Oil price and macroeconomics variables effects on stock price index (comparative study: South East Asia, East Asia, Europe, and America)

(1)

PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM (STUDI KOMPARATIF : ASIA TENGGARA, ASIA TIMUR, EROPA,

DAN AMERIKA)

FATHURRAHMAN RAMADHANI AMIRUDDIN ABU

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham (Studi Komparatif : Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika) adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Fathurrahman Ramadhani Amiruddin Abu NIM H151080101


(3)

iii Halaman ini sengaja dikosongkan


(4)

iv

ABSTRACT

FATHURRAHMAN RAMADHANI AMIRUDDIN ABU. Oil Price and Macroeconomics Variables Effects on Stock Price Index (Comparative Study : South East Asia, East Asia, Europe, and America). Supervised by NOER AZAM ACHSANI and DEDI BUDIMAN HAKIM.

Crude oil is one factor that drive the world economy today. Its price performance is benchmark for the performance of the world economy because of its role is considered important in production process. Seven major stock indices in Asia has increased significantly as well as the increase in oil price since early 2002. Data shows since 2003 until 2008, Hang Seng rose 54,78 percent, BSE increased 71,22 percent, JKSE increased 74,80 percent, KLSE rose 45,06 percent, Nikkei rose 30,25 percent, Strait Times rose 49,33 percent, and KOSPI rose 57,27 percent. The improvement of global oil price followed by rising indices in Asia is not in accordance with the transmission mechanism and raises the question whether there is positive movement towards the oil price movement of stock price indices in Asia, whereas some countries in Asia are oil importers, particularly East Asia and India. Influence oil price on the economy may be different. Oil exporting countries got advantange from positive trends in oil price because of their income increases with rising oil price, while higher oil price would make oil importing countries have to pay more for their oil needs.

The purpose of this study was to analyze how oil price and macroeconomic variables affect on stock price index in South East Asia, East Asia, Europe, and America countries. The data is monthly time series data from January 2000 until December 2009. Then, it analyzed using VAR/VECM with analysis tools IRF, and FEVD. The result showed that generally in Asia, stock price index in all Southeast Asia as well as India and South Korea would respond negatively to the oil price. If there were an increase in world oil price, it would lower the stock price index in each of these Asian countries. Stock price indices in European countries, namely FTSE, DAX, CAC, and SMI indicate different results. In general, FTSE, DAX, and SMI would positively respond to oil price movements, different from others, CAC would respond negatively. As in Europe, mostly stock price indices in America has also responded positively in oil price, except in Brazil which responded negatively.

Keywords : Oil price, stock price indices, macroeconomic variables, VECM, IRF, FEVD


(5)

v

RINGKASAN

FATHURRAHMAN RAMADHANI AMIRUDDIN ABU. Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham (Studi Komparatif : Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika). Dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI dan DEDI BUDIMAN HAKIM.

Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia karena perannya dipandang penting dalam fungsi produksi, dimana minyak mentah masih menjadi sumber energi utama dalam proses produksi bagi sebagian besar industri di negara-negara dunia. Seiring peningkatan harga minyak dunia sejak awal 2002, tujuh indeks harga saham utama di Asia mengalami peningkatan yang signifikan sejak awal 2003 hingga pada tahun 2007. Data menunjukan tahun 2003 hingga tahun 2008, Hang Seng Index meningkat 54,78 persen, BSE di India meningkat 71,22 persen, JKSE di Indonesia meningkat 74,80 persen, KLSE di Malaysia meningkat 45,06 persen, Nikkei 225 Index di Jepang meningkat 30,25 persen, Strait Times di Singapura meningkat 49,33 persen, KOSPI di Korea meningkat 57,27 persen.

Basher dan Sadorsky (2006) mengungkapkan peningkatan harga minyak akan mendorong peningkatan biaya produksi di negara importir minyak karena tidak adanya input substitusi dari minyak mentah. Biaya produksi yang tinggi akan mengurangi arus kas dan pada akhirnya menurunkan harga saham. Jika dikaitkan dengan kajian empiris yang disebutkan sebelumnya (Basher dan Sadorsky, 2006), maka fenomena kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan indeks harga saham di Asia tidak sesuai dengan mekanisme transmisi dan akhirnya menimbulkan pertanyaan apakah ada pergerakan positif harga minyak mentah terhadap pergerakan indeks harga saham di kawasan Asia, karena sebagian negara di Asia merupakan importir minyak, khususnya negara-negara Asia Timur dan India.

Pengaruh harga minyak dunia terhadap perekonomian suatu negara bisa saja berbeda. Bagi negara pengekspor minyak, pergerakan positif harga minyak dunia memberikan pengaruh baik bagi perekonomian mereka karena penerimaan mereka meningkat seiring naiknya harga minyak dunia, sedangkan bagi negara pengimpor minyak, kenaikan harga minyak justru membuat mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan minyak mereka.

Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di masing-masing negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis peran variabel makroekonomi dalam menjelaskan pergerakan indeks harga saham. Tujuan penelitian akan dijawab dengan menggunakan model VAR/VECM untuk mengetahui apakah pergerakan harga minyak dunia mempengaruhi indeks harga saham di masing-masing negara. Selanjutnya alat analisis IRF digunakan untuk mengetahui respon indeks harga saham jika terjadi guncangan harga minyak dunia, serta penggunaan alat analisis FEVD untuk mengetahui peran variabel makroekonomi dalam menjelaskan pergerakan indeks harga saham di masing-masing negara.


(6)

vi Dari hasil analisis VECM terlihat bahwa ada hubungan jangka panjang antara harga minyak dunia dengan indeks harga saham, khususnya pada indeks harga saham BSE, FTSE, Bovespa, KLSE, JKSE, STI, SET, SMI, GSPT, dan KOSPI.

Sedangkan dari hasil IRF menunjukan bahwa untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara, perubahan harga minyak dunia akan direspon negatif oleh indeks KLSE. Sedangkan untuk indeks JKSE dan indeks Strait Times awalnya merespon positif perubahan harga minyak dunia namun hanya terjadi satu hingga dua bulan saja, setelah itu kedua indeks harga saham ini akan merespon negatif. Hasil berbeda ditunjukan oleh indeks SET yang merespon negatif perubahan harga minyak dunia dari awal periode. Hasil IRF untuk negara importir minyak di kawasan Asia Timur termasuk India menunjukan bahwa perubahan harga minyak dunia akan direspon negatif oleh indeks BSE, indeks Nikkei, dan indeks KOSPI. Hasil IRF untuk negara-negara di kawasan Eropa menunjukan bahwa hanya indeks CAC yang merespon negatif perubahan harga minyak dunia, sedangkan indeks FTSE, indeks DAX, indeks SMI merespon positif perubahan harga minyak dunia. Untuk negara-negara di kawasan Amerika, hasil menunjukan bahwa indeks GSPT, indeks Mexican Bolsa, dan indeks S&P 500 akan merespon positif perubahan harga minyak dunia. Sedangkan indeks Bovespa akan merespon negatif perubahan harga minyak dunia.

Hasil FEVD menunjukan bahwa untuk indeks harga saham negara-negara di kawasan Asia Tenggara yakni KLSE, variabel makroekonomi yang cukup dominan mempengaruhi pergerakan indeks KLSE hanya variabel nilai tukar. Indeks JKSE, variabel makroekonomi tidak dominan mempengaruhi pergerakan JKSE. Pergerakan Strait Times didominasi oleh nilai tukar. Pergerakan SET didominasi oleh inflasi. Untuk indeks harga saham negara-negara di kawasan Asia Timur yakni BSE, variabel makroekonomi tidak terlalu dominan mempengaruhi pergerakan indeks BSE. Sementara untuk indeks Nikkei dan indeks KOSPI, variabel makroekonomi yang cukup dominan mempengaruhi indeks Nikkei adalah inflasi. Untuk indeks harga saham negara-negara di kawasan Eropa yakni FTSE, DAX, CAC, dan SMI menunjukan bahwa peran variabel makroekonomi tidak terlalu dominan. Untuk indeks harga saham negara-negara di kawasan Amerika yakni pergerakan indeks GSPT sangat didominasi oleh variabel suku bunga. Sedangkan pergerakan indeks Mexican Bolsa tidak terlalu dominasi oleh variabel makroekonomi. Indeks harga saham negara importir minyak lainnya di kawasan Amerika yakni indeks Bovespa, pergerakan indeks harga saham ini sangat didominasi oleh suku bunga dan nilai tukar. Sedangkan indeks S&P 500 didominasi oleh inflasi.

Kata Kunci : Harga minyak dunia, indeks harga saham, variabel makroekonomi, VECM, IRF, FEVD


(7)

vii © Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(8)

viii Halaman ini sengaja dikosongkan


(9)

ix

PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM (STUDI KOMPARATIF : ASIA TENGGARA, ASIA TIMUR, EROPA,

DAN AMERIKA)

FATHURRAHMAN RAMADHANI AMIRUDDIN ABU

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(10)

x Halaman ini sengaja dikosongkan


(11)

xi Judul Penelitian : Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Variabel

Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham

(Studi Komparatif : Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika)

Nama : Fathurrahman Ramadhani Amiruddin Abu

NIM : H151080101

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Ekonomi

Dr. Nunung Nuryartono, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr


(12)

xii Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS.


(13)

xiii

PRAKATA

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena penulis telah meyelesaikan tesis penulis yang berjudul “PENGARUH

HARGA MINYAK DUNIA DAN VARIABEL MAKROEKONOMI

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM (STUDI KOMPARATIF : ASIA TENGGARA, ASIA TIMUR, EROPA, DAN AMERIKA)”.

Proses pembuatan tesis ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teoritis maupun teknis, transfer ilmu serta menyisihkan waktu untuk konsultasi kepada penulis selama proses pengerjaan tesis ini. Hanya Allah SWT kiranya yang dapat membalas jasa-jasa baik keduanya. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada segenap pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini diantaranya:

1. Ayahanda Amiruddin Abu dan Ibunda Hajrah Amiruddin yang telah banyak mendukung dan membesarkan penulis, serta kepada Azrul Reza Rifqi Amiruddin, Kakak Doni Hidayat, Kakak Siti Sakiah, dan Ahmad Farhan Kaliandra. Tanpa dukungan keluarga, penulis tidak akan bisa berbuat yang terbaik

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. selaku penguji luar komisi pada ujian tesis 3. Bapak Andriyansyah, M.Sc. yang telah memberikan izin pengambilan data

melalui bloomberg di BAPEPAM-LK

4. Dina Lianita Sari yang telah memberikan izin pengambilan data melalui CEIC serta arahannya

5. Nur Asyiah Jalil, Dian V. Panjaitan, Heni Hasanah Ismanto, Ahmad Heri Firdaus, Diyaniati Sunaryo, Nilam Anggar Sari, M. Taufiqurrahman, Aan Komarudin, Bapak Indrayansyah Nur, Ibu Ria Asmara, Ade Holis, dan Anwar serta semua pihak yang telah membantu dan senantiasa memberikan motivasi kepada penulis sampai tesis ini dapat terselesaikan

Akhir kata, penulis berharap agar tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi kepada pembaca dan semua bagian masyarakat yang terkait. Terima kasih.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Bogor, Agustus 2011


(14)

xiv Halaman ini sengaja dikosongkan


(15)

xv

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fathurrahman Ramadhani Amiruddin Abu dilahirkan di kota Sengkang, Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Juni 1985, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Ayah bernama Amiruddin Abu dan Ibu bernama Hajrah Amiruddin.

Pada tahun 2007, penulis memperoleh gelar sarjana bidang manajemen dari Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti Jakarta. Pada tahun 2008, penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyelesaian tugas akhir, penulis melakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham (Studi Komparatif : Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika), di bawah bimbingan Noer Azam Achsani, Ph.D dan Dedi Budiman Hakim, Ph.D.


(16)

xvi Halaman ini sengaja dikosongkan


(17)

xvii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI……… xvii

DAFTAR TABEL ……… xix

DAFTAR GAMBAR ………... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xxv

DAFTAR ISTILAH ……...……… xxvii

I PENDAHULUAN ... 01 1.1. Latar Belakang ... 01 1.2. Permasalahan Penelitian ... 05 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 09 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pasar Modal ... 11

2.2. Harga Minyak Mentah Dunia ... 11

2.2.1. Harga Minyak dan Fluktuasi Ekonomi di Negara Eksportir Minyak ... 12

2.2.2. Harga Minyak dan Fluktuasi Ekonomi di Negara Importir Minyak ... 12

2.2.3. Hubungan Harga Minyak Mentah Dunia dengan Harga Saham 13 2.3. Hubungan Kebijakan Moneter dengan Harga Saham ... 15

2.4. Tinjauan Penelitian Empiris ... 17

2.5. Kerangka Pemikiran ... 20

2.6. Hipotesis Penelitian ... 24

III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 25

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 25

3.3. Sampel Penelitian ... 27

3.3.1. Plot Data Asia Tenggara ... 28

3.3.2. Plot Data India ... 38

3.3.3. Plot Data Asia Timur ... 41

3.3.4. Plot Data Eropa... 46

3.3.5. Plot Data Amerika ... 57

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 67

3.4.1. Pengujian pra-estimasi ... 68

3.4.2. Vector Autoregressive (VAR) ... 70

3.4.3. Vector Error Correction Model (VECM) ... 72

3.4.4. Analisis Impulse Response Function... 72

3.4.5. Analisis Forecasting Error Variance Decomposition... 73

3.5. Model PenelitianVAR ... 74

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 75

4.1. Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham Negara-negara di Kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika... 75


(18)

xviii 4.2.1. Respon Indeks Harga Saham di Negara Maju terhadap

Guncangan Harga Minyak Dunia ... 92

4.2.2. Respon Indeks Harga Saham di Negara Berkembang terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia ... 94

4.3. Analisis Forecasting Error Variance Decomposition ... 98

4.3.1. Hasil FEVD di Negara Eksportir Minyak ... 98

4.3.2. Hasil FEVD di Negara Importir Minyak ... 100

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

5.1. Kesimpulan ... 107

5.2. Saran ... 109

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 110

5.4. Saran Penelitian Lanjutan ... 110


(19)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Variabel-variabel yang Digunakan dalam Model ... 25 2 Sampel Penelitian... 28 3 Uji Stasioneritas Data Negara-negara di Kawasan Asia Tenggara,

Asia Timur, Eropa, dan Amerika ... 77 4 Pengujian Lag Optimal VAR... 78 5 Pengujian Kointegrasi ... 79 6 Persamaan Kointegrasi Jangka Panjang untuk Indeks S&P 500, BSE,

FTSE, dan Mexican Bolsa ... 80 7 Persamaan Kointegrasi Jangka Panjang untuk Indeks CAC,

KLSE, Indeks Bovespa, DAX, dan JKSE... 81 8 Persamaan Kointegrasi Jangka Panjang untuk Indeks STI dan SET ... 82 9 Persamaan Kointegrasi Jangka Panjang untuk Indeks SMI, GSPT,

dan KOSPI ... 82 10 Hasil Uji Model VECM untuk Indeks KLSE, BSE, FTSE, CAC,

dan Mexican Bolsa... 83 11 Hasil Uji Model VECM untuk Indeks JKSE, DAX, Bovespa,

GSPT, dan S&P 500 ... 85 12 Hasil Uji Model VECM untuk Indeks STI, SET, KOSPI, dan SMI... 88 13 Hasil Uji Model VAR first difference pada indeks Nikkei... 90 14 Dekomposisi Varian Indeks Harga Saham di Negara Eksportir Minyak 99 15 Dekomposisi Varian Indeks Harga Saham di Negara Importir Minyak . 100


(20)

xx Halaman ini sengaja dikosongkan


(21)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Harga Minyak Dunia Jenis WTI dan Brent Tahun 2000-2009

(US Dollar/barel) ... 02 2 Konsumsi Minyak Mentah Lima Negara Industri Besar Dunia

Tahun 2000 – 2008 ... 03 3 Pergerakan Indeks BSE dan Nikkei serta Harga

Minyak Mentah Dunia Jenis WTI Tahun 2000 – 2010 ... 05 4 Pergerakan Indeks JKSE, KLSE, STI, dan KOSPI serta Harga

Minyak Mentah Dunia Jenis WTI Tahun 2000 – 2010 ... 06 5 Pergerakan Indeks DAX Jerman dan Harga Minyak Mentah Dunia

Jenis WTI Tahun 2000 – 2009 ... 07 6 Pergerakan Indeks S&P 500 Amerika Serikat dan Harga Minyak

Mentah Dunia Jenis WTI Tahun 2000 – 2009 ... 08 7 Hubungan Harga Minyak Dunia dengan Harga Saham

di Negara Importir Minyak ... 14 8 Kerangka Pemikiran... 23 9 Pergerakan Indeks JKSE dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 29 10 Pergerakan Indeks JKSE dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 29 11 Pergerakan Indeks JKSE dan SBI (1 bulan) Tahun 2000 – 2010 ... 30 12 Pergerakan Indeks JKSE dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 30 13 Pergerakan Indeks KLSE dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 31 14 Pergerakan Indeks KLSE dan Nilai Tukar Ringgit terhadap Dollar

Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 32 15 Pergerakan Indeks KLSE dan T. Bills (3 bulan) Tahun 2000 – 2010 .... 32 16 Pergerakan Indeks KLSE dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 33 17 Pergerakan Indeks STI dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 33 18 Pergerakan Indeks STI dan Nilai Tukar Dollar Singapura terhadap


(22)

xxii 19 Pergerakan Indeks STI dan T. Bills rate Tahun 2000 – 2010 ... 34 20 Pergerakan Indeks STI dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 35 21 Pergerakan Indeks SET dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2009 ... 36 22 Pergerakan Indeks TSE dan Nilai Tukar Baht Thailand terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2009 ... 36 23 Pergerakan Indeks TSE dan money market Tahun 2000 – 2009... 37 24 Pergerakan Indeks TSE dan Inflasi Tahun 2000 – 2009... 38 25 Pergerakan Indeks BSE dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 38 26 Pergerakan Indeks BSE dan Nilai Tukar Rupee India terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 39 27 Pergerakan Indeks BSE dan Bank rate Tahun 2000 – 2010 ... 40 28 Pergerakan Indeks BSE dan Inflasi Tahun 2000 – 2010 ... 40 29 Pergerakan Indeks Nikkei 225 dan Harga Minyak Mentah Dunia

(WTI) Tahun 2000 – 2010 ... 41 30 Pergerakan Indeks Nikkei 225 dan Nilai Tukar Yen Jepang terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 42 31 Pergerakan Indeks Nikkei 225 dan T. Bills rate Tahun 2000 – 2010 ... 42 32 Pergerakan Indeks Nikkei 225 dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 43 33 Pergerakan Indeks KOSPI dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 44 34 Pergerakan Indeks KOSPI dan Nilai Tukar Won Korea Selatan

terhadap Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 44 35 Pergerakan Indeks KOSPI dan Money Market Tahun 2000 – 2010... 45 36 Pergerakan Indeks KOSPI dan Inflasi Tahun 2000 – 2010 ... 45 37 Pergerakan Indeks FTSE dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)


(23)

xxiii 38 Pergerakan Indeks FTSE dan Nilai Tukar Dollar Amerika terhadap

Pound Inggris Tahun 2000 – 2010... 47 39 Pergerakan Indeks FTSE dan T. Bills rate Tahun 2000 – 2010... 48 40 Pergerakan Indeks FTSE dan Inflasi Tahun 2000 – 2010 ... 48 41 Pergerakan Indeks DAX dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 49 42 Pergerakan Indeks DAX dan Nilai Tukar Mark Jerman terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 50 43 Pergerakan Indeks DAX dan Money Market rate Tahun 2000 – 2010 .. 50 44 Pergerakan Indeks DAX dan Inflasi Tahun 2000 – 2010 ... 51 45 Pergerakan Indeks CAC dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 52 46 Pergerakan Indeks CAC dan Nilai Tukar Franc Perancis terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 52 47 Pergerakan Indeks CAC dan T. Bills rate Tahun 2000 – 2010... 53 48 Pergerakan Indeks CAC dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 54 49 Pergerakan Indeks SMI dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 55 50 Pergerakan Indeks SMI dan Nilai Tukar Franc Swiss terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 55 51 Pergerakan Indeks SMI dan Money Market Tahun 2000 – 2010 ... 56 52 Pergerakan Indeks SMI dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 56 53 Pergerakan Indeks SP500 dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 57 54 Pergerakan Indeks SP500 dan Nilai Tukar Dollar Amerika terhadap

Euro Tahun 2000 – 2010... 58 55 Pergerakan Indeks SP500 dan FFR Tahun 2000 – 2010 ... 58 56 Pergerakan Indeks SP500 dan Inflasi Tahun 2000 – 2010 ... 59


(24)

xxiv 57 Pergerakan Indeks MSE dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 60 58 Pergerakan Indeks MSE dan Nilai Tukar Peso Meksiko terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 60 59 Pergerakan Indeks MSE dan T. Bills rate Tahun 2000 – 2010... 61 60 Pergerakan Indeks MSE dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 62 61 Pergerakan Indeks Bovespa dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 62 62 Pergerakan Indeks Bovespa dan Nilai Tukar Reai Brazil terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 63 63 Pergerakan Indeks Bovespa dan T. Bills rate Tahun 2000 – 2010 ... 64 64 Pergerakan Indeks Bovespa dan Inflasi Tahun 2000 – 2010 ... 64 65 Pergerakan Indeks Toronto dan Harga Minyak Mentah Dunia (WTI)

Tahun 2000 – 2010 ... 65 66 Pergerakan Indeks Toronto dan Nilai Tukar Dollar Kanada terhadap

Dollar Amerika Tahun 2000 – 2010 ... 66 67 Pergerakan Indeks Toronto dan T. Bills rate Tahun 2000 – 2010 ... 66 68 Pergerakan Indeks Toronto dan Inflasi Tahun 2000 – 2010... 67 69 Respon Indeks Harga Saham di Negara Eksportir terhadap Guncangan

Harga Minyak Dunia... 92 70 Respon Indeks Harga Saham di Negara Importir terhadap


(25)

xxv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Amerika Serikat... 118 2 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Brasil ... 122 3 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD India... 126 4 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Indonesia ... 130 5 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Inggris... 134 6 Hasil Analisis VAR first difference, IRF, dan FEVD Jepang... 138 7 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Jerman ... 141 8 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Kanada... 145 9 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Korea ... 149 10 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Malaysia ... 154 11 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Meksiko ... 158 12 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Perancis ... 162 13 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Singapura... 166 14 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Swiss... 171 15 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Thailand... 176


(26)

xxvi Halaman ini sengaja dikosongkan


(27)

xxvii

DAFTAR ISTILAH

ADB : Asian Development Bank

ADF : Augmented Dicky-Fuller

AIC : Akaike Information Criterion

Barel : Satuan volume minyak mentah

Bovespa index : Indeks harga saham Brasil

Brent : Jenis minyak mentah dari Laut Atlantik Utara

British Petroleum : Produsen minyak mentah dari Inggris

BSE : Indeks harga saham India

Bullish : Tren kenaikan indeks harga saham secara

terus-menerus

CAC 40 index : Indeks harga saham Perancis

Dividend discount : Model penetapan harga saham

DAX index : Indeks harga saham Jerman

EIA : Energy Information Administration

FEVD : Forecasting ErrorVariance Decomposition

FTSE : Indeks harga saham Inggris

GSPT index : Indeks harga saham Kanada

HQ : Hannan-Quinn Criterion

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan

IRF : Impulse Response Function

JKSE : Indeks harga saham Indonesia

Kointegrasi : Hubungan antara variabel-variabel yang

stasioner pada derajat yang sama, dapat juga menunjukan hubungan jangka panjang antar variabel

KLSE : Indeks harga saham Malaysia

KOSPI : Indeks harga saham Korea Selatan

Light sweet : Jenis minyak mentah dari Amerika Serikat

Mexican Bolsa index : Indeks harga saham Meksiko

Nikkei 225 index : Indeks harga saham Jepang

OECD : Organization for Economic Cooperation and


(28)

xxviii

OPEC : Organization of Petroleum Exporting Countries

OPEC basket price : Harga minyak mentah dari OPEC

Russian Export Blend : Jenis minyak mentah dari Rusia

Subprime Mortgage : Krisis kredit perumahan di Amerika Serikat

SC : Schwarz Information Criterion

SET : Indeks harga saham Thailand

SMI index : Indeks harga saham Swiss

STI : Indeks harga saham Singapura

S&P 500 index : Indeks harga saham Amerika Serikat

VAR : Vector autoregressive

VECM : Vector Error Correction Model


(29)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia karena perannya dipandang penting dalam fungsi produksi, dimana bahan bakar minyak, yang merupakan produk olahan dari minyak mentah masih menjadi sumber energi utama dalam proses produksi bagi sebagian besar industri di negara-negara dunia.

Selama periode tahun 2002 hingga 2008, pasar minyak mentah dunia mengalami peningkatan yang berkelanjutan dengan harga minyak mentah dunia rata-rata meningkat selama tujuh tahun berturut-turut. Data tahun 2010 dari U.S. Energy Information Administration (Gambar 1) menjelaskan bahwa baik minyak mentah jenis West Texas Intermediate maupun brent mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan. Pada awal tahun 2002, harga minyak mentah jenis

West Texas Intermediate berada di posisi 19,71 US Dollar per barel sedangkan minyak mentah jenis brent berada di posisi 19,42 US Dollar per barel. Peningkatan harga terus terjadi selama tujuh tahun hingga harga minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate menembus harga 133,88 US Dollar per barel pada pertengahan tahun 2008 sedangkan harga minyak mentah dunia jenis brent

mencapai 132,32 US Dollar per barel pada periode yang sama. Organisasi negara-negara pengekspor minyak dunia (OPEC) berusaha menstabilkan harga minyak mentah dunia yang terus meningkat dan dikhawatirkan mengganggu kestabilan perekonomian dunia dengan meningkatkan volume produksi minyak dari negara-negara anggotanya (British Petroleum 2010). Berdasarkan data yang dirilis oleh British Petroleum Statistical Review of World Energy Market tahun 2010, produksi minyak mentah dunia yang berasal dari negara-negara OPEC meningkat setiap tahun mulai tahun 2002. Sekitar 35.568 ribu barel per hari minyak mentah atau sekitar 43,3 persen dari total produksi minyak mentah dunia diproduksi negara-negara OPEC pada tahun 2008 untuk mengantisipasi melonjaknya harga minyak mentah dunia. Kebijakan OPEC tersebut akhirnya membuat fenomena kenaikan harga minyak dunia berakhir menjelang akhir tahun 2008.


(30)

2

Data dari British Petroleum Statistical Review of World Energy Market 2004 yang disajikan dalam penelitian Masih et al. (2010) menyatakan bahwa kenaikan harga minyak dunia sejak tahun 2002 disebabkan oleh peningkatan permintaan dari negara industri baru seperti China dan India. Konsumsi minyak di kedua negara ini tidak lebih dari 3,5 juta barel per hari, atau mendekati 5 persen dari penggunaan minyak dunia, pada tahun 1990. Namun 13 tahun kemudian pada tahun 2003, kedua negara ini mencatatkan konsumsi minyak mereka mencapai lebih dari 10 persen konsumsi minyak dunia.

Sumber: U.S. Energy Information Administration, 2010 (diolah)

Gambar 1 Harga Minyak Dunia Jenis WTI dan Brent Tahun 2000 – 2009 (US Dollar/barel)

Jika melihat data konsumsi minyak mentah negara-negara industri besar yang dirilis oleh British Petroleum Statistical Review of World Energy Market tahun 2010 (Gambar 2), maka sebenarnya tidak ada peningkatan permintaan minyak mentah yang cukup signifikan dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang. Amerika Serikat yang menjadi salah satu konsumen minyak terbesar di dunia hanya mengkonsumsi minyak mentah berkisar antara 880 – 950 juta ton per tahun selama 9 tahun. Jepang yang menjadi kompetitor Amerika Serikat di bidang otomotif, tidak mengalami perubahan konsumsi minyak mentah yang cukup besar. Jepang justru mengalami penurunan konsumsi


(31)

3

minyak sejak tahun 2000, dari 255,5 juta ton menjadi 221,9 juta ton pada tahun 2008.

Sumber: British Petroleum Statistical Review of World Energy Market, 2010 (diolah) Gambar 2 Konsumsi Minyak Mentah Lima Negara Industri Besar Dunia

Tahun 2000 – 2008

Pergerakan harga minyak dunia ini menarik perhatian publik di seluruh dunia serta menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara yang selama ini menjadi konsumen utama komoditas minyak mentah. Peningkatan harga minyak yang berkelanjutan dikhawatirkan akan merugikan perekonomian dunia serta memiliki konsekuensi politik dan sosial.

Pengaruh harga minyak dunia terhadap perekonomian setiap negara bisa saja berbeda. Bagi negara pengekspor minyak, pergerakan positif harga minyak dunia memberikan pengaruh baik bagi perekonomian mereka karena penerimaan mereka meningkat seiring naiknya harga minyak dunia. Sedangkan bagi negara pengimpor minyak, kenaikan harga minyak justru membuat mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan minyak mereka (Kilian 2009).

Basher dan Sadorsky (2006) menggambarkan situasi yang terjadi di negara importir minyak, dimana bahan bakar minyak, begitu pula dengan modal, tenaga kerja dan bahan baku merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa, sehingga perubahan harga input-input ini akan mempengaruhi arus kas. Peningkatan harga minyak akan meningkatkan biaya produksi karena tidak


(32)

4

adanya input substitusi antara faktor-faktor produksi tersebut. Biaya produksi yang tinggi mengurangi arus kas dan pada akhirnya menurunkan harga saham.

Kenaikan harga minyak juga mempengaruhi tingkat suku bunga. Kenaikan harga minyak sering menunjukkan tekanan inflasi, dimana bank sentral dapat mengontrolnya dengan menaikkan suku bunga. Di pasar modal, kenaikan suku bunga membuat investasi pada instrumen obligasi menjadi lebih menarik daripada saham dan menyebabkan penurunan harga saham. Pengaruh kenaikan harga minyak sebenarnya tergantung pada apakah perusahaan menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama dalam proses produksinya. Sejak banyak perusahaan di dunia yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama dalam proses produksinya, pengaruh kenaikan harga minyak terhadap pasar saham menjadi lebih bersifat negatif.

Penelitian Bjornland (2008) menjelaskan bagaimana pergerakan harga minyak dunia mempengaruhi perekonomian negara eksportir minyak. Kenaikan harga minyak dunia menyebabkan aktivitas ekonomi domestik lebih tinggi. Oleh karena itu, kesejahteraan secara nasional akan meningkat. Potensi keuntungan dari sektor energi juga dapat menyediakan peluang investasi dan bisnis secara keseluruhan, dengan meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja dan modal. Jika dikaitkan dengan penelitian Basher dan Sadorsky (2006) yang sebelumnya menyebutkan bahwa tenaga kerja dan modal merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi arus kas, maka meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja dan modal akan meningkatkan arus kas yang mempengaruhi pergerakan harga saham.

Pemahaman tentang bagaimana perbandingan antara pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap perekonomian negara eksportir dan importir minyak menjadi penting karena beberapa penelitian yang telah ada hanya fokus pada pengaruh harga minyak dunia terhadap salah satu tipe negara, seperti penelitian Bjornland (2008), Adebiyi et al. (2009), dan Abdelaziz et al. (2008) yang fokus pada negara-negara eksportir minyak serta penelitian Masih et al. (2010) yang fokus pada negara-negara importir minyak, sedangkan penelitian yang membandingkan respon negara eksportir dan importir minyak terhadap pergerakan harga minyak dunia masih terbatas, seperti penelitian Maghyereh


(33)

5

0 20 40 60 80 100 120 140 160

J

a

n

-0

0

J

u

l-0

0

J

a

n

-0

1

J

u

l-0

1

J

a

n

-0

2

J

u

l-0

2

J

a

n

-0

3

J

u

l-0

3

J

a

n

-0

4

J

u

l-0

4

J

a

n

-0

5

J

u

l-0

5

J

a

n

-0

6

J

u

l-0

6

J

a

n

-0

7

J

u

l-0

7

J

a

n

-0

8

J

u

l-0

8

J

a

n

-0

9

J

u

l-0

9

J

a

n

-1

0

J

u

l-1

0

US Dollar/barel

0 5000 10000 15000 20000 25000

Point

WTI BSE Nikkei 225

(2004) serta penelitian Apergis dan Miller (2008). Selain itu, penelitian ini juga tidak akan hanya fokus dari sisi apakah negara tersebut adalah eksportir atau importir minyak tetapi penelitian ini sekaligus akan melihat dari sudut pandang tipe perekonomian negara eksportir dan importir tersebut, apakah negara tersebut adalah negara maju atau berkembang. Beberapa penelitian seperti Maghyereh (2004) fokus pada perekonomian negara berkembang serta penelitian Masih et al.

(2010) dan Apergis dan Miller (2008) yang hanya fokus pada perekonomian negara maju. Namun secara umum, penelitian ini akan membandingkan pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap perekonomian, melalui pasar modal, khususnya pengaruhnya terhadap pergerakan indeks harga saham. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pertimbangan bagi otoritas bursa saham dalam menyusun kebijakan terkait pasar saham, serta rekomendasi awal bagi sebagian investor untuk menyusun portofolio investasi di pasar modal, khususnya di pasar saham.

1.2 Permasalahan Penelitian

Seiring peningkatan harga minyak dunia sejak awal 2002, beberapa indeks harga saham utama di Asia mengalami peningkatan yang signifikan sejak awal 2003 hingga pada tahun 2007. Beberapa gambar di bawah ini menyajikan data beberapa indeks harga saham di Asia dari tahun 2000 hingga tahun 2008 yang mengalami kenaikan seiring kenaikan harga minyak dunia.

Gambar 3 Pergerakan Indeks BSE dan Nikkei serta Harga Minyak Mentah Dunia Jenis WTI Tahun 2000 – 2010


(34)

6

0 20 40 60 80 100 120 140 160

J

a

n

-0

0

J

a

n

-0

1

J

a

n

-0

2

J

a

n

-0

3

J

a

n

-0

4

J

a

n

-0

5

J

a

n

-0

6

J

a

n

-0

7

J

a

n

-0

8

J

a

n

-0

9

J

a

n

-1

0

US Dollar/barel

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Point

WTI JKSE KLSE STI KOSPI

BSE di India mengalami peningkatan sebesar 71,22 persen, kemudian KLSE di Malaysia mengalami peningkatan sebesar 45,06 persen, serta Nikkei 225 Index di Jepang mengalami peningkatan sebesar 30,25 persen, Strait Times di Singapura dan KOSPI di Korea masing-masing mengalami peningkatan sebesar 49,33 persen dan 57,27 persen.

Gambar 4 Pergerakan Indeks JKSE, KLSE, STI, dan KOSPI serta Harga Minyak Mentah Dunia Jenis WTI Tahun 2000 – 2010

Kenaikan harga minyak dunia diiringi oleh kenaikan indeks harga saham tidak hanya terjadi pada indeks harga saham di Asia. Hal tersebut juga terjadi pada indeks harga saham di Eropa dan Amerika, DAX Jerman (Gambar 5) menunjukan tren positif ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia pada awal tahun 2002. Sedangkan S&P 500 Amerika Serikat (Gambar 6) juga menunjukan tren positif seiring naiknya harga minyak dunia. Kedua negara merupakan negara importir minyak mentah.


(35)

7

Gambar 5 Pergerakan Indeks DAX Jerman dan Harga Minyak Mentah Dunia Jenis WTI Tahun 2000 – 2009

Menurut Basher dan Sadorsky (2006), peningkatan harga minyak seharusnya meningkatkan biaya produksi di negara importir minyak karena tidak adanya input substitusi dari minyak mentah. Biaya produksi yang tinggi akan mengurangi arus kas dan pada akhirnya menurunkan harga saham. Jika dikaitkan dengan kajian empiris tersebut, maka fenomena kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan indeks harga saham di Asia, Eropa, dan Amerika tidak sesuai dengan mekanisme transmisi dan menimbulkan pertanyaan apakah ada pengaruh positif harga minyak mentah terhadap pergerakan indeks harga saham di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika karena sebagian negara-negara di kawasan tersebut merupakan importir minyak.

Puncak peningkatan harga minyak mentah dunia pada tahun 2008 yang mencapai 133,88 US Dollar per barel telah mempengaruhi aspek ekonomi masyarakat dunia. Perekonomian negara-negara yang selama ini menjadi konsumen minyak mentah dunia mengalami perlambatan karena beban yang harus ditanggung semakin besar. Di sisi lain, negara-negara eksportir minyak mengalami surplus dari penjualan minyak mentah, hal tersebut jelas mengindikasikan adanya transfer kesejahteraan dari negara importir minyak ke negara eksportir minyak.


(36)

8

Gambar 6 Pergerakan Indeks S&P 500 Amerika Serikat dan Harga Minyak Mentah Dunia Jenis WTI Tahun 2000 – 2009

Pergerakan harga minyak mentah dunia bagi negara importir minyak juga akan berpengaruh terhadap nilai tukar negara tersebut. Jika terjadi kenaikan harga minyak dunia, maka akan menurunkan nilai mata uang negara-negara importir minyak karena harus mengeluarkan Dollar dalam jumlah yang lebih besar. Hal tersebut tentunya juga berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi negara importir tersebut. Jika nilai tukar yang mengalami depresiasi akan menyebabkan ekspektasi inflasi meningkat dan tingkat harga akan meningkat pada jangka panjang (Mishkin 2001). Bank sentral sebagai otoritas moneter yang memiliki wewenang untuk mengendalikan inflasi, berupaya mengatisipasi tingginya inflasi dengan mengawasi jumlah uang beredar melalui instrumen suku bunga yakni kebijakan moneter kontraktif dengan menaikkan suku bunga nominal sehingga mempengaruhi jumlah uang beredar karena tingkat bunga di instrumen obligasi akan meningkat dan jumlah uang beredar berkurang. Hal ini akan mempengaruhi harga saham (turun) karena instrumen obligasi lebih menarik dengan tingkat


(37)

9

Dengan mencermati latar belakang dan uraian di atas, beberapa permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah pergerakan indeks harga saham pada beberapa negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika disebabkan oleh pergerakan harga minyak dunia?

2. Bagaimana pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham pada beberapa negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika?

3. Bagaimana peran variabel makroekonomi dalam menjelaskan pergerakan indeks harga saham pada beberapa negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pergerakan indeks harga saham yang disebabkan oleh pergerakan harga minyak dunia pada beberapa negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika.

2. Menganalisis pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham pada beberapa negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika.

3. Menganalisis peran variabel makroekonomi dalam menjelaskan pergerakan indeks harga saham pada beberapa negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika.

Manfaat dari penelitian ini yakni hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang arah pergerakan harga minyak mentah dunia serta pergerakan indeks harga saham di beberapa negara. Selain itu, informasi dari penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat bagi pengambil kebijakan, khususnya otoritas yang terkait dengan pasar modal, yakni informasi dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber kajian dalam penyusunan kebijakan menghadapi perubahan kondisi global. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu materi pertimbangan dalam penyusunan portofolio investasi bagi analis pasar modal dan investor, khususnya dalam lingkup pasar saham.


(38)

10

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini terkait dengan variabel-variabel serta sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Ruang lingkup penelitian ini diantaranya adalah harga minyak dunia terdiri dari beberapa jenis, tergantung jenis minyak mentah dan kualitasnya. Beberapa diantaranya adalah brent dari Atlantik Utara, West Texas Intermediate (WTI), serta OPEC basket price. Harga minyak dunia yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini adalah harga spot minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI), atau lebih dikenal dengan nama minyak light sweet, di New York Mercantile Exchange (NYMEX).

Variabel makroekonomi yang diuji adalah nilai tukar, suku bunga, dan inflasi pada setiap negara. Penelitian ini juga menggunakan variabel dummy yakni variabel dummy krisis untuk menunjukan apakah krisis subprime mortgage

menjadi salah satu penggerak indeks harga saham di beberapa negara.

Penelitian ini mengambil sampel indeks harga saham dari lima negara utama Asia Tenggara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Terkait dengan era integrasi ekonomi dan keuangan regional Asia Temggara yang akan melibatkan China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India maka penulis memasukkan indeks harga saham dari keenam negara tersebut ke dalam lingkup penelitian. Namun demikian, keterbatasan data negara Filipina, China, Australia, dan Selandia Baru menyebabkan tidak memungkinkan untuk dianalisis. Penelitian ini juga mencoba membandingkan pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di negara eksportir atau importir minyak, baik yang menjadi negara maju dan negara berkembang sehingga penelitian ini menggunakan sampel indeks harga saham dari negara-negara Eropa dan Amerika yakni Jerman, Perancis, Swiss, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Brasil. Pemilihan sampel indeks harga saham negara-negara dari Eropa dan Amerika tersebut karena indeks harga saham dari negara-negara tersebut merupakan indikator utama pasar saham di benuanya masing-masing. Dengan demikian, sampel penelitian ini mencakup indeks harga saham negara-negara Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, Jepang, Korea Selatan, India, Jerman, Perancis, Swiss, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Brasil.


(39)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal

Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta. Pada dasarnya fungsi pasar modal sebagai wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public (Husnan dan Pudjiastuti 1994).

Pasar modal memiliki peranan penting dalam mobilisasi dana untuk menunjang pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal telah mengundang banyak perusahaan nasional maupun patungan untuk menyerap dana masyarakat tersebut dengan tujuan yang beragam. Namun, sasaran utamanya adalah meningkatkan produktivitas kerja melalui ekspansi usaha dan/atau mengadakan pembenahan struktur modal untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

Minyak mentah merupakan sumber energi vital bagi masyarakat dunia saat ini. Sebagian besar industri di dunia menjalankan industrinya dengan menggunakan sumber energi yang berasal dari olahan minyak mentah, contohnya avtur yang merupakan bahan bakar pesawat terbang. Tidak hanya kalangan industri, masyarakat awam pun sangat bergantung pada minyak mentah, contohnya bensin yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Kebutuhan minyak mentah dunia yang semakin meningkat secara langsung berdampak pada pergerakan harga minyak mentah dunia. Ada beberapa jenis harga minyak mentah yang dikelompokkan berdasarkan kualitas minyak mentah yang dihasilkan dari ladang minyak (The International Crude Oil Market Handbook 2004). Beberapa harga minyak mentah dunia tersebut adalah West Texas Intermediate atau lebih dikenal dengan minyak light sweet, Brent Blend,


(40)

12

mentah tersebut, harga minyak jenis light sweet menjadi acuan harga minyak mentah dunia hingga saat ini. Jika dikaitkan dengan perekonomian suatu negara maka pergerakan harga-harga minyak tersebut tentu akan berpengaruh terhadap negara-negara yang selama ini menjadi pemasok dan konsumen minyak mentah dunia.

2.2.1. Harga Minyak dan Fluktuasi Ekonomi di Negara Eksportir Minyak

Bagi negara eksportir minyak, kenaikan harga minyak mempengaruhi perekonomian melalui dua jalan yakni pertama, melalui penambahan penerimaan dan kesejahteraan. Kenaikan harga minyak menrepresentasikan adanya transfer kesejahteraan dari importir minyak ke eksportir minyak. Pengaruh jangka menengah ke jangka panjang, bagaimanapun, tergantung pada apa yang dilakukan produsen minyak (dalam hal ini pemerintah) terhadap tambahan penerimaan tersebut. Jika penerimaan tersebut digunakan untuk belanja barang dan jasa di negara bersangkutan, maka kenaikan harga minyak akan menyebabkan aktivitas ekonomi domestik yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kesejahteraan secara nasional akan meningkat begitu pula dengan permintaan yang meningkat. Potensi keuntungan dari sektor energi juga dapat menyediakan peluang investasi dan bisnis secara keseluruhan, dengan meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja dan modal. Bagaimanapun, aktivitas ekonomi yang tinggi dapat berakibat munculnya tekanan pada inflasi dan mata uang lokal, yang terapresiasi di negara pengekspor minyak. (Haldane 1997).

Kedua, kenaikan harga minyak dapat mempengaruhi perekonomian melalui efek negatif dari perdagangan. Kenaikan harga minyak menyebabkan negara pengimpor minyak mengurangi permintaan barang dan jasa dari negara pengekspor minyak. Jika kenaikan harga minyak terus terjadi maka bisa berakibat sektor ekspor dari negara pengekspor minyak akan turun dan merupakan stimulus negatif bagi negara pengekspor minyak.

2.2.2. Harga Minyak dan Fluktuasi Ekonomi di Negara Importir Minyak

Guncangan harga minyak biasanya memiliki pengaruh terhadap banyak sektor, khususnya sektor usaha yang input dalam proses produksinya


(41)

13

menggunakan energi minyak. Harga energi yang lebih tinggi mempengaruhi output yang dihasilkan melalui fungsi produksi agregat. Perusahaan harus mengurangi jumlah energi yang digunakan dalam proses produksi karena naiknya biaya produksi akibat kenaikan harga energi. Hal tersebut pada akhirnya membuat perusahaan menurunkan output yang dihasilkan serta profit yang diperoleh pun berkurang (Adebiyi et al. 2009). Dari sisi konsumen, pengurangan output dan pendapatan membuat konsumen di negara pengimpor minyak harus mengurangi konsumsinya (begitu juga dengan investasi) dan akhirnya akan mengurangi permintaan aggregat (Bohi 1989).

2.2.3. Hubungan Harga Minyak Mentah Dunia dengan Harga Saham

Mekanisme yang menjelaskan pengaruh harga minyak dunia terhadap harga saham telah banyak diungkapkan, khususnya dari perspektif saluran permintaan dan penawaran. Salah satunya dalam penelitian Adebiyi et al. (2009) yang mengungkapkan bahwa bahan bakar minyak adalah salah satu input penting bagi produksi sehingga jika ada kenaikan harga bahan bakar minyak akan meningkatkan biaya produksi dan mengurangi produktivitas. Peningkatan biaya produksi dan menurunnya produktivitas akan mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan serta harga jual output. Hal tersebut selanjutnya akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, dimana naiknya biaya produksi akan membuat naiknya harga jual serta konsumen akan cenderung mengurangi jumlah barang yang dikonsumsi sehingga penerimaan produsen akan cenderung menurun dan mempengaruhi arus kas. Arus kas yang menurun akan dipandang tidak baik oleh investor sehingga hal tersebut akan membuat investor tidak tertarik untuk menginvestasikan dananya pada saham perusahaan.Selain berpengaruh pada daya beli konsumen, peningkatan harga bahan bakar minyak juga akan membuat produsen mensubstitusi penggunaan energinya, dari bahan bakar minyak ke sumber energi lain. Hal ini karena jumlah biaya penggunaan sumber energi lain, seperti batu bara, yang harus dikeluarkan oleh produsen relatif lebih kecil dibandingkan biaya penggunaan bahan bakar minyak sebagai input produksi.

Pengaruh kenaikan harga minyak tidak selalu sama bagi setiap negara. Secara umum, bagi negara eksportir minyak, kenaikan harga minyak merupakan


(42)

14

berkah karena pendapatan negara meningkat dan berujung pada tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Sebaliknya bagi negara importir minyak, kenaikan harga minyak akan meningkatkan pengeluaran negara pada sektor energi.

Basher dan Sadorsky (2006) mengungkapkan bahwa bahan bakar minyak, begitu pula dengan modal, tenaga kerja dan bahan baku merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa, sehingga perubahan harga input-input ini akan mempengaruhi arus kas. Pada kasus negara importir minyak (Gambar 7), peningkatan harga minyak akan meningkatkan biaya produksi karena tidak adanya input substitusi antara faktor-faktor produksi tersebut. Biaya produksi yang tinggi mengurangi arus kas dan pada akhirnya menurunkan harga saham. Kenaikan harga minyak juga mempengaruhi tingkat bunga diskonto. Kenaikan harga minyak sering menunjukkan tekanan inflasi yang bank sentral dapat mengontrol dengan menaikkan suku bunga. Bagi tipe investor yang memiliki kecenderungan berhati-hati (risk averter), kenaikan suku bunga membuat investasi pada instrumen obligasi lebih menarik daripada saham, selain untuk mengantisipasi resiko fluktuasi harga saham, hal tersebut menyebabkan penurunan harga saham karena para investor memindahkan dananya ke instrumen obligasi.

Gambar 7 Hubungan Harga Minyak Dunia dengan Harga Saham di Negara Importir Minyak

Perubahan Harga Minyak Dunia (naik)

Biaya Produksi meningkat

Arus kas turun Output turun

Harga saham turun Inflasi naik

Suku bunga naik

Investasi di obligasi meningkat Depresiasi

Pengeluaran konsumen naik


(43)

15

Jika dilihat dari sudut pandang perusahaan, pengaruh kenaikan harga minyak sebenarnya tergantung pada apakah perusahaan menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama dalam proses produksinya. Sejak banyaknya perusahaan di dunia yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama dalam proses produksinya, pengaruh kenaikan harga minyak terhadap pasar saham menjadi lebih bersifat negatif. Pergerakan harga minyak dunia, yang dinotasikan dengan mata uang US Dollar, akan mempengaruhi nilai tukar setiap negara melalui suplai dan permintaan minyak karena perubahan suplai dan permintaan terhadap minyak akan ikut menggerakkan nilai US Dollar terhadap mata uang setiap negara, baik eksportir maupun importir minyak (Coudert et al. 2008). Nilai tukar dapat mempengaruhi pasar saham melalui ekspektasi inflasi. Peningkatan harga minyak, karena naiknya permintaan terhadap minyak, akan memicu terjadinya depresiasi di negara importir. Di sisi lain, depresiasi mata uang suatu negara akan menurunkan harga saham karena investor beranggapan bahwa inflasi akan meningkat. Inflasi merupakan salah satu informasi buruk bagi pasar saham karena inflasi akan memicu naiknya pengeluaran konsumen dan menurunkan pendapatan perusahaan, yang berujung pada turunnya harga saham perusahaan tersebut (Dimitrova 2005).

Saat ini penggunaan energi di negara berkembang lebih efisien dibandingkan 20 tahun yang lalu. Efisiensi energi terjadi karena adanya pengurangan intensitas energi melalui inovasi teknologi dan peningkatan diversifikasi sumber energi lainnya. Negara berkembang cenderung menggunakan energi yang lebih banyak dibandingkan negara maju, sehingga terjadinya kenaikan harga minyak akan sangat berpengaruh pada penerimaan dan harga saham di negara berkembang.

2.3. Hubungan Kebijakan Moneter dengan Harga Saham

Suku bunga merupakan salah satu resiko yang harus dipertimbangkan oleh investor sebelum berinvestasi di sebuah negara. Mishkin (2001) mengungkapkan bahwa kebijakan moneter tidak hanya mempengaruhi perekonomian melalui instrumen utang namun bisa melalui harga aset. Salah satu harga aset yang dipengaruhi oleh suku bunga melalui mekanisme transmisi adalah harga saham.


(44)

16

Fluktuasi harga di pasar saham, yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter, memiliki pengaruh penting terhadap ekonomi. Mekanisme transmisi yang melibatkan pasar saham terdiri dari tiga jenis yakni pengaruh pasar saham terhadap investasi, pengaruh neraca perusahaan, pengaruh kesejahteraan rumah tangga, dan pengaruh likuiditas rumah tangga.

Khusus untuk pengaruh pasar saham terhadap investasi. Teori Tobin’s q

menjelaskan mekanisme penting tentang bagaimana pergerakan harga saham dapat mempengaruhi perekonomian. Tobin’s q dapat diartikan sebagai nilai pasar perusahaan dibagi dengan biaya penggantian modal. Jika q tinggi, harga pasar perusahaan relatif tinggi terhadap biaya penggantian modal, dan pabrik baru serta peralatan relatif murah terhadap nilai pasar perusahaan. Perusahaan dapat menerbitkan saham dan menperoleh harga saham yang tinggi terhadap biaya fasilitas dan peralatan mereka beli. Pengeluaran untuk investasi akan meningkat karena perusahaan dapat membeli banyak instrumen investasi hanya dengan menerbitkan sedikit saham.

Hal yang terpenting dari model Tobin’s q adalah adanya hubungan antara harga saham dan pengeluaran investasi. Kemudian bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi harga saham. Kebijakan moneter ekspansif dimana suku bunga diturunkan akan membuat obligasi tidak menarik dibandingkan saham dan meningkatkan permintaan terhadap saham yang harganya akan meningkat. Dengan mengkombinasikan hal tersebut dengan pengeluaran investasi, maka harga saham yang tinggi akan meningkatkan pengeluaran investasi. Mekanisme transmisinya dapat dilihat dalam skema berikut ini peningkatan jumlah uang beredar menunjukan kebijakan moneter ekspansif. Jika penetapan harga saham menggunakan model dividend discount, maka kebijakan moneter akan mempengaruhi harga saham melalui suku bunga karena investasi di saham lebih menguntungkan dibandingkan di obligasi (Hildebrand 2006). Kemudian jumlah saham yang dimiliki meningkat dan mengindikasikan pengeluaran investasi meningkat. Dengan demikian akan terjadi peningkatan pada permintaan aggregat yang akan meningkatkan output.

Investasi perusahaan tidak hanya melalui obligasi tetapi dapat pula melalui penerbitan saham baru. Biaya modal perusahaan akan relatif turun ketika harga


(45)

17

saham tinggi karena perusahaan memperoleh dana yang lebih besar dari penerbitan saham baru tersebut. Ketika harga saham tinggi maka pengeluaran investasi akan meningkat karena biaya modal yang rendah. Kebijakan moneter ekspansif meningkatkan harga saham, menurunkan biaya modal dan menyebabkan investasi dan output meningkat.

2.4. Tinjauan Penelitian Empiris

Gejolak harga minyak dunia yang dimulai dari sejak awal tahun 2002 dan pada saat yang sama terjadi bullish pada indeks harga saham global, menimbulkan banyak ketertarikan peneliti untuk menganalisa hubungan antara harga minyak dunia dan pasar keuangan, khususnya pasar saham di negara-negara eksportir maupun importir minyak. Beberapa penelitian di bawah ini fokus pada pengaruh harga minyak dunia terhadap perekonomian salah satu tipe negara, baik negara eksportir minyak dan importir minyak sekaligus negara maju dan berkembang.

Beberapa penelitian yang menunjukan pergerakan indeks harga saham di negara eksportir minyak diantaranya ialah penelitian Bjornland (2008) yang dilakukan di salah satu negara eksportir minyak di Eropa yakni Norwegia. Dengan menggunakan metode SVAR, Bjornland (2008) mengungkapkan bahwa kenaikan harga minyak dunia akan menaikkan indeks harga saham. Hal tersebut karena kenaikan harga minyak dunia menstimulasi perekonomian Norwegia sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan dan permintaan aggregat, artinya masyarakat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi akan cenderung menginvestasikan dananya pada instrumen saham.

Hasil penelitian Bjornland (2008) serupa dengan hasil penelitian Abdelaziz

et al. (2008) yang menggunakan VECM untuk menguji pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham empat negara eksportir minyak di Timur Tengah yakni Arab Saudi, Mesir, Oman, dan Kuwait. Hasil penelitian Abdelaziz menunjukan bahwa harga minyak dunia menjadi penentu pergerakan nilai tukar dan harga saham di empat negara tersebut. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian keempat negara tersebut cukup terpengaruh oleh pergerakan harga minyak dunia karena keempat negara eksportir tersebut adalah produsen minyak mentah terbesar di dunia.


(46)

18

Hasil berbeda justru diungkapkan oleh Adebiyi et al. (2009) yang mengestimasi pengaruh harga minyak dunia, nilai tukar, suku bunga, dan indeks produksi industri terhadap indeks harga saham di Nigeria. Dengan menggunakan metode VAR, hasil penelitian menunjukan bahwa harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham, yang artinya bahwa naiknya harga minyak dunia akan menurunkan indeks harga saham di Nigeria. Hasil tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena Nigeria merupakan negara pengekspor minyak mentah sekaligus negara anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC), dimana kenaikan harga minyak dunia seharusnya meningkatkan indeks harga saham di Nigeria. Perbedaan penelitian Adebiyi et al. (2009) dengan dua penelitian sebelumnya yakni Bjornland (2008) dan Abdelaziz et al. (2008) adalah penelitian Adebiyi et al. (2009) membandingkan shocks harga minyak dunia dan shocks suku bunga terhadap pasar saham untuk menentukan variabel mana yang lebih berperan menggerakkan indeks harga saham di Nigeria. Hasilnya adalah shocks suku bunga memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada shocks harga minyak dunia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan moneter di Nigeria secara sistematis mengantisipasi inflasi yang ditimbulkan oleh kenaikan harga minyak dunia dengan peningkatan suku bunga, yang pada akhirnya akan menurunkan indeks harga saham.

Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap indeks harga saham negara importir minyak yakni penelitian Masih et al. (2010) yang menjelaskan dampak perubahan harga minyak dunia dan volatilitas harga minyak dunia terhadap indeks harga saham, produksi industri, dan suku bunga di Korea Selatan, yang merupakan importir minyak. Hasil penelitian menunjukan bahwa pergerakan harga minyak dunia mempengaruhi pasar saham. Adanya shock harga minyak dunia dan volatilitas harga minyak dunia membuat harga saham turun secara perlahan dalam kurun waktu 9 bulan. Dalam kurun waktu tersebut suku bunga juga mempengaruhi pergerakan harga saham. Artinya, instrumen suku bunga digunakan oleh pemegang kebijakan ekonomi di Korea Selatan untuk mengantisipasi inflasi yang ditimbulkan oleh pergerakan harga minyak dunia.


(47)

19

Sementara itu, penelitian tentang pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di negara-negara maju dilakukan oleh Apergis dan Miller (2008) yang menguji pengaruh pasar minyak dunia terhadap pasar saham di delapan negara yakni Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris dengan menggunakan VECM. Penelitian Apergis dan Miller (2008) ini tidak spesifik melihat pengaruh shock harga minyak dunia namun lebih pada pengaruh shock suplai minyak dunia terhadap indeks harga saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar saham di delapan negara tersebut tidak terlalu merespon perubahan suplai minyak dunia. Jika dikaitkan dengan penelitian Basher et al. (2010) yang menjelaskan bahwa konsumsi minyak mentah negara-negara maju cenderung stabil dan bahkan turun, maka penelitian ini membuktikan hal tersebut dimana indeks harga saham negara-negara maju tidak terlalu reaktif dengan apa yang terjadi di pasar minyak dunia karena negara-negara tersebut memiliki tingkat konsumsi minyak yang stabil dan bahkan di beberapa negara konsumsi minyaknya cenderung menurun.

Sedangkan penelitian Kilian dan Park (2007) tentang pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham, khususnya di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa pernyataan “kenaikan harga minyak dunia akan menurunkan harga saham” sebenarnya tidak mutlak terjadi. Kilian dan Park (2007) mengungkapkan bahwa pernyataan tersebut hanya berlaku bagi negara-negara yang memiliki jumlah permintaan atas minyak dunia yang relatif tinggi karena negara-negara tersebut mengantisipasi berkurangnya suplai minyak dunia dari eksportir minyak di masa datang. Hasil dari penelitian Kilian dan Park (2007) tersebut diperoleh setelah keduanya menganalisis shock suplai minyak dan shock

permintaan minyak. Hasilnya diperoleh bahwa suplai minyak tidak signifikan mempengaruhi harga dan lebih jauh lagi tidak mempengaruhi indeks harga saham. Sehingga bisa dikatakan bahwa respon indeks harga saham tergantung pada faktor yang menyebabkan pergerakan harga minyak dunia, apakah karena suplai minyak atau permintaan minyak.

Hasil berbeda diungkapkan oleh Maghreyeh (2004). Penelitian pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di negara-negara berkembang dilakukan oleh Maghreyeh (2004). Dengan menggunakan metode VAR,


(48)

20

Maghreyeh (2004) mengungkapkan bahwa harga minyak dunia tidak terlalu dominan mempengaruhi indeks harga saham di negara-negara berkembang. Selain itu, hasil impulse response menunjukan bahwa gejolak pasar minyak dunia yang ditunjukan oleh harga minyak dunia tidak terlalu direspon oleh indeks harga saham. Hasil ini menunjukan bahwa pergerakan harga minyak dunia tidak selalu berarti pergerakan indeks harga saham. Selain itu, hasil penelitian Maghreyeh (2004) ini juga membuktikan bahwa arus modal di pasar saham negara-negara berkembang tidak berjalan efektif karena pengaruh spekulasi dari beberapa investor.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka penelitian ini memiliki perbedaan. Pertama, terkait dengan indeks harga saham di negara eksportir dan importir minyak. Beberapa penelitian sebelumnya lebih fokus pada salah satu tipe negara saja, yakni apakah negara tersebut eksportir atau importir minyak. Pada penelitian ini, hasil analisis akan disajikan berdasarkan apakah negara tersebut adalah eksportir minyak atau importir minyak. Sekaligus, penelitian ini juga menyajikan hasil berdasarkan pada tingkat perekonomian masing-masing negara sehingga diperoleh perbandingan pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di negara maju dan indeks harga saham di negara berkembang. Penelitian ini juga akan menggunakan variabel dummy yakni krisis subprime mortgage. Hal ini dikarenakan periode penelitian ini mencakup periode krisis dan sebelum krisis subprime mortgage terjadi. Selain itu, penggunaan variabel dummy ini diharapkan dapat menunjukan seberapa besar pengaruh krisis subprime mortgage terhadap pergerakan indeks harga saham.

2.5. Kerangka Pemikiran

Skema alur pemikiran pada Gambar 8 menunjukan analisis pengaruh pergerakan harga minyak dunia dan variabel makroekonomi terhadap pergerakan indeks harga saham. Namun ada beberapa variabel yang tidak dimasukkan dalam lingkup penelitian yakni jumlah produksi dan konsumsi minyak mentah, investasi pada instrumen obligasi, pengeluaran konsumen, biaya produksi perusahaan, output perusahaan dan arus kas perusahaan serta harga saham perusahaan. Selain itu, penelitian ini memasukkan variabel dummy untuk menjelaskan periode


(49)

21

sebelum dan selama krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat yang berawal pada bulan Juli 2007. Berdasarkan beberapa literatur teori dan penelitian terdahulu maka diduga terdapat pengaruh pergerakan harga minyak dunia dan variabel makroekonomi terhadap indeks harga saham, khususnya di negara-negara Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika.

Inti permasalahan pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap aktivitas perekonomian dunia, yang ditunjukan oleh pergerakan pasar saham. Alasan pasar saham dijadikan indikator aktivitas perekonomian di suatu negara pada penelitian ini ialah karena pasar keuangan ini merupakan tempat atau sarana bagi aliran modal dari luar negeri maupun dari domestik yang dipandang memiliki keterkaitan dengan tingkat kesejahteraan. Dana berlimpah yang dimiliki masyarakat atau perusahaan, khususnya kalangan investor, akan membuat arus modal semakin aktif mengalir di pasar saham dan indeks harga saham akan menunjukan tren positif sehingga aktivitas perekonomian negara tersebut bisa dikatakan baik.

Secara umum, penelitian ini ingin melihat apakah ada pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap pergerakan pasar saham di masing-masing negara yang akan diuji. Secara khusus, peneliti akan melihat bagaimana respon indeks harga saham di setiap negara eksportir dan importir minyak yang sekaligus merupakan negara maju dan negara berkembang terhadap pergerakan harga minyak dunia.

Minyak dunia menjadi komoditas penting bagi setiap negara khususnya bagi negara-negara yang sedang mengembangkan sektor industrinya. Sehingga pergerakan harga komoditas ini menjadi perhatian khusus bagi pemegang kebijakan ekonomi di setiap negara. Pengaruh kenaikan harga minyak dunia sebenarnya tidak sama bagi setiap negara. Secara umum, bagi negara yang memiliki sumber minyak yang berlimpah, kenaikan harga minyak dunia merupakan berkah karena pendapatan negara meningkat dan berujung pada tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Sebaliknya bagi negara yang lebih besar konsumsi daripada produksi minyaknya, kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan pengeluaran negara pada sektor energi.


(50)

22

Bagi negara eksportir minyak, kenaikan harga minyak dunia akan membuat nilai tukar mata uang lokal mereka terapresiasi. Nilai mata uang lokal yang meningkat dibandingkan nilai mata uang asing akan membuat industri sebagai pengguna bahan bakar minyak dalam kegiatan produksinya akan lebih leluasa mengendalikan biaya produksinya. Biaya produksi yang stabil akan berimbas pada harga jual produk yang stabil pula. Sehingga tingkat inflasi dapat dikendalikan oleh bank sentral melalui kebijakan moneter yakni suku bunga diturunkan atau tetap.

Keadaan ini sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi pemerintah dan perusahaan (dalam hal ini adalah produsen dan pengguna bahan bakar minyak) dan sisi masyarakat sebagai pemegang dana (investor). Bagi pemerintah, tambahan penerimaan dari sektor energi merupakan peluang untuk meningkatkan perekonomian. Pengaruh jangka menengah ke jangka panjang, bagaimanapun, tergantung pada apa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap tambahan penerimaan tersebut. Jika penerimaan tersebut digunakan belanja barang dan jasa di negara bersangkutan, kenaikan harga minyak menyebabkan aktivitas ekonomi domestik lebih tinggi. Oleh karena itu, kesejahteraan secara nasional akan meningkat begitu pula dengan permintaan yang meningkat. Potensi keuntungan dari sektor energi juga dapat menyediakan peluang investasi dan bisnis secara keseluruhan, dengan meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja dan modal. Bagaimanapun, aktivitas ekonomi yang tinggi dapat berakibat munculnya tekanan pada inflasi dan mata uang lokal (apresiasi).

Bagi masyarakat sebagai pemegang dana (investor), keadaan mata uang yang terapresiasi serta penetapan suku bunga yang cenderung rendah oleh bank sentral membuat berinvestasi pada instrumen dengan pendapatan tetap (fixed income), seperti obligasi, menjadi tidak menarik. Suku bunga rendah juga dapat memicu meningkatnya jumlah uang beredar karena masyarakat tidak akan tertarik menyimpan dananya di deposito ataupun obligasi dan lebih memilih untuk menginvestasikannya pada instrumen investasi yang tidak tergantung pada tingkat suku bunga. Instrumen dengan likuiditas tinggi seperti saham menjadi pilihan investasi bagi sebagian kalangan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan. Potensi keuntungan di instrumen obligasi yang kurang menarik membuat


(51)

23

instrumen saham menjadi alternatif pilihan bagi investor untuk berinvestasi. Hal tersebut akan meningkatkan indeks harga saham.

Gambar 8 Kerangka Pemikiran

Jika kenaikan harga minyak dunia merupakan keuntungan bagi negara eksportir minyak maka sebaliknya bagi negara importir minyak. Pada saat terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia maka negara importir minyak membutuhkan lebih banyak US Dollar untuk mengimpor minyak sehingga nilai tukar mata uang

Biaya Produksi

Arus Kas Perusahaan

Output

Indeks Harga Saham

Inflasi Suku Bunga

Nilai Tukar

Pengeluaran Konsumen Negara-negara Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika

Jumlah Produksi dan Konsumsi Minyak Pergerakan Harga Minyak Dunia

Vector Autoregression

Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Harga Saham

Perusahaan

Investasi Obligasi Krisis subprime mortgage

Keterangan :


(52)

24

lokal negara importir terdepresiasi. Dimitrova (2005) mengungkapkan bahwa jika terjadi depresiasi maka ekspektasi inflasi akan meningkat karena ada kekhawatiran bahwa harga akan naik setelah terjadinya kenaikan harga minyak dunia. Bank sentral sebagai otoritas moneter dapat mengendalikan ekspektasi inflasi melalui penetapan suku bunga nominal, sesuai dengan persamaan Fisher bahwa salah satu faktor yang menentukan tingkat suku bunga nominal, selain suku bunga riil, adalah tingkat ekspektasi inflasi (Mankiw 2007). Jika tingkat ekspektasi inflasi tinggi maka bank sentral perlu menaikkan suku bunga nominal, dengan kata lain bahwa bank sentral melakukan kebijakan moneter kontraktif. Menurut mekanisme transmisi suku bunga yang diungkapkan oleh Miskhin (2001), kebijakan moneter kontraktif, yakni menaikkan suku bunga nominal akan mempengaruhi tingkat bunga di instrumen obligasi. Hal ini akan mempengaruhi harga saham (turun) karena instrumen obligasi jauh lebih menarik dan beresiko rendah karena tingkat return-nya ditentukan oleh tingkat suku bunga.

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan literatur-literatur yang mendasari penelitian serta dari hasil penelitian sebelumnya, maka penulis memiliki hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga pergerakan indeks harga saham di masing-masing negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika disebabkan oleh pergerakkan harga minyak dunia.

2. Diduga pergerakan harga minyak dunia berpengaruh terhadap indeks harga saham di masing-masing negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika. Kenaikan harga minyak akan meningkatkan indeks harga saham di negara eksportir minyak. Sedangkan di negara importir minyak, kenaikan harga minyak akan menurunkan indeks harga saham. 3. Diduga variabel makroekonomi seperti nilai tukar, inflasi, dan suku bunga

ikut memberi kontribusi dalam fluktuasi indeks harga saham di masing-masing negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan Amerika.


(1)

Lampiran 15 Hasil Analisis VECM, IRF, dan FEVD Thailand

Vector Error Correction Model

Vector Error Correction Estimates Date: 07/03/11 Time: 22:30

Sample (adjusted): 2000M05 2009M12 Included observations: 116 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq: CointEq1 CointEq2

LNSP(-1) 1.000000 0.000000

I(-1) 0.000000 1.000000

LNINF(-1) 459.9940 1627.279

(1218.48) (4535.43)

[ 0.37751] [ 0.35879]

LNER(-1) 2697.136 10024.04

(464.142) (1727.63)

[ 5.81102] [ 5.80219]

LNOIL(-1) 393.2815 1462.709

(115.255) (429.004)

[ 3.41226] [ 3.40955]

@TREND(00M01) 0.920677 3.618486

(2.21469) (8.24353)

[ 0.41571] [ 0.43895]

C -13554.82 -49993.75

Error Correction: D(LNSP) D(I) D(LNINF) D(LNER) D(LNOIL)

CointEq1 -0.171650 0.360097 -0.002057 0.023680 -0.043133

(0.04111) (0.08142) (0.00293) (0.00838) (0.04425)

[-4.17562] [ 4.42250] [-0.70094] [ 2.82576] [-0.97469]

CointEq2 0.046169 -0.096684 0.000553 -0.006381 0.011532

(0.01105) (0.02188) (0.00079) (0.00225) (0.01189)

[ 4.17872] [-4.41800] [ 0.70165] [-2.83306] [ 0.96959]

D(LNSP(-1)) -0.028617 -0.531424 0.027259 -0.035113 0.447435

(0.11225) (0.22233) (0.00801) (0.02288) (0.12084)

[-0.25495] [-2.39025] [ 3.40149] [-1.53454] [ 3.70286]

D(LNSP(-2)) 0.281719 -0.102273 0.007964 -0.016796 0.208210

(0.12112) (0.23990) (0.00865) (0.02469) (0.13039)

[ 2.32599] [-0.42631] [ 0.92102] [-0.68027] [ 1.59688]

D(LNSP(-3)) 0.301486 0.598383 -0.008108 -0.040918 0.168480

(0.11666) (0.23107) (0.00833) (0.02378) (0.12558)

[ 2.58438] [ 2.58965] [-0.97348] [-1.72064] [ 1.34157]


(2)

(0.04612) (0.09136) (0.00329) (0.00940) (0.04965)

[ 1.03400] [-1.11840] [-0.52729] [ 0.94581] [ 0.00231]

D(I(-2)) -0.030172 -0.083431 0.001334 -0.006457 0.043498

(0.04332) (0.08580) (0.00309) (0.00883) (0.04663)

[-0.69650] [-0.97233] [ 0.43132] [-0.73115] [ 0.93275]

D(I(-3)) -0.051916 0.092253 0.002691 0.006346 0.013776

(0.03974) (0.07872) (0.00284) (0.00810) (0.04278)

[-1.30630] [ 1.17191] [ 0.94824] [ 0.78336] [ 0.32198]

D(LNINF(-1)) 1.940199 -7.890675 0.256922 -0.218833 3.913653

(1.54880) (3.06777) (0.11058) (0.31573) (1.66731)

[ 1.25271] [-2.57212] [ 2.32349] [-0.69311] [ 2.34728]

D(LNINF(-2)) 4.871450 -2.455438 0.096334 0.143240 4.285334

(1.61559) (3.20006) (0.11534) (0.32934) (1.73922)

[ 3.01528] [-0.76731] [ 0.83518] [ 0.43493] [ 2.46395]

D(LNINF(-3)) 2.898917 -5.144002 -0.240312 -0.193354 0.744004

(1.67719) (3.32207) (0.11974) (0.34190) (1.80553)

[ 1.72844] [-1.54843] [-2.00691] [-0.56553] [ 0.41207]

D(LNER(-1)) 0.418299 -4.233704 0.140088 0.091281 1.486526

(0.54481) (1.07912) (0.03890) (0.11106) (0.58649)

[ 0.76779] [-3.92330] [ 3.60160] [ 0.82190] [ 2.53459]

D(LNER(-2)) 0.626758 0.544558 -0.057687 0.053438 0.065396

(0.64347) (1.27454) (0.04594) (0.13117) (0.69271)

[ 0.97403] [ 0.42726] [-1.25570] [ 0.40739] [ 0.09441]

D(LNER(-3)) 0.593671 0.461449 -0.071497 -0.072567 0.422966

(0.57727) (1.14342) (0.04121) (0.11768) (0.62144)

[ 1.02841] [ 0.40357] [-1.73478] [-0.61665] [ 0.68062]

D(LNOIL(-1)) -0.165629 0.345600 0.017382 0.024028 0.044356

(0.09761) (0.19334) (0.00697) (0.01990) (0.10508)

[-1.69684] [ 1.78751] [ 2.49423] [ 1.20754] [ 0.42212]

D(LNOIL(-2)) -0.154790 0.275204 -0.002242 0.008839 -0.047764

(0.09763) (0.19337) (0.00697) (0.01990) (0.10510)

[-1.58551] [ 1.42317] [-0.32172] [ 0.44415] [-0.45447]

D(LNOIL(-3)) 0.042527 0.244958 0.007792 -0.060375 -0.029780

(0.09446) (0.18711) (0.00674) (0.01926) (0.10169)

[ 0.45019] [ 1.30918] [ 1.15531] [-3.13528] [-0.29284]

C -0.021682 0.050230 0.001270 0.003025 -0.008450

(0.01155) (0.02287) (0.00082) (0.00235) (0.01243)

[-1.87805] [ 2.19651] [ 1.54026] [ 1.28549] [-0.67987]

DUMMY 0.035158 -0.149097 0.001073 -0.010864 -0.006265

(0.02329) (0.04613) (0.00166) (0.00475) (0.02507)

[ 1.50971] [-3.23233] [ 0.64544] [-2.28851] [-0.24992]

R-squared 0.339981 0.597014 0.375430 0.336040 0.390777

Adj. R-squared 0.217504 0.522233 0.259530 0.212831 0.277726

Sum sq. resids 0.534172 2.095736 0.002723 0.022198 0.619050


(3)

F-statistic 2.775865 7.983513 3.239268 2.727402 3.456628

Log likelihood 147.4795 68.19688 453.6653 331.9608 138.9263

Akaike AIC -2.215164 -0.848222 -7.494229 -5.395876 -2.067695

Schwarz SC -1.764145 -0.397203 -7.043210 -4.944857 -1.616676

Mean dependent 0.005449 -0.008448 0.002084 -0.001138 0.009165

S.D. dependent 0.083891 0.212654 0.006157 0.017051 0.094000

Determinant resid covariance (dof adj.) 2.54E-15

Determinant resid covariance 1.04E-15

Log likelihood 1177.969

Akaike information criterion -18.46498


(4)

Impulse Response Function

Period

1 0.000000

2 -0.009942

3 -0.015348

4 -0.004124

5 -0.005844

6 -0.005268

7 -0.006174

8 -0.005196

9 -0.001880

10 -0.001117

11 3.55E-05

12 0.000906

13 0.000816

14 0.000362

15 -0.000400

16 -0.001092

17 -0.001629

18 -0.002006

19 -0.002163

20 -0.002200

21 -0.002143

22 -0.002022

23 -0.001888

24 -0.001744

25 -0.001602

26 -0.001474

27 -0.001370

28 -0.001295

29 -0.001252

30 -0.001240

31 -0.001254

32 -0.001286

33 -0.001327

34 -0.001369

35 -0.001408

36 -0.001438

37 -0.001458

38 -0.001469

39 -0.001471

40 -0.001466

41 -0.001457

42 -0.001446

43 -0.001435

44 -0.001424

45 -0.001416

46 -0.001410

47 -0.001406

48 -0.001405


(5)

Forecast Error Variance Decomposition

Period S.E. LNSP I LNINF LNER LNOIL

1 0.074209 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.094565 95.72873 0.793808 2.013158 0.358937 1.105371

3 0.112791 93.78542 0.721711 2.426374 0.437834 2.628658

4 0.129211 92.84483 0.579921 3.082257 1.388071 2.104918

5 0.142802 88.25094 0.723644 6.793316 2.341296 1.890807

6 0.154088 83.48856 0.751983 11.75195 2.266637 1.740870

7 0.165139 76.88366 0.659714 18.59907 2.202094 1.655461

8 0.177465 68.87811 0.572505 26.96837 2.061801 1.519217

9 0.190086 61.19546 0.500318 35.11033 1.859929 1.333962

10 0.202118 54.69148 0.454171 41.93916 1.732260 1.182927

11 0.212944 49.66124 0.416075 47.12230 1.734680 1.065710

12 0.222242 45.90648 0.383318 50.84683 1.883309 0.980062

13 0.229968 43.19801 0.358017 53.36421 2.163182 0.916575

14 0.236471 41.27782 0.340749 54.95546 2.558885 0.867088

15 0.242159 39.90916 0.332514 55.91077 3.020453 0.827104

16 0.247312 38.95448 0.331700 56.43434 3.484538 0.794945

17 0.252182 38.29683 0.335412 56.67586 3.923190 0.768713

18 0.256934 37.83439 0.342469 56.75891 4.317596 0.746634

19 0.261643 37.49028 0.350971 56.77503 4.656883 0.726835

20 0.266352 37.19943 0.359143 56.78842 4.944814 0.708189

21 0.271084 36.91438 0.366333 56.84201 5.187347 0.689929

22 0.275843 36.60441 0.371979 56.96164 5.390271 0.671705

23 0.280621 36.25473 0.375695 57.15531 5.560711 0.653552

24 0.285408 35.86409 0.377556 57.41675 5.706054 0.635547

25 0.290187 35.43962 0.377886 57.73163 5.833031 0.617835

26 0.294934 34.99427 0.377081 58.08037 5.947675 0.600605

27 0.299628 34.54291 0.375578 58.44215 6.055340 0.584026

28 0.304249 34.09919 0.373800 58.79874 6.160040 0.568232

29 0.308783 33.67423 0.372070 59.13615 6.264237 0.553311

30 0.313223 33.27570 0.370601 59.44529 6.369108 0.539304

31 0.317568 32.90772 0.369523 59.72187 6.474683 0.526208

32 0.321822 32.57138 0.368878 59.96560 6.580161 0.513984

33 0.325993 32.26539 0.368641 60.17905 6.684344 0.502570

34 0.330092 31.98686 0.368745 60.36655 6.785964 0.491887

35 0.334128 31.73193 0.369105 60.53322 6.883897 0.481849

36 0.338111 31.49645 0.369627 60.68424 6.977317 0.472374

37 0.342046 31.27641 0.370224 60.82424 7.065740 0.463383

38 0.345941 31.06830 0.370825 60.95705 7.149009 0.454809

39 0.349799 30.86928 0.371377 61.08551 7.227235 0.446600

40 0.353622 30.67726 0.371847 61.21144 7.300735 0.438715

41 0.357412 30.49088 0.372222 61.33583 7.369951 0.431124

42 0.361168 30.30939 0.372501 61.45892 7.435390 0.423807

43 0.364891 30.13253 0.372695 61.58046 7.497563 0.416750

44 0.368579 29.96038 0.372822 61.69991 7.556948 0.409944

45 0.372233 29.79317 0.372901 61.81659 7.613955 0.403383

46 0.375851 29.63122 0.372954 61.92986 7.668912 0.397060

47 0.379434 29.47479 0.372996 62.03918 7.722064 0.390970

48 0.382982 29.32407 0.373040 62.14421 7.773578 0.385105


(6)