Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Konsep Defenisi Konseptual

5 Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa remaja putri di lingkungan sekolah tersebut mengatakan bahwa remaja putri mendiskusikan tentang pengalaman kecemasan terhadap perubahan fisik yang terjadi setelah menstruasi mereka yang pertama lebih banyak diperoleh dari teman sebayanya daripada ibunya. Penulis juga memperoleh informasi bahwa satu dari empat orang remaja putri mengatakan tidak mendiskusikan menstruasi pertamanya dengan orang lain. Sebagian remaja lagi mengatakan bahwa remaja putri di lingkungan sekolah tersebut tidak tahu tentang perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, sehingga menyebabkan munculnya reaksi wajah yang takut dan binggung. Hal ini terlihat dari respon remaja yang kurang menyenangkan dalam menanggapi pertanyaan tentang perubahan fisik masa pubertas yang diajukan peneliti, yaitu adanya reaksi wajah remaja putri yang tiba-tiba pucat dan menghindar saat di wawancara serta ada juga remaja yang mengalihkan topik pembicaraan lain di luar masalah pubertas. Kebanyakan dari remaja putri menunjukkan rasa khawatir jika pada saat mengalami menstruasi di sekolah, mereka tidak bisa bebas melakukan aktivitas sehari-hari, muncul rasa marah, merasa kurang nyaman, mengalami rasa sakit dan nyeri saat menstruasi. Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul adakah “Hubungan peran teman sebaya dengan kecemasan remaja putri pada masa pubertas dalam menghadapi perubahan fisik di SMP Swasta Betania Medan”.

2. Rumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara 6 Masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan peran teman sebaya dengan kecemasan remaja putri pada masa pubertas dalam menghadapi perubahan fisik. 3. Tujuan Penelitian 1.3. Tujuan Umum Mengetahui hubungan peran teman sebaya dengan kecemasan remaja putri pada masa pubertas dalam menghadapi perubahan fisik.

1.3. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi peran teman sebaya. b. Mengidentifikasi kecemasan remaja putri pada masa pubertas dalam menghadapi perubahan fisik. c. Mengidentifikasi hubungan peran teman sebaya dengan kecemasan remaja putri pada masa pubertas dalam menghadapi perubahan fisik.

4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian yang dilakukan ini di harapkan dapat bermanfaat bagi : 1.1. Pihak Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah materi pembelajaran bagi remaja tentang masa pubertas. Universitas Sumatera Utara 7 1.2. Praktek Keperawatan Memberikan informasi terhadap perubahan fisik pada masa pubertas remaja putri. 1.3. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mendapatkan informasi tambahan dalam menghadapi kecemasan remaja putri terhadap perubahan fisik yang terjadi. Universitas Sumatera Utara 8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Teman Sebaya

1.1. Defenisi Teman Sebaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock 2007 mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian Irwan Kawi, 2010. Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai. Universitas Sumatera Utara 9 Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebayanya. Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Di dalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan konsep dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa memerdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya Depkes, 2012.

1.2. Karakteristik Berteman

Adapun karakteristik dari berteman Parlee dalam Siregar, 2010 adalah sebagai berikut : 1. Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan teman 2. Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka 3. Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan kesenangan individu 4. Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat keputusan yang baik 5. Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung teman dan mereka juga melakukan hal yang demikian 6. Menceritakan rahasia, yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada teman 7. Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan mengerti dengan baik seperti apa adanya individu Universitas Sumatera Utara 10 8. Spontanitas, yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat teman Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berteman terdiri dari sukarela, unik, kedekatan dan keintiman. Dalam pertemanan harus dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas.

1.3. Peran Teman Sebaya

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja, pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting. Menurut Santrock 2007 mengatakan bahwa peran terpenting dari teman sebaya adalah : a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. b. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan. c. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri. Melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja mempelajari modus relasi yang timbal-balik secara simetris. Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa kesepian dan bersikap bermusuhan. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan Universitas Sumatera Utara 11 yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat para remaja melakukan sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri Piaget dan Sullivan dalam Santrock, 2007.

1.4. Fungsi Pertemanan

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock 2003, mengatakan bahwa ada enam fungsi perteman yaitu : 1. Berteman Companionship Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan suatu aktivitas. 2. Stimulasi Kompetensi Stimulation Competition Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik. 3. Dukungan Fisik Physicial Support Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan menumbuhkan perasaan berarti berharga bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah. Universitas Sumatera Utara 12 4. Dukungan Ego Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan ditanggung oleh orang lain temannya. 5. Perbandingan Sosial Social Comparison Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang. 6. IntimasiAfeksi IntimacyAffection Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat untuk menyakiti orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan menghormati keberadaan orang lain.

1.5. Aspek Perkembangan Remaja

Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nurture. Konsep nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep nurture menyatakan tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut tergantung pada pola asuh dan lingkungan di mana remaja itu tinggal Kusmiran, 2011. Universitas Sumatera Utara 13

1.6. Perkembangan Sosial

Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran anak-anak. Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

1.7. Kuatnya Teman Sebaya

Keinginan menjadi mandiri akan timbul dari dalam diri remaja. Salah satu bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orangtua dan ketergantungan secara emosional pada orangtua. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris, kebinggungan peran dan lain-lain, seseorang menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebayanya dibandingkan bersama dengan orangtuanya, sehingga wajar saja jika tingkah laku dan normaaturan-aturan yang dipegang banyak dipengaruhi oleh kelompok sebayanya. Namun, tampaknya remaja sangat bergantung pada teman sebayanya, pada remaja sendiri terdapat sikap ambivalen. Di satu sisi ingin membuktikan kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi di sisi lain mereka masih tergantung kepada orangtuanya. Remaja akan tetap meminta pertimbangan dari orangtuanya ketika menghadapi masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu yang berkaitan dengan masa depannya yang berakibat jangka panjang. Hal ini merupakan bentuk ketergantungan remaja kepada orangtua. Ketergantungan pada teman sebaya lebih Universitas Sumatera Utara 14 mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan relasi sosial atau penerimaan lingkungan misalnya tingkah lakukebiasaan sehari-hari, kesukaan, aktivitas yang dipilih, gaya bahasa dan lainnya. Namun, perilaku mengikuti kelompok akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya kematangan karena remaja semakin ingin menjadi individu yang mandiri dan unik serta lebih selektif dalam memilih sahabat. Tingkat konformitas remaja dengan kelompok sebayanya bervariasi menurut kualitas relasi yang terjadi dalam keluarga. Remaja yang berasal dari keluarga yang terlalu hangat, memberikan perlindungan dan keamanan secara berlebihan, melibatkan emosi yang sangat kuat cenderung memengaruhi remaja menjadi malas menjalin ikatan lain di luar keluarga atau mengalami kesulitan dalam berinteraksi di lingkungan selain keluarganya. Umumnya remaja ini lebih senang menyendiri atau bergaul dengan orang-orang tertentu saja, ada juga yang menjadi minder dan sulit berinteraksi dengan sebayanya. Sementara keluarga yang tidak memberikan kehangatan dan ikatan emosi kepada anak, cenderung memengaruhi remaja berusaha keras mengikatkan diri pada lingkungan lain yang berarti baginya dan secara penuh mengikuti aturan kelompok tersebut tanpa membedakan mana tingkah laku yang salah atau benar. Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar yang tidak berlebihan dan senantiasa memberikan dukungan positif dapat membantu anak mengembangkan ikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Ia mampu menentukan kapan ia harus mengikuti kelompoknya dan kapan harus menolak Universitas Sumatera Utara 15 ajakan dari teman sebayanya sehingga remaja tersebut akan terbebas dari tekanan teman sebaya untuk melakukan hal-hal negatif. Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan : a. Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar. b. Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin. c. Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang lebih baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga mengembangkan kemampuan sosial yang mendorongnya lebih percaya diri dan aktif dalam aktivitas sosial. d. Berkurangnya prasangka dan diskriminasi, mereka cenderung tidak mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan pribadinya.

1.8. Aspek-aspek Kualitas Pertemanan

Menurut Mappiare dalam Handayani, 2006 aspek-aspek kualitas pertemanan adalah sebagai berikut : a. Pengakuan dan Saling Menjaga Yaitu remaja diakui teman, adanya perilaku saling menjaga, mendukung dan saling memberi perhatian. b. Terjadinya Konflik Yaitu munculnya perbedaan atau perselisihan faham hal-hal yang membangkitkan kemarahan dan ketidakpercayaan. Universitas Sumatera Utara 16 c. Pertemanan dan Rekreasi Yaitu menghabiskan waktu bersama-sama teman, baik di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. d. Membantu dan Memberi Petunjuk Yaitu usaha seorang teman untuk membantu temannya yang lain dalam menyelesaikan tugas rutin yang menantang. e. Berbagi Pengalaman dan Perasaan Yaitu adanya saling keterbukaan akan perasaan pribadi, berbagi pengalaman diantara remaja dan temannya. f. Pemecahan Konflik Yaitu munculnya perdebatan atau perselisihan faham dan adanya jalan keluar pemecahan masalah secara baik dan efisien.

2. Masa Pubertas

2.1. Defenisi Masa Pubertas

Bawaan pubertas bukanlah suatu insiden lingkungan, kemunculan pubertas telah diprogram di dalam gen setiap manusia Adair dalam Santrock, 2010. Pubertas tidak berlangsung di usia 2 atau 3 tahun maupun di usia 20-an. Di masa depan, studi genetik molekuler mungkin dapat mengidentifikasi gen-gen spesifik yang berkaitan dengan muncul dan berkembangan pubertas. Meskipun demikian, faktor-faktor lingkungan juga turut mempengaruhi kemunculan dan lamanya masa pubertas yang pada sebagian individu berlangsung antara usia 9 hingga 16 tahun ini. Universitas Sumatera Utara 17 Menurut Salzman, remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung dependence terhadap orangtua kearah kemandirian independence, minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral Yusuf, 2004. Batasan masa remaja meliputi; remaja awal : 12-15 tahun, remaja madya : 15-18 tahun, dan remaja akhir : 19-22 tahun Konopka dalam Yusuf, 2004. Remaja atau “adolescence” Inggris, berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10-19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa. Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik organobiologik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan mental emosional. Terjadinya perubahan besar ini umumnya membinggungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan, dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani, dan Universitas Sumatera Utara 18 sosial. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus Yani, 2010. Sebelum mencapai masa remaja, individu telah mengalami serangkaian- serangkaian perkembangan dan memperoleh banyak pengalaman. Tidak ada anak perempuan atau anak laki-laki yang memasuki masa remaja dalam bentuk daftar kosong, yang hanya memiliki kode genetik yang akan menentukan berbagai pikiran, perasaan, dan perilakunya. Namun kombinasi antara faktor keturunan, pengalaman masa kanak-kanak dan pengalaman masa remaja, menentukan rangkaian perkembangan remaja. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Sebetulnya, masa depan dari seluruh budaya tergantung pada seberapa efektifnya pengasuhan itu Larson dkk, 2002. Pandangan lama mengatakan bahwa masa remaja merupakan satu-satunya periode transisi menuju dunia dewasa. Pendekatan baru menekankan variasi transisi dan peristiwa yang menentukan periode tersebut seperti halnya waktu dan urutannya Larson ; Sarigiani dan Peterson dalam Santrock, 2007. Sebagai contoh, peristiwa pubertas dan peristiwa sekolah dipandang sebagai transisi pokok yang menandai masuknya masa remaja, menamatkan sekolah atau bekerja purna- waktu untuk pertama kalinya merupakan peristiwa transisi pokok yang menandai berakhirnya masa remaja dan masuknya orang ke masa dewasa. Kini, para ahli berkembang tidak lagi percaya bahwa perubahan itu berakhir di masa remaja Batles; Demick dan Andreoletti; Overton; Santrock, 2006. Ingatlah bahwa perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses seumur hidup. Masa Universitas Sumatera Utara 19 remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu periode perkembangan yang yang tidak berkaitan dengan periode-periode lainnya. Meskipun para remaja memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi selama masa remaja berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman di masa kanak-kanak maupun masa dewasa.

2.2. Perubahan Fisik Wanita pada Masa Remaja

Pubertas tidak sama dengan remaja, bagi sebagian besar di antara kita, masa pubertas berakhir jauh sebelum masa remaja selesai. Meskipun demikian, masa pubertas merupakan awal penting yang menandai masa remaja. Pubertas puberty adalah sebuah periode di mana kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa remaja awal Santrock, 2007. Perubahan fisik yang terjadi di antaranya timbul proses pematangan organ reproduksi, selain itu juga terjadi perubahan secara psikologis. Salah satu tanda yang khas pada remaja adalah terjadinya pubertas. Pubertas pada anak perempuan akan muncul pada umur 10 sampai 16 tahun Evelyn, 2006. Hal ini mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan seksual. Karena pada masa remaja cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi. Universitas Sumatera Utara 20 Di antara perubahan tubuh yang menyolok, perubahan apakah yang pertama kali muncul? dari perubahan fisik pada perempuan : pertama, membesarnya payudara atau tumbuhnya rambut kemaluan. Selanjutnya, tumbuhnya rambut di ketiak. Seiring dengan perubahan ini, tubuh perempuan bertambah tinggi, pinggul berkembang menjadi lebih lebar dibandingkan tubuhnya. Menstruasi pertama menarche terjadi di akhir siklus pubertas. Awalnya, siklus menstruasi berlangsung sangat tidak teratur dan selama beberapa tahun pertama, remaja perempuan mungkin tidak mengalami ovulasi di setiap siklus. Dalam beberapa kasus, remaja perempuan belum subur sampai dua tahun setelah periode dimulai. Perempuan tidak mengalami perubahan suara seperti yang dialami oleh laki- laki. Di akhir masa pubertas, payudara perempuan menjadi lebih penuh. Dua aspek yang paling terlihat selama perubahan masa pubertas perempuan adalah tumbuhnya rambut kemaluan dan berkembangnya payudara. Ingatlah bahwa dimulainya dan kecepatan pubertas antara individu yang satu dengan individu lainnya cenderung bervariasi Santrock, 2007. Pada masa remaja itu, terjadinya suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi organ seksual sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut dikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut Yani, 2010. 1. Tanda-tanda Seks Primer pada Wanita Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Tetapi tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Sebagai tanda kematangan organ Universitas Sumatera Utara 21 reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. 2. Tanda-tanda Seks Sekunder pada Wanita a. Rambut Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula- mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, labih kasar, lebih gelap dan agak keriting. b. Pinggul Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit. c. Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. d. Kulit Universitas Sumatera Utara 22 Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut. e. Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. f. Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. g. Suara Suara berubah semakin merdu, akan tetapi suara serak jarang terjadi pada wanita.

2.3. Perkembangan Perilaku Remaja

Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan- perubahan akibat pubertas Papalia, 2008 yaitu : 1. Perkembangan Perilaku Pengetahuan Remaja Perkembangan pengetahuan remaja, dalam pandangan Jean Piaget seorang ahli perkembangan pengetahuan merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan pengetahuan. Pada periode ini, para remaja sudah memiliki pemikiran dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang nyata dan tidak nyata. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga Universitas Sumatera Utara 23 mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak cara pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasil yang diperoleh. Para remaja bukan hanya menerima informasi apa adanya, akan tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengubahnya dengan pemikiran mereka sendiri. Para remaja juga mampu menggabungkan pengalaman masa lalu dan pangalaman sekarang untuk mengubahnya menjadi pendapat. 2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, karena pada masa ini suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan suasana hati para remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja mengalami perubahan yang secara tiba-tiba dalam kesadaran diri mereka self awareness. Para remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena remaja menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan gambaran diri mereka sendiri. Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki, sebagian disebabkan karena remaja perempuan biasanya lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. Perubahan pada masa puber akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada kemampuan dan kemauan remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya Universitas Sumatera Utara 24 kepada orang lain, sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasi. Remaja yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain akan lebih banyak berperilaku negatif daripada remaja yang mampu dan mau berkomunikasi. Akibat dari perubahan masa puber pada para remaja adalah sebagai berikut Monks, 2009 : 1. Ingin Menyendiri Saat perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan seringnya bertengkar pada teman-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber sering melamun, sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya ataupun identitas diri. 2. Bosan Remaja pubertas akan merasa bosan dengan permainan yang sebelumnya sangat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial dan kehidupan pada umumnya. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal. 3. Inkoordinasi Pertumbuhan cepat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan remaja akan merasa tidak terbiasa bergaul dengan orang lain selama Universitas Sumatera Utara 25 beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, maka koordinasi tersebut akan kembali membaik secara bertahap. 4. Antagonisme Sosial Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Permusuhan terbuka antara dua jenis kelamin yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain. 5. Emosi yang Tinggi Munculnya reaksi murung, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena pengaruh yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa pramenstruasi dan awal periode menstruasi. Dengan semakin matangnya keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun akan berkurang dan remaja sudah mulai mampu mengendalikan emosinya. 6. Hilangnya Kepercayaan Diri Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri akan menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik yang menurun dan karena adanya pengaruh yang negatif datang dari orangtua maupun dari teman- temannya. 7. Terlalu Sederhana Universitas Sumatera Utara 26 Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan akan memberi komentar yang buruk.

2.4. Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi tersebut menurut Gunarsa dalam disertasi PKBI 2000 adalah sebagai berikut: 1. Transisi Fisik Berkaitan dengan Perubahan Bentuk Tubuh Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan kebinggungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten. 2. Transisi dalam Kehidupan Emosi Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan hubungan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa ataupun marah-marah. 3. Transisi dalam Kehidupan Sosial Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran Universitas Sumatera Utara 27 ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri melepaskan ikatan dengan keluarga. 4. Transisi dalam Nilai-nilai Moral Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai- nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai- nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri. 5. Transisi dalam Pemahaman Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

2.5. Masalah Umum Remaja

Menurut McAllister membagi remaja menjadi beberapa kelompok yaitu : a. Remaja normal. b. Remaja bermasalah. c. Remaja bermasalah patologis. Dua kelompok yang pertama merupakan problem teenager group dengan didasari asumsi bahwa tidak ada remaja yang tidak bermasalah dalam mengadapi transisi dalam berbagai aspek perkembangan serta menghadapi transisi dalam berbagai aspek perkembangan serta menghadapi lingkungan. Remaja memiliki masalah umum dibedakan dengan remaja yang memiliki masalah yang patologis pathologic teenager. Berikut adalah masalah umum yang dialami remaja berkaitan dengan tumbuh kembangnya. Universitas Sumatera Utara 28 1. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumahnya seperti relasi dengan anggota, keluarga, disiplin, dan pertentangan dengan orangtua. 2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah. 3. Kondisi fisik kesehatan atau latihan, penampilan berat badan, ciri-ciri daya tarik, bau badan, jerawat, kesesuaian dengan jenis kelamin. 4. Emosi temperamen yang meledak-ledak, suasana hati berubah-ubah. 5. Penyesuaian sosial minder, sulit bergaul, pacaran, penerimaan oleh teman sebaya, peran pemimpin. 6. Masalah pekerjaan pilihan pekerjaan, pengangguran. 7. Nilai-nilai moral, penyalahgunaan obat-obatan, dan hubungan seksual. 8. Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis heteroseksual, seperti putus pacar, proses pacaran, backstreet, sulit punya pacar, dan lain- lain.

2.6. Defenisi Kecemasan

Cemas ansietas merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Ansietas bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti pernah mengalami ansietas dengan berbagai variannya. Ansietas sangat berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Menurut Sriwindari 2004, kecemasan dalam menghadapi masa pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan yang didapat mengenai menstruasi dan faktor kesiapan. Perubahan fisik dan pentingnya peran teman atau Universitas Sumatera Utara 29 persahabatan pada remaja menggambarkan adanya penolakan pada diri sendiri yang berlangsung pada tubuh mereka setelah melalui proses pertumbuhan di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Para remaja putri tersebut mengungkapkan rasa kecemasan mengenai perubahan fisik mereka. Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan Corey, 2005. Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Manifestasi kecemasan menurut Sue 2010, terjadi dalam empat hal yaitu : 1. Kognitif Kecemasan yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi. 2. Motorik Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar. 3. Somatik Kecemasan terwujud dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering BAK, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain- lain. Hampir semua tekanan kecemasan menunjukkan peningkatan tekanan jantung, respirasi, keteganggan otot dan tekanan darah. 4. Afektif Universitas Sumatera Utara 30 Kecemasan diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.

2.7. Tanda-tanda Umum Kecemasan

Keluhan atau tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh seseorang sangat bervariasi, tergantung dari beratnya kecemasan yang dirasakan oleh individu tersebut. Secara umum keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan antara lain adalah pernyataan cemas khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, takut sendirian, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, gangguan pola tidur, mimpi- mimpi yang menakutkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan-keluhan somatik misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, pendengaran berdenging, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala Hawari, 2004. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku. Intensitas perilaku meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan. Berikut adalah tingkat kecemasan yaitu : 1. Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada, tetapi individu masih mampu untuk memecahkan masalah. Gejala-gejala yang ditemui pada kecemasan tingkat ringan ini adalah sesekali nafas pendek, nadi dan Universitas Sumatera Utara 31 tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapangan persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, penyelesaian masalah secara efektif, tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi. 2. Kecemasan Sedang Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain, ditandai dengan sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare dan konstipasi, gelisah, lapangan persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsangan dari luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentak-sentak atau meremas tangan, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak nyaman. 3. Kecemasan Berat Persepsi menjadi lebih sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan dan tuntunan ditandai dengan, napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapangan persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentak-sentak atau meremas tangan, bicara cepat, blokking, perasaan tidak nyaman.

2.8. Penyebab Kecemasan pada Remaja

Universitas Sumatera Utara 32 Menurut Mighwar 2006, secara psikologis kecemasan tersebut merupakan perkembangan-perkembangan negatif berbagai masalah sebelumnya yang semakin menguat yang diakibatkan oleh tiga hal, yaitu : a. Kurangnya pengetahuan sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan serta tidak mampu menerima apa yang dialaminya. b. Kurangnya dukungan dari orangtua, teman sebaya atau lingkungan masyarakat sekitar. c. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan tekanan yang ada.

2.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen 2006, faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah : 1. Usia Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik tingkat emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi persoalan. 2. Status Kesehatan Jiwa dan Fisik Kelelahan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme pertahanan seseorang. 3. Nilai-nilai Budaya dan Spiritual Universitas Sumatera Utara 33 Nilai-nilai budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang. Religusitas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang dihadapi. 4. Pendidikan Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan, semakin tinggi tingkat pendidikannya akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. 5. Mekanisme Koping Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan, ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai penyebab tersedianya perilaku patologis. 6. Dukungan Sosial Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungan mempengaruhi area berpikir seseorang. 7. Tahap Perkembangan Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan berbeda. Pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. 8. Pengalaman Masa Lalu Universitas Sumatera Utara 34 Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi stressor yang sama. 9. Pengetahuan Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah.

2.10. Faktor Pencetus Kecemasan

Faktor yang dapat menjadi pencetua seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri faktor internal maupun dari luar dirinya faktor eksternal. Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : 1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya. 2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan statusperan diri, dan hubungan interpersonal Asmadi, 2008. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stress dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan fikiran, perasaan maupun gangguan perilaku Nur, 2010. Sehingga dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Umumnya proses kematangan fisik lebih cepat dari pematangan Universitas Sumatera Utara 35 psikososialnya. Karena itu seringkali terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap cemas. Kecemasan sebagai salah satu bentuk dampak perubahan psikis yang di alami hampir setiap remaja. Biasanya kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap suatu yang menekan, dan karena itu berlangsung sebentar Ramaiah, 2006. Kecemasan bisa berpengaruh buruk pada seseorang jika frekuensi timbulnya sering kali. Kecemasan dapat timbul dengan sendirinya atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Kecemasan suatu keadaan emosional yang ditandai oleh rangsangan fisiologis, perasaan-perasaan tegang yang tidak menyenangkan, perasaan ketakutan, persangkaan firasat serta perasaan ngeri terhadap masa depan Semiun, 2006. Dampak tersebut dapat mencakup keadaan fisik maupun psikis, antara lain : 1. Dari segi fisik akan berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara umum, meliputi gangguan denyut jantung, peredaran darah, gangguan pernafasan, sistem daya tahan tubuh, sistem metabolisme dan seterusnya. 2. Dari segi psikis dapat memunculkan gejala-gejala tingkah laku, seperti adanya kecenderungan menarik diri dari kehidupan sosial, berhalusinasi, berfantasi, menutup diri, pesimis, merasa tidak bahagia, cemas, depresi, merasa tidak dicintai, stress, kesulitan berkonsentrasi, agresif dan bertemperamen panas. Gangguan kecemasan pada umumnya adalah suatu kondisi penyebab kegelisahan atau ketegangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan Universitas Sumatera Utara 36 secara berlebihan sering kali tanpa ada faktor pemicunya. Kecemasan sendiri lebih sering dialami wanita daripada pria Ramaiah, 2006. Gejala-gejala gangguan kecemasan secara umum antara lain senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was yang sifatnya tidak menentu diffuse unessinnes, terlalu peka mudah tersinggung dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu, minder, depresi serba sedih, sulit konsentrasi dalam mengambil keputusan, serba takut salah, rasa tegang menjadikan yang bersangkutan bersikap tegang-lamban yakni bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba, adanya keluhan otot tegang khususnya bagian leher dan sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, gangguan tidur berupa insomnia atau mimpi buruk, mengeluarkan keringat dan telapak tangan sering basah, sering berdebar-debar dan tekanan darah tinggi, sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas Supraktik, 2006. Kecemasan merupakan gangguan mental yang digolongkan ke dalam gangguan kecemasan dan gejala-gejala khusus lainnya, seperti insomnia, berkurangnya kemampuan konsentrasi, dan berbagai macam gangguan sistem saraf otonom tidak merupakan gejala yang dominan. Kecemasan yang dialami bisa mengarah pada objek tertentu. Yang dimaksud dengan objek bisa berupa benda tetapi bisa juga berupa situasi. Ini biasanya mengarah pada phobia. Kecemasan juga bisa dialami meskipun objeknya tidak jelas atau tidak bisa dikenali. Jadi individu tiba- tiba merasa cemas tetapi tidak begitu memahami apa yang dicemaskannya. Gejala kecemasan juga bisa beralih dari satu objek ke objek lainnya. Ini yang menjadi Universitas Sumatera Utara 37 penanda, bahwa sebenarnya kecemasan terjadi karena adanya konflik dalam diri individu yang bersangkutan, bukan karena situasi riilnya. Ada juga kecemasan yang dipusatkan pada kesehatan tubuh dan fungsi-fungsinya. Penderitanya seringkali mengeluh mengalami gejala sakit pada bagian tubuh tertentu atau juga bisa berganti pada bagian tubuh lainnya. Atau penderitanya sering mengkuatirkan ada yang tidak beres dengan bagian tubuh tertentu Siswanto, 2007. Universitas Sumatera Utara 38 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan perubahan fisik pada masa remaja, dimana variabel independent adalah peran teman sebaya dan variabel dependent adalah kecemasan remaja putri pada masa pubertas. Secara sistematis kerangka konsep penelitian ini adalah : Skema 1. Kerangka Konsep Keterangan : : Variabel yang diteliti : Hubungan dari variabel

2. Defenisi Konseptual

Kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya Santrock, 2007. Peran Teman Sebaya a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. b. Sebagai sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan. c. Sebagai sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri. Kecemasan remaja putri pada masa pubertas dalam menghadapi perubahan fisik ‐ Ringan ‐ Sedang ‐ Berat Universitas Sumatera Utara 39 Masa pubertas adalah terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus Widyastuti, 2010.

3. Defenisi Operasional

Dokumen yang terkait

Hubungan Konsep Diri terhadap Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

12 128 56

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERUBAHAN-PERUBAHAN MASA PUBERTAS DI SMP N 2 GAMPING

1 6 174

Hubungan antara Kecemasan dengan Perubahan Perilaku Remaja Putri dalam Menghadapi Masa Pubertas di SMPN Sungai Sarik Kec. VII Koto Kab. Padang Pariaman Tahun 2010.

0 0 6

Hubungan Konsep Diri Dengan Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri Pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

0 0 6

Hubungan Konsep Diri Dengan Penerimaan Perubahan Fisik Remaja Putri Pada Masa Pubertas di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan

0 0 2

55 RESPON REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK SAAT PUBERTAS

0 1 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERUBAHAN FISIK PADA MASA PUBERTAS DENGAN TINGKAT STRES

0 0 12

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN REMAJA PUTRI USIA PUBERTAS DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Remaja Putri Usia Pubertas dalam Menghadapi Menarche di SMP Mu

0 0 13

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS IX DI SMP MUHAMMADIYAH 6 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SI

0 2 20

TINGKAT KECEMASAN REMAJA MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK MASA PUBERTAS PADA SISWI MTS PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYYAH YOGYAKARTA

0 0 23