Tinjauan Penelitian Empiris TINJAUAN PUSTAKA

saham tinggi karena perusahaan memperoleh dana yang lebih besar dari penerbitan saham baru tersebut. Ketika harga saham tinggi maka pengeluaran investasi akan meningkat karena biaya modal yang rendah. Kebijakan moneter ekspansif meningkatkan harga saham, menurunkan biaya modal dan menyebabkan investasi dan output meningkat.

2.4. Tinjauan Penelitian Empiris

Gejolak harga minyak dunia yang dimulai dari sejak awal tahun 2002 dan pada saat yang sama terjadi bullish pada indeks harga saham global, menimbulkan banyak ketertarikan peneliti untuk menganalisa hubungan antara harga minyak dunia dan pasar keuangan, khususnya pasar saham di negara-negara eksportir maupun importir minyak. Beberapa penelitian di bawah ini fokus pada pengaruh harga minyak dunia terhadap perekonomian salah satu tipe negara, baik negara eksportir minyak dan importir minyak sekaligus negara maju dan berkembang. Beberapa penelitian yang menunjukan pergerakan indeks harga saham di negara eksportir minyak diantaranya ialah penelitian Bjornland 2008 yang dilakukan di salah satu negara eksportir minyak di Eropa yakni Norwegia. Dengan menggunakan metode SVAR, Bjornland 2008 mengungkapkan bahwa kenaikan harga minyak dunia akan menaikkan indeks harga saham. Hal tersebut karena kenaikan harga minyak dunia menstimulasi perekonomian Norwegia sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan dan permintaan aggregat, artinya masyarakat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi akan cenderung menginvestasikan dananya pada instrumen saham. Hasil penelitian Bjornland 2008 serupa dengan hasil penelitian Abdelaziz et al. 2008 yang menggunakan VECM untuk menguji pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham empat negara eksportir minyak di Timur Tengah yakni Arab Saudi, Mesir, Oman, dan Kuwait. Hasil penelitian Abdelaziz menunjukan bahwa harga minyak dunia menjadi penentu pergerakan nilai tukar dan harga saham di empat negara tersebut. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian keempat negara tersebut cukup terpengaruh oleh pergerakan harga minyak dunia karena keempat negara eksportir tersebut adalah produsen minyak mentah terbesar di dunia. Hasil berbeda justru diungkapkan oleh Adebiyi et al. 2009 yang mengestimasi pengaruh harga minyak dunia, nilai tukar, suku bunga, dan indeks produksi industri terhadap indeks harga saham di Nigeria. Dengan menggunakan metode VAR, hasil penelitian menunjukan bahwa harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham, yang artinya bahwa naiknya harga minyak dunia akan menurunkan indeks harga saham di Nigeria. Hasil tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena Nigeria merupakan negara pengekspor minyak mentah sekaligus negara anggota Organization of Petroleum Exporting Countries OPEC, dimana kenaikan harga minyak dunia seharusnya meningkatkan indeks harga saham di Nigeria. Perbedaan penelitian Adebiyi et al. 2009 dengan dua penelitian sebelumnya yakni Bjornland 2008 dan Abdelaziz et al. 2008 adalah penelitian Adebiyi et al. 2009 membandingkan shocks harga minyak dunia dan shocks suku bunga terhadap pasar saham untuk menentukan variabel mana yang lebih berperan menggerakkan indeks harga saham di Nigeria. Hasilnya adalah shocks suku bunga memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada shocks harga minyak dunia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan moneter di Nigeria secara sistematis mengantisipasi inflasi yang ditimbulkan oleh kenaikan harga minyak dunia dengan peningkatan suku bunga, yang pada akhirnya akan menurunkan indeks harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap indeks harga saham negara importir minyak yakni penelitian Masih et al. 2010 yang menjelaskan dampak perubahan harga minyak dunia dan volatilitas harga minyak dunia terhadap indeks harga saham, produksi industri, dan suku bunga di Korea Selatan, yang merupakan importir minyak. Hasil penelitian menunjukan bahwa pergerakan harga minyak dunia mempengaruhi pasar saham. Adanya shock harga minyak dunia dan volatilitas harga minyak dunia membuat harga saham turun secara perlahan dalam kurun waktu 9 bulan. Dalam kurun waktu tersebut suku bunga juga mempengaruhi pergerakan harga saham. Artinya, instrumen suku bunga digunakan oleh pemegang kebijakan ekonomi di Korea Selatan untuk mengantisipasi inflasi yang ditimbulkan oleh pergerakan harga minyak dunia. Sementara itu, penelitian tentang pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di negara-negara maju dilakukan oleh Apergis dan Miller 2008 yang menguji pengaruh pasar minyak dunia terhadap pasar saham di delapan negara yakni Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris dengan menggunakan VECM. Penelitian Apergis dan Miller 2008 ini tidak spesifik melihat pengaruh shock harga minyak dunia namun lebih pada pengaruh shock suplai minyak dunia terhadap indeks harga saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar saham di delapan negara tersebut tidak terlalu merespon perubahan suplai minyak dunia. Jika dikaitkan dengan penelitian Basher et al. 2010 yang menjelaskan bahwa konsumsi minyak mentah negara- negara maju cenderung stabil dan bahkan turun, maka penelitian ini membuktikan hal tersebut dimana indeks harga saham negara-negara maju tidak terlalu reaktif dengan apa yang terjadi di pasar minyak dunia karena negara-negara tersebut memiliki tingkat konsumsi minyak yang stabil dan bahkan di beberapa negara konsumsi minyaknya cenderung menurun. Sedangkan penelitian Kilian dan Park 2007 tentang pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham, khususnya di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa pernyataan “kenaikan harga minyak dunia akan menurunkan harga saham” sebenarnya tidak mutlak terjadi. Kilian dan Park 2007 mengungkapkan bahwa pernyataan tersebut hanya berlaku bagi negara-negara yang memiliki jumlah permintaan atas minyak dunia yang relatif tinggi karena negara-negara tersebut mengantisipasi berkurangnya suplai minyak dunia dari eksportir minyak di masa datang. Hasil dari penelitian Kilian dan Park 2007 tersebut diperoleh setelah keduanya menganalisis shock suplai minyak dan shock permintaan minyak. Hasilnya diperoleh bahwa suplai minyak tidak signifikan mempengaruhi harga dan lebih jauh lagi tidak mempengaruhi indeks harga saham. Sehingga bisa dikatakan bahwa respon indeks harga saham tergantung pada faktor yang menyebabkan pergerakan harga minyak dunia, apakah karena suplai minyak atau permintaan minyak. Hasil berbeda diungkapkan oleh Maghreyeh 2004. Penelitian pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di negara-negara berkembang dilakukan oleh Maghreyeh 2004. Dengan menggunakan metode VAR, Maghreyeh 2004 mengungkapkan bahwa harga minyak dunia tidak terlalu dominan mempengaruhi indeks harga saham di negara-negara berkembang. Selain itu, hasil impulse response menunjukan bahwa gejolak pasar minyak dunia yang ditunjukan oleh harga minyak dunia tidak terlalu direspon oleh indeks harga saham. Hasil ini menunjukan bahwa pergerakan harga minyak dunia tidak selalu berarti pergerakan indeks harga saham. Selain itu, hasil penelitian Maghreyeh 2004 ini juga membuktikan bahwa arus modal di pasar saham negara-negara berkembang tidak berjalan efektif karena pengaruh spekulasi dari beberapa investor. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka penelitian ini memiliki perbedaan. Pertama, terkait dengan indeks harga saham di negara eksportir dan importir minyak. Beberapa penelitian sebelumnya lebih fokus pada salah satu tipe negara saja, yakni apakah negara tersebut eksportir atau importir minyak. Pada penelitian ini, hasil analisis akan disajikan berdasarkan apakah negara tersebut adalah eksportir minyak atau importir minyak. Sekaligus, penelitian ini juga menyajikan hasil berdasarkan pada tingkat perekonomian masing-masing negara sehingga diperoleh perbandingan pengaruh harga minyak dunia terhadap indeks harga saham di negara maju dan indeks harga saham di negara berkembang. Penelitian ini juga akan menggunakan variabel dummy yakni krisis subprime mortgage. Hal ini dikarenakan periode penelitian ini mencakup periode krisis dan sebelum krisis subprime mortgage terjadi. Selain itu, penggunaan variabel dummy ini diharapkan dapat menunjukan seberapa besar pengaruh krisis subprime mortgage terhadap pergerakan indeks harga saham.

2.5. Kerangka Pemikiran