Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

3.10.1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Menurut suliyanto 2011:69 uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normat atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal. Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik yang dilakukan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Cara lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan garfik adalah menggunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Adapun kriteria pengujian sebagai berikut : a. Jika Asym. Sig 0,05 berarti seluruh data berdistribusi normal b. Jika Asym. Sig 0,05berarti seluruh data berdistribusi tidak normal

3.10.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak samakonstan Suliyanto 2011:95. Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji Park Glajser, Uji Rank Spearman, dan Barlett.

3.10.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu time-series atau ruang cross section. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji Durbin-Watson Uji D-W untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi Suliyanto, 2011:125. Kriteria pengambilan kesimpulan dalam uji Durbin- Watson DW adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound du dan 4du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound dl, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar daripada 4-dl, maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas du dan batas bawah dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Dapat kita lihat kriteria nilai uji durbin-watson pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Kriteria Nilai Uji Durbin Watson No. Nilai DW Kesimpulan 1 1,65 ˂ DW ˂ 2,35 tidak ada autokorelasi 2 1,21 ˂ DW ˂ 1,65 tidak dapat disimpulkan 3 2,35 ˂ DW ˂ 2,79 4 DW ˂ 1,21 terjadi autokorelasi 5 DW 2,79 Sumber : Suliyanto 2011:309 Rumus yang digunakan untuk uji D-W adalah ∑ ∑ = = − − = n i i n i i i d 1 2 2 2 1 µ µ µ Keterangan: d = nilai D-W stat µ = nilai residual dari persamaan regresi pada periode i 1 − i µ = nilai residual dari persamaan regresi pada periode i-1 Selain menggunakan Durbin-Watson, untuk mengetahui apakah autokorelasi ini terjadi dapat diginakan uji Runs Test. Penelitian ini menggunakan uji Runs Test, dimana apabila nilai Asymp. Sig. 2-tailed 0,05 maka hipotesis nol diterima, dan artinya residual tidak terkena autokorelasi.

3.10.4. Uji Multikolinieritas