawan,
dkk. udhiezx.wordpress:3 yaitu:
a. Ukuran bentuk kelas b.
Bentuk serta ukuran bangku dan meja c.
Jumlah siswa dalam kelas d.
Jumlah siswa dalam setiap kelompok
e. Jumlah kelompok dalam kelas
f. Komposisi siswa dalam kelompok seperti siswa yang pandai dan kurang
pandai, pria dan wanita. Selain
lingkungan fisik
kelas, menurut
Conny, Semawan
udhiezx.wordpress:3, “tempat duduk siswa juga mempengaruhi proses pembelajaran siswa didalam kelas, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah,
tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang
”. Desain ruang kelas yang baik dimaksudkan untuk menanamkan menumbuhkan, dan
memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa, dengan ruang kelas yang baik, para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati
dan menghargai pendapat masing-masing. Ruang kelas yang tertata dengan baik, guru akan leluasa memberikan perhatian yang maksimal terhadap setiap aktivitas siswa.
Menurut The Liang Gie 2000:45 “Posisi tempat duduk yang dapat digunakan di dalam kelas seperti berjajar ke belakang, bentuk setengah lingkaran,
berhadapan, dan sebagainya. Biasanya posisi tempat duduk berjajar ke belakang digunakan dalam kelas dengan metode belajar ceramah. Untuk metode diskusi
dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan, sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan
bentuk pembelajaran kooperatif. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan,
untuk itu perlu diperhatikan pengaturanpenataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa
”. Menurut The Liang Gie 2000: 70-
75, menyatakan bahwa “pengaturan menata ruangan kelas yang dapat memberikan suasana nyaman bagi para siswa diantaranya
pengaturan meja-kursi, pemajangan gambar dan warna, ventilasi, dan pengaturan
cahaya. Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk
melakukan aktivitas belajar ”.
Meja kursi juga hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja kursi yang
dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran antara lain: pengaturan meja-kursi sebaiknya
dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel; memberikan keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-
masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidak beraturan; susunan meja-kursi yang baik adalah yang memungkinkan siswa dapat saling
berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam
pengaturan meja-kursi adalah tatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar yang tinggi. Disamping pengaturan
meja kursi, pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan saran-saran sebagai berikut: Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan
penataan pajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat gambar, poster, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis,
dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas; Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster animasi yang sama,
guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau poster-poster tersebut; Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan
siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat
memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Selain itu, ventilasi dan pengaturan cahaya juga mempengaruhi
penataan ruang kelas. Suhu, ventilasi dan penerangan kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada adalah aset penting untuk terciptanya suasana
belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa Conny Semawan, dkk udhiezx.wordpress:3.
Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi
ruang kelas yang baik dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa dapat belajar dengan nyaman sehingga hasil belajar siswa dapat lebih
maksimal.
Adapun indikator pada variabel kondisi ruang kelas dalam penelitian ini adalah: 1. Tempat ruang belajar
2. Penerangan 3. Perlengkapan belajar.
2.4 Tinjauan Tentang Kearsipan 2.4.1 Definisi dan Konsep Kearsipan