1
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang diliputi dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk
mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat pengalaman manis, pahit, sedih, gembira dan lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami oleh seorang remaja dalam
rangka mencapai jati diri. Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perubahan Nurul,
2008. Pada kondisi ini terjadi perubahan fisik dan emosi dimana mereka memasuki
suatu masa yaitu masa pubertas. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa muda. Remaja memandang dunianya seperti apa
yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya. Ciri perilaku yang menonjol pada usia-usia ini terutama terlihat pada perilaku sosial, dalam masa ini, teman sebaya
mempunyai arti yang amat penting, seperti mereka ikut dalam klub, geng, teman sebaya yang perilaku dan nilai-nilai individu yang menjadi anggotanya. Inilah
proses dimana individu membentuk pola perilaku dan nilai-nilai baru yang pada gilirannya bisa mengantikan nilai serta pola perilaku yang dipelajarinya di rumah
Latifah, 2008. Remaja kini mulai merasakan dorongan-dorongan seksual dari dalam dirinya,
sehingga keinginan untuk memperluas pergaulan. Kalau selama masa anak-anak
Universitas Sumatera Utara
2
usia 6-12 tahun, mereka cenderung membentuk kelompok teman bermain yang berasal dari sesama jenis kelamin, maka ketika beranjak menjadi seperti orang
dewasa, remaja mulai memperluas pergaulan dengan lawan jenis. Mereka berusaha saling memperhatikan karena tertarik pada jenis kelamin lain. Walau
demikian, sebagian besar remaja masih bersifat malu-malu bila menjalin hubungan dengan lawan jenis secara terbuka. Dengan adanya pergaulan, seorang
remaja akan memperoleh teman untuk bergaul, sehingga akan dapat mengembangkan keterampilan sosial, konsep diri, harga diri, dan akan
memperoleh dukungan emosional bila menghadapi suatu masalah. Pada saat seorang anak memiliki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada anak perempuan, secara biologis anak remaja tersebut mengalami perubahan yang sangat besar. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi, tumbuhnya bulu di ketiak, pembesaran buah dada, dan lain sebagainya sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Permulaan
menstruasi mungkin akan menjadi peristiwa yang menakutkan bagi beberapa remaja putri yang kurang mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Banyak remaja
putri yang mengalami rasa sakit saat menstruasi walaupun tidak semua remaja putri mengalaminya. Selain rasa sakit yang mereka alami, banyak di antara
mereka merasa direpotkan karena harus memakai pembalut dan menggantinya disaat-saat tertentu.
Menurut Garrison dalam Utami, 2008, individu-individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang khas seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan
akan dihargai, dan kebutuhan akan penerimaan orang lain. Salah satu hubungan
Universitas Sumatera Utara
3
interpersonal yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis-sosiologis pada anak pubertas adalah pertemanan. Kehadiran teman bagi anak perempuan
khususnya pada masa pubertas akan sangat berarti bagi hidupnya. Garisson mengatakan bila teman-teman sebayanya hanya sedikit yang mau menerima
kehadiran dirinya maka anak tersebut akan merasa kekurangan teman untuk bergaul.
Anak pubertas akan merasa cemas apabila dirinya tidak mempunyai teman, karena pengaruh masa puber yang berpengaruh pada perubahan kondisi fisik juga
akan menimbulkan kecemasan. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya teman sebayanya yang akan mengajaknya pergi bermain bersama.
Menurut Kartono 2006 mengemukakan bahwa kecemasan adalah rasa ragu, gemetartidak berani terhadap hal-hal yang tidak nyata, semu, ataupun tidak jelas,
selalu penuh dengan ketegangan emosionil, serta dipenuhi oleh bayangan- bayangan kesulitan yang ada dalam khayalan saja.
Sedangkan menurut Rathus 2001 mengatakan bahwa kecemasan didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan,
ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari lingkungan. Oleh karena itu anak pada masa pubertas memerlukan seseorang untuk dapat dijadikan kawan
berbincang dan tempat curahan suka dukanya, kawan untuk membagi rasa kecemasan dan bermusuhan, seta kawan untuk memikul rahasia dan rasa sedih.
Dengan membagikan ataupun mencurahkan beban hati serta pikiran itulah maka akan terasa oleh para anak pubertas bahwa penderitaan atau kecemasannya akan
sedikit terlepas.
Universitas Sumatera Utara
4
Perasaan dan berbagai respon yang muncul dari remaja putri saat menstruasi kadang memunculkan pengertian yang berbeda-beda pada setiap individu yang
akan menghadapi masa pubertas. Hal ini terbukti dari penelitian Conger dalam Sriwindari 2004 bahwa reaksi emosi terhadap menstruasi pertama pada remaja
putri adalah mereka biasa saja, sebagian merasa cemas, dan beberapa diantaranya merasa takut. Hanya 10 dari mereka yang menerima masa pubertas dengan
perasaan antusias, penasaran, dan bangga dalam kategori emosi ringan. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir sebagian remaja putri memberikan respon
negatif terhadap masa pubertas. Sebuah pertemanan dengan kualitas yang tinggi ditandai dengan tingginya
tingkat perilaku tolong-menolong, keakraban dan perilaku positif lainnya, serta rendahnya tingkat konflik, persaingan dan perilaku negatif lainnya. Penelitian
selanjutnya menunjukkan bahwa kualitas pertemanan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam interaksi sosial dengan teman sebaya Berndt, 2009.
Kualitas pertemanan juga memiliki pengaruh langsung dalam mempengaruhi sikap dan perilaku karena dengan kualitas pertemanan yang tinggi dapat
mengurangi rasa malu serta isolasi diri Berndt, 2009. Masa menstruasi bagi remaja putri adalah tanda remaja putri memasuki masa
pubertas yang ditandai dengan banyak muncul perubahan secara fisiologis dan mental. Perubahan-perubahan tersebut dapat memicu timbulnya kecemasan,
namun tingkat kecemasan yang timbul pada remaja putri yang mengalami menarche berbeda-beda setiap individu tergantung dari informasi yang diperoleh
dan kemampuan adaptasinya.
Universitas Sumatera Utara
5
Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa remaja putri di lingkungan sekolah tersebut mengatakan bahwa remaja putri mendiskusikan tentang
pengalaman kecemasan terhadap perubahan fisik yang terjadi setelah menstruasi mereka yang pertama lebih banyak diperoleh dari teman sebayanya daripada
ibunya. Penulis juga memperoleh informasi bahwa satu dari empat orang remaja putri mengatakan tidak mendiskusikan menstruasi pertamanya dengan orang lain.
Sebagian remaja lagi mengatakan bahwa remaja putri di lingkungan sekolah tersebut tidak tahu tentang perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, sehingga
menyebabkan munculnya reaksi wajah yang takut dan binggung. Hal ini terlihat dari respon remaja yang kurang menyenangkan dalam menanggapi pertanyaan
tentang perubahan fisik masa pubertas yang diajukan peneliti, yaitu adanya reaksi wajah remaja putri yang tiba-tiba pucat dan menghindar saat di wawancara serta
ada juga remaja yang mengalihkan topik pembicaraan lain di luar masalah pubertas. Kebanyakan dari remaja putri menunjukkan rasa khawatir jika pada saat
mengalami menstruasi di sekolah, mereka tidak bisa bebas melakukan aktivitas sehari-hari, muncul rasa marah, merasa kurang nyaman, mengalami rasa sakit dan
nyeri saat menstruasi. Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan diatas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul adakah “Hubungan peran teman sebaya dengan kecemasan remaja putri pada masa pubertas dalam menghadapi perubahan
fisik di SMP Swasta Betania Medan”.
2. Rumusan Masalah