Analisis Impulse Response Function

Penggunaan model VAR first difference dilakukan pada negara Jepang karena variabel-variabel yang digunakan untuk menguji pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham ternyata tidak memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang kointegrasi. Tabel 13 menunjukan bahwa variabel indeks harga saham dengan koefisien sebesar 0,96 dan inflasi dengan koefisien sebesar -2,26 mempengaruhi pergerakan indeks Nikkei di Jepang pada taraf nyata 5 persen. Artinya, jika terjadi inflasi di Jepang maka akan menurunkan indeks Nikkei. Dari hasil estimasi model VECM dan VAR first difference, dan terfokus pada pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham, terlihat bahwa pergerakan beberapa indeks harga saham ternyata tidak dipengaruhi oleh harga minyak dunia, beberapa diantaranya adalah indeks KLSE di Malaysia, indeks BSE di India, indeks FTSE di Inggris, indeks CAC di Perancis, indeks Mexican Bolsa di Meksiko, indeks DAX di Jerman, indeks Bovespa di Brasil, indeks GSPT di Kanada, indeks SP 500 di Amerika Serikat, indeks SMI di Swiss, dan indeks Nikkei di Jepang. Hasil estimasi model VECM dan VAR first difference seringkali tidak memuaskan jika dilihat dari uji t. Selain itu, secara individual koefisien dalam kedua model sulit diinterpretasikan. Analisis penting yang dapat dihasilkan dari model VECM dan VAR first difference adalah impulse response function dan forecast error variance decomposition .

4.2. Analisis Impulse Response Function

Pada bagian ini akan diuraikan hasil mengenai bagaimana pengaruh pergerakan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di masing-masing negara eksportir dan importir minyak. Analisis impulse response function berfungsi untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan shock variabel tertentu. Impulse response function juga digunakan untuk melihat berapa lama pengaruh tersebut terjadi. Hasil simulasi impulse response function pada masing-masing negara disajikan pada sub-bab berikut. 4.2.1. Respon Indeks Harga Saham di Negara Eksportir Minyak terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia Dalam analisis impulse response function ini akan dilihat bagaimana respon indeks harga saham di negara-negara eksportir minyak terhadap guncangan harga minyak dunia. Hasil simulasi tersebut disajikan pada Gambar 69 berikut: Gambar 69 Respon Indeks Harga Saham di Negara Eksportir Minyak terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia Berdasarkan Gambar 69 terlihat bahwa indeks GSPT merespon positif guncangan harga minyak dunia. Sebagai negara eksportir minyak, perekonomian Kanada tentu dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia. Stabilnya produksi minyak Kanada membuat perekonomian negara ini tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan harga minyak dunia, begitu juga dengan pergerakan indeks GSPT. Produksi minyak mentah dari Kanada tercatat 4,1 persen dari total produksi minyak mentah dunia pada tahun 2009 data British Petroleum. Jika terjadi kenaikan harga minyak dunia maka akan direspon positif oleh indeks GSPT hingga periode bulan ke-5 sebesar 0,15 persen. Setelah itu, indeks GSPT sempat merespon negatif hingga nilai 0,28 persen pada bulan ke-9. Perubahan indeks GSPT mulai stabil pada kisaran 0,3 – 0,4 persen di bulan ke-20, artinya pengaruh perubahan harga minyak dunia sudah tidak terlalu mempengaruhi pergerakan indeks GSPT. Respon berbeda diperlihatkan oleh indeks KLSE di Malaysia setelah terjadinya guncangan harga minyak dunia. Walaupun Malaysia adalah negara eksportir minyak namun perubahan produksi minyak negara ini tidak berarti mampu mempengaruhi pergerakan harga minyak dunia, khususnya jenis minyak light sweet . Hal ini karena pangsa pasar minyak mentah dari Malaysia tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan pangsa pasar negara-negara eksportir minyak lainnya. Berdasarkan data produksi minyak mentah yang dikeluarkan oleh British Petroleum , produksi minyak mentah dari Malaysia hanya 0,9 persen dari total produksi minyak mentah dunia sehingga adanya guncangan harga minyak dunia diperkirakan akan menurunkan indeks KLSE melalui terjadinya inflasi. Guncangan harga minyak dunia direspon negatif oleh indeks KLSE dari awal periode guncangan hingga akhir periode simulasi. Berdasarkan uji IRF, guncangan negatif terbesar terjadi pada bulan ke-9 yakni sebesar 2,8 persen. Kemudian respon indeks KLSE bergerak dalam kisaran 1,4 – 1,9 persen mulai bulan ke-16 hingga akhir periode simulasi. Berikutnya adalah respon indeks Mexican Bolsa di Meksiko terhadap guncangan harga minyak dunia. Meksiko merupakan salah satu negara eksportir minyak di dunia yang memiliki total produksi minyak mentah sebesar 3,9 persen dari total produksi minyak mentah dunia data British Petroleum. Sehingga terjadinya kenaikan harga minyak dunia tentu akan memberi pengaruh positif pada perekonomian negara ini, khususnya indeks harga saham Mexican Bolsa. Pada awal periode simulasi, indeks Mexican Bolsa sudah merespon positif sebesar 0,2 persen hingga mencapai 0,6 persen pada bulan ke-4. Selanjutnya, respon indeks Mexican Bolsa bergerak stabil pada kisaran tersebut hingga akhir periode simulasi, artinya pengaruh perubahan harga minyak dunia sudah tidak terlalu mempengaruhi pergerakan indeks Mexican Bolsa. Dari hasil uji IRF di atas terlihat bahwa negara eksportir minyak dengan tingkat produksi minyak mentah cukup besar seperti Kanada dan Meksiko akan merespon positif guncangan harga minyak karena memperoleh manfaat dari kenaikan harga minyak mentah dunia dan mampu meredam tekanan inflasi akibat kenaikan harga tersebut. Kenaikan dua indeks harga saham negara eksportir minyak lainnya yakni GSPT dan Mexican Bolsa membuktikan bahwa indeks harga saham negara eksportir minyak akan merespon positif kenaikan harga minyak dunia sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yakni Bjornland 2008. Walaupun salah satu indeks harga saham yakni indeks KLSE di Malaysia merespon negatif kenaikan harga minyak mentah dunia. 4.2.2. Respon Indeks Harga Saham di Negara Importir Minyak terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia Dalam analisis impulse response function ini akan dilihat bagaimana respon indeks harga saham di negara-negara importir minyak terhadap guncangan harga minyak dunia. Hasil simulasi tersebut disajikan pada Gambar 70 berikut: Gambar 70 Respon Indeks Harga Saham di Negara Importir Minyak terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan penurunan indeks Bovespa Brasil sebesar 0,1 persen pada bulan ke-3. Indeks Bovespa akan bergerak hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,1 - 1 persen dan mencapai titik terendah sebesar 1,06 persen. Dalam jangka panjang guncangan harga minyak mentah dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan penurunan indeks Bovespa sebesar 0,6 persen. Efek guncangan ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-37 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-37. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi juga akan menyebabkan penurunan indeks BSE India sebesar 0,3 persen pada bulan ke-2. Indeks BSE akan bergerak hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,3 – 0,6 persen dan mencapai titik terendah sebesar 0,68 persen. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-13 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-13. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi juga akan menyebabkan penurunan indeks JKSE Indonesia walaupun pada awal periode simulasi yakni bulan ke-2 dan bulan ke-3, indeks JKSE merespon positif guncangan harga dunia. Indeks JKSE bergerak fluktuatif dalam area negatif hingga akhir periode simulasi pada kisaran 1 – 6 persen dan mencapai titik terendah sebesar 6,1 persen. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-25 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-25. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan kenaikan indeks FTSE Inggris namun respon yang ditunjukan indeks FTSE tidak terlalu besar dan bergerak pada area positif. Indeks FTSE bergerak hingga akhir periode simulasi hanya pada kisaran 0,08 – 0,2 persen dan mencapai titik tertinggi sebesar 0,24 persen. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-10 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-10. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan penurunan indeks Nikkei Jepang sebesar 0,01 persen pada bulan ke-2 dan serupa dengan indeks FTSE, respon indeks Nikkei tidak terlalu besar serta berada di area negatif. Indeks Nikkei akan bergerak hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,01 – 0,1 persen dan mencapai titik terendah sebesar 0,14 persen. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-22 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-22. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan kenaikan indeks DAX Jerman sebesar 0,8 persen pada bulan ke-2. Indeks DAX akan bergerak hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,8 – 1,7 persen dan mencapai titik tertinggi sebesar 1,7 persen pada bulan ke-3. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke- 31 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-31. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan penurunan indeks KOSPI Korea sebesar 0,6 persen pada bulan ke- 2. Indeks KOSPI bergerak fluktuatif dalam area negatif hingga akhir periode simulasi pada kisaran 1 – 2,5 persen dan mencapai titik terendah sebesar 2,4 persen pada bulan ke-6. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-25 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-25. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi juga akan menyebabkan penurunan indeks CAC Perancis sebesar 0,2 persen pada bulan ke-2. Indeks CAC bergerak dalam area negatif hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,2 – 1,4 persen dan mencapai titik terendah sebesar 1,39 persen. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke- 28 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-28. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan kenaikan indeks STI Singapura sebesar 0,3 persen pada bulan ke- 2 namun pada bulan ke-5, indeks STI justru merespon negatif sebesar 1,1 persen. Indeks STI bergerak fluktuatif dalam area negatif hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,1 – 3 persen dan mencapai titik terendah sebesar 3,1 persen pada bulan ke-9. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-28 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-28. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan kenaikan indeks SMI Swiss sebesar 0,5 persen pada bulan ke-2. Indeks SMI akan bergerak hingga akhir periode simulasi di area positif pada kisaran 0,5 – 1,6 persen dan mencapai titik tertinggi sebesar 1,6 persen pada bulan ke-5. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-27 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-27. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan penurunan indeks SET Thailand sebesar 0,9 persen pada bulan ke- 2 dan bergerak negatif hingga bulan ke-10. Indeks SET kembali bergerak dalam area negatif pada bulan ke- 15 hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,1 – 0,2 persen dan mencapai titik terendah sebesar 0,22 persen pada bulan ke-20. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke- 35 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-35. Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan kenaikan indeks SP 500 Amerika Serikat sebesar 0,4 persen pada bulan ke-2. Setelah bulan ke-6, indeks SP 500 bergerak dalam area negatif hingga akhir periode simulasi pada kisaran 0,3 – 1 persen dan mencapai titik terendah sebesar 1,04 persen pada bulan ke-39. Efek guncangan harga minyak mentah dunia ini mulai tidak terlihat lagi pada bulan ke-39 atau dengan kata lain keseimbangan jangka panjang dicapai pada bulan ke-39. Walaupun ada beberapa indeks harga saham yang justru merespon positif kenaikan harga minyak dunia yakni indeks di Jerman dan Swiss, hasil IRF di atas cukup konsisten dengan literatur sebelumnya yakni literatur Basher dan Sadorsky 2006 yang menyatakan bahwa indeks harga saham di negara importir minyak akan merespon negatif guncangan harga minyak dunia. Jika melihat data konsumsi minyak mentah dua negara ini, Jerman merupakan negara importir dengan total konsumsi minyak mentah sebesar 2,9 persen dari total konsumsi minyak mentah dunia. Namun ketika harga minyak mentah mencapai puncak pada tahun 2008 hingga 2009, total konsumsi minyak mentah Jerman turun sebesar 4 persen, hal inilah yang diperkirakan menjadi salah satu alasan mengapa indeks DAX di Jerman mampu merespon positif kenaikan harga minyak dunia. Sedangkan untuk Swiss, walaupun konsumsi minyak mentah Swiss naik sebesar 1,9 persen pada tahun 2008 – 2009, namun Swiss hanya memiliki share 0,3 persen dari total konsumsi minyak mentah dunia. Sehingga kenaikan harga minyak dunia tidak direspon negatif oleh indeks SMI.

4.3. Analisis Forecasting Error Variance Decomposition