3. Agent of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa - jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa - jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa - jasa bank ini antara
lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
2.2. Fungsi Intermediasi Bank
Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses pembelian surplus dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga,
untuk disalurkan kepada unit ekonomi yang defisit. Fungsi intermediasi keuangan muncul sebagai akibat dari mahalnya biaya minoritas. Peran sebagai intermediasi
inilah yang membuat bank sangat berperan dalam mendukung segala kegiatan ekonomi suatu negara dalam pencapaiannya. Sebagaimana dijelaskan dalam
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Fungsi intermediasi dimulai dari penghimpunan dana dari pihak I, yaitu dana ditempatkan oleh pemilik bank; pihak II, dana yang berasal dari bank atau
lembaga keuangan lainnya; dan yang terutama dari pihak III, yaitu dana dari masyarakat untuk kemudian ditransformasikan ke dalam aktiva Idroes, 2008:16.
Fungsi intermediasi yang diperankan oleh bank merupakan sumber pendapatan
utama sebuah bank. Selisih antara bunga yang diterima dari cadangan-cadangan sekunder, pinjaman, serta imbal hasil investasi setelah dikurangkan dengan biaya
bunga dana pihak ketiga dan pihak kedua akan menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih hingga saat ini masih menjadi kontribusi utama
penghasil pendapatan pada sebagian besar bank di dunia.
2.3. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah ukuran yang digunakan dalam interpretasi dan analisis laporan finansial suatu perusahaan. Pengertian rasio ini sebenarnya
hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmetical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial Riyanto
2001:329. Analisi rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan.
Pertama, analisis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama perbandingan internal. Kedua,
perbandingan meliputi perbandingan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama perbandingan eksternal.
2.3.1. Loan to Deposit Ratio LDR
Loan to Deposit Ratio LDR adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang
menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya Rivai, at al 2007:394. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas. Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit Dendawijaya, 2005:116.
Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya loan-up atau relatif tidak likuid illiquid. LDR disebut juga rasio kredit
terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.
Besarnya Loan to Deposit Ratio LDR yang telah ditetapkan oleh pemerintah maksimum adalah 110. Jumlah kredit yang diberikan biasanya
relatif naik namun tak berarti jumlah kredit tidak akan turun. Jumlah kredit yang menurun karena permintaan terhadap kredit yang berfluktuatif. Untuk menghitung
nilai dari LDR, dapat menggunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004, yaitu:
Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio menunjukan bahwa rendahnya kemampuan likuiditas bank yang besangkutan, hal ini dikarenakan jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar pula. Begitupun sebaliknya, jika angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukan bahwa
tingkat tingginya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena bank tersebut tak perlu mengeluarkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit semakin kecil.
Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 265BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank untuk semua pihak yang terkain, maka Bank Indonesia menetapkan:
1. Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110 atau lebih diberi nilai kredit nol 0, artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.
2. Untuk Loan to Deposit Ratio di bawah 110 diberi nilai 100, artinya likuiditas bank tersebut sehat.
Batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank secara umum adalah sekitar 90 - 100, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas aman Loan to
Deposit Ratio adalah 110. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank, dimana sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa
batas aman Loan to Deposit Ratio dari suatu bank adalah 80. Namun batas toleransi berkisar antara 85 - 110 Dendawijaya, 2005:117.
2.3.2. Return on Assets ROA
Return on Assets ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan Rivai, et
al:720. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dari segi penggunaan asset Dendawijaya 2005:119. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi
perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama
operasional Bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi Bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total assets. ROA digunakan sebagai indicator performance atau kinerja bank.
Semakin tinggi ROA maka akan menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena besarnya ROA dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan.
2.3.3. Capital Adequacy Ratio CAR
Capital Adequacy Ratio atau kecukupan modal minimum. Modal adalah faktor utama pada sebuah perusahaan, karena melalui modal inilah perusahaan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan kegiatan bisnisnya. Menurut Dendawijaya 2005:121 Capital Adequact Ratio adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman utang, dan lain-lain. Dengan kata lain,
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari aset
tertimbang menurut resiko ATMR, CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank PBI,
2008.
2.3.4. Non Performing Loan NPL
Kredit bermasalah problem loan, banyak yang menyamakannnya dengan kredit macet Non Performing Loan. Hal tersebut memang ada benarnya karena
kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah, namun tidak boleh menyatakan bahwa semua kredit bermasalah adalah kredit macet. Jelasnya, kredit bermasalah
dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang
ditetapkan oleh bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan punya potensi untuk rugi.
Dalam menilai proporsi kredit bermasalah terhadap total kredit, maka bank dapat melakukan perhitungan dengan menggunakan rasio Non Performing Loan
NPL. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 330DPNP tanggal 14 Desember 2001, maka perhitungan dan ketentuan perhitungan NPL adalah
sebagai berikut:
NPL = x 100
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL
Rasio Predikat
NPL ≤ 5
NPL 5 Sehat
Tidak Sehat
Sumber : SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank
tersebut dikatakan tidak sehat.
2.3.5. Net Interest Margin NIM
Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No.52003, Rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan funding dengan suku bunga
pinjaman yang diberikan lending atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman
disebut Net Interest Margin NIM. Rasio ini menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan bunga bersih Rivai, at al 2007:721. Semakin besar
rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemingkinan bank tersebut dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004:
NIM = x 100
2.3.6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Pperasional BOPO
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya Rivai, at all:722. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan
utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana misalnya dana masyarakat, maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga
dan total beban operasional lainnya. Semakin rendah BOPO, berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan
adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Namun, nilai resiko BOPO yang ideal berada antara 50-70 sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang
dimiliki adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO
Peringkat Predikat
Besaran nilai BOPO
1 Sangat Sehat
50-75 2
Sehat 76-93
3 Cukup Sehat
94-96 4
Kurang Sehat 96-100
5 Tidak Sehat
100
Sumber : SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari yang sangat sehat sampai yang tidak sehat.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang terdahulu akan menjadi bahan referensi dalam penelitian ini antara lain:
Amriani 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis pengaruh
CAR, NPL, BOPO, dan NIM terhadap LDR pada Bank BUMN di Indonesia periode 2006-2010”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Loan to Deposit Ratio LDR. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, BOPO, dan NIM. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO, dan NIM secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap LDR. Artinya, dari setiap perubahan yang terjadi
pada variabel independen yaitu CAR, NPL, BOPO, dan NIM secara simultan atau bersama-sama akan berpengaruh pada LDR pada Bank BUMN Persero di
Indonesia.
Granita 2011 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap
LDR Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2002- 2009”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to
Deposit Ratio LDR. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs. Teknik
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial, serta F-statistik
untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan level 5. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normlitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Net Interest Margin NIM, Kurs, Dana Pihak Ketiga DPK,
Suku Bunga, Non Performing Loan NPL, Inflasi, dan Capital Adequacy Ratio CAR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio
LDR pada Bank Devisa periode 2002-2009 pada level of signifikan 5.
Utari 2011 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR,
NPL, ROA dan BOPO terhadap LDR Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia Periode 2005-2008”. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio LDR. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA dan BOPO.
Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis serta
analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel-variabel independen CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap LDR. NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap LDR. ROA berpengaruh
negatif tidak sigifikan terhadap LDR dan BOPO berpengaruh positif signifikan
terhadap LDR. Anisah 2010 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh CAR, DPK,
ROA dan NPL terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan kepada sektor UMKM”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
penyaluran kredit. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, DPK, ROA dan NPL. Metode yang digunakan adalah metode analsis regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DPK, ROA dan NPL berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Sedangkan variabel
CAR berpengaruh tidak signifikan. Nasiruddin 2005 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh CAR,
NPL, dan Suku bunga kredit terhadap LDR pada Bank BPR di wilayah kerja kantor Bank Indonesia Semarang”. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio LDR. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit.
Penelitiannya mengenai pengaruh CAR, NPL, dan suku bunga kredit terhadap LDR pada Bank BPR di wilayah kerja kantor Bank Indonesia Semarang. Metode
analisis yang dipakai adalah metode analsis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap LDR, sedangkan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR. Prayudi melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Capital Adequecy
Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, BOPO, Return on Assets ROA, Net Interest Margin NIM terhadap Loan to Deposit Ratio LDR”. Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio LDR. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL,
BOPO, ROA, NIM. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dan uji asumsi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa secara
simultan variabel-variabel independen; CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM dengan uji F, secara bersama-sama berpengaruh terhadap LDR. Hasil penelitian
secara parsial dengan uji t, variabel; CAR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR, sedangkan variabel ROA berpengaruh negatif dan NIM
berpengaruh positif terhadap LDR.
Hidayat melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh pemberian kredit terhadap LDR dan dampaknya pada pendapatan bunga Bank”. Variable dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Bunga Bank. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Pemberian Kredit dan Loan to
Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan pemberian kredit dan Loan to Deposit Ratio LDR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan bunga bank. Secara ringkas, penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini, yaitu:
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Metode Analisis
Hasil Penelitian
1. Fitri Riski
Amriani 2012
Analisis pengaruh CAR, NPL,
BOPO, dan NIM terhadap LDR
pada Bank BUMN di
Indonesia periode 2006-2010
Dependen: LDR
Independen: CAR, NPL,
BOPO, dan NIM
Regresi linier
berganda CAR, NPL, BOPO,
dan NIM secara simultan atau
bersama-sama akan berpengaruh
signifikan terhadap LDR pada Bank
BUMN Persero di Indonesia
2. Jen Kharisa
Granita 2011
Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA,
NPL, NIM, BOPO, SUKU
BUNGA, INFLASI, DAN
KURS terhadap LDR
Studi pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa periode 2002-
2009 Dependen:
LDR Independen:
DPK, CAR, ROA, NPL,
NIM, BOPO, Suku Bunga,
Inflasi, dan Kurs
Regresi linier
berganda Net Interest Margin
NIM, Kurs, Dana Pihak Ketiga DPK,
Suku Bunga, Non Performing Loan
NPL, Inflasi, dan Capital Adequacy
Ratio CAR secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Loan to Deposit
Ratio LDR
3. Mita Puji
Utari 2011 Analisis Pengaruh
CAR, NPL, ROA dan BOPO
terhadap LDR Studi Kasus pada
Bank Umum Swasta Nasional
Devisa di Indonesia Periode
2005-2008 Dependen:
LDR Independen:
CAR, NPL, ROA, BOPO
Regresi linier
berganda CAR berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap
LDR.
NPL berpengaruh signifikan negatif
terhadap LDR.
ROA berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap LDR
BOPO berpengaruh positif signifikan
terhadap LDR.
Lanjutan Tabel 2.3
No Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Metode Analisis
Hasil Penelitian
4. Anisah
2010 Pengaruh CAR,
DPK, ROA dan NPL terhadap
jumlah penyaluran kredit perbankan
kepada sektor UMKM
Dependen: Jumlah
penyaluran kredit
Independen: CAR, DPK,
ROA, NPL Regresi
linear berganda
DPK, ROA dan NPL berpengaruh
signifikan terhadap jumlah penyaluran
kredit
CAR berpengaruh tidak signifikan
5. Nasiruddin
2005 Pengaruh CAR,
NPL, dan Suku bunga kredit
terhadap LDR pada Bank BPR di
wilayah kerja kantor Bank
Indonesia Semarang
Dependen: LDR
Independen: CAR, NPL,
dan Suku bunga kredit
Regresi linier
berganda CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
LDR, sedangkan NPL berpengaruh
negatif signifikan terhadap LDR
6. Arditya
Prayudi Pengaruh Capital
Adequecy Ratio CAR, Non
Performing Loan NPL, BOPO,
Return on Assets ROA, Net
Interest Margin NIM terhadap
Loan to Deposit Ratio LDR
Dependen: LDR
Independen: CAR, NPL,
BOPO, ROA, dan NIM
Regresi linier
berganda CAR, NPL, BOPO,
ROA dan NIM secara simultan
berpengaruh terhadap LDR.
CAR, NPL dan BOPO tidak
berpengaruh terhadap LDR.
ROA berpengaruh negatif dan NIM
berpengaruh positif terhadap LDR.
7. Iman
Pirman Hidayat
Pengaruh pemberian kredit
terhadap LDR dan dampaknya pada
pendapatan bunga Bank
Dependen: Pendapatan
Bunga Bank
Independen: Pemberian
Kredit dan Loan to
deposit ratio deskriptif
analisis dengan
pendekatan studi kasus
pemberian kredit dan loan to deposit
ratio LDR secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan bunga bank
2.5. Kerangka Konseptual