Fluktuasi harga di pasar saham, yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter, memiliki pengaruh penting terhadap ekonomi. Mekanisme transmisi yang
melibatkan pasar saham terdiri dari tiga jenis yakni pengaruh pasar saham terhadap investasi, pengaruh neraca perusahaan, pengaruh kesejahteraan rumah
tangga, dan pengaruh likuiditas rumah tangga. Khusus untuk pengaruh pasar saham terhadap investasi. Teori Tobin’s q
menjelaskan mekanisme penting tentang bagaimana pergerakan harga saham dapat mempengaruhi perekonomian. Tobin’s q dapat diartikan sebagai nilai pasar
perusahaan dibagi dengan biaya penggantian modal. Jika q tinggi, harga pasar perusahaan relatif tinggi terhadap biaya penggantian modal, dan pabrik baru serta
peralatan relatif murah terhadap nilai pasar perusahaan. Perusahaan dapat menerbitkan saham dan menperoleh harga saham yang tinggi terhadap biaya
fasilitas dan peralatan mereka beli. Pengeluaran untuk investasi akan meningkat karena perusahaan dapat membeli banyak instrumen investasi hanya dengan
menerbitkan sedikit saham. Hal yang terpenting dari model Tobin’s q adalah adanya hubungan antara
harga saham dan pengeluaran investasi. Kemudian bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi harga saham. Kebijakan moneter ekspansif dimana suku bunga
diturunkan akan membuat obligasi tidak menarik dibandingkan saham dan meningkatkan permintaan terhadap saham yang harganya akan meningkat.
Dengan mengkombinasikan hal tersebut dengan pengeluaran investasi, maka harga saham yang tinggi akan meningkatkan pengeluaran investasi. Mekanisme
transmisinya dapat dilihat dalam skema berikut ini peningkatan jumlah uang beredar menunjukan kebijakan moneter ekspansif. Jika penetapan harga saham
menggunakan model dividend discount, maka kebijakan moneter akan mempengaruhi harga saham melalui suku bunga karena investasi di saham lebih
menguntungkan dibandingkan di obligasi Hildebrand 2006. Kemudian jumlah saham yang dimiliki meningkat dan mengindikasikan pengeluaran investasi
meningkat. Dengan demikian akan terjadi peningkatan pada permintaan aggregat yang akan meningkatkan output.
Investasi perusahaan tidak hanya melalui obligasi tetapi dapat pula melalui penerbitan saham baru. Biaya modal perusahaan akan relatif turun ketika harga
saham tinggi karena perusahaan memperoleh dana yang lebih besar dari penerbitan saham baru tersebut. Ketika harga saham tinggi maka pengeluaran
investasi akan meningkat karena biaya modal yang rendah. Kebijakan moneter ekspansif meningkatkan harga saham, menurunkan biaya modal dan
menyebabkan investasi dan output meningkat.
2.4. Tinjauan Penelitian Empiris
Gejolak harga minyak dunia yang dimulai dari sejak awal tahun 2002 dan pada saat yang sama terjadi bullish pada indeks harga saham global, menimbulkan
banyak ketertarikan peneliti untuk menganalisa hubungan antara harga minyak dunia dan pasar keuangan, khususnya pasar saham di negara-negara eksportir
maupun importir minyak. Beberapa penelitian di bawah ini fokus pada pengaruh
harga minyak dunia terhadap perekonomian salah satu tipe negara, baik negara eksportir minyak dan importir minyak sekaligus negara maju dan berkembang.
Beberapa penelitian yang menunjukan pergerakan indeks harga saham di negara eksportir minyak diantaranya ialah penelitian Bjornland 2008 yang
dilakukan di salah satu negara eksportir minyak di Eropa yakni Norwegia. Dengan menggunakan metode SVAR, Bjornland 2008 mengungkapkan bahwa kenaikan
harga minyak dunia akan menaikkan indeks harga saham. Hal tersebut karena kenaikan harga minyak dunia menstimulasi perekonomian Norwegia sehingga
terjadi peningkatan kesejahteraan dan permintaan aggregat, artinya masyarakat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi akan cenderung
menginvestasikan dananya pada instrumen saham. Hasil penelitian Bjornland 2008 serupa dengan hasil penelitian Abdelaziz
et al. 2008 yang menggunakan VECM untuk menguji pengaruh harga minyak
dunia terhadap indeks harga saham empat negara eksportir minyak di Timur Tengah yakni Arab Saudi, Mesir, Oman, dan Kuwait. Hasil penelitian Abdelaziz
menunjukan bahwa harga minyak dunia menjadi penentu pergerakan nilai tukar dan harga saham di empat negara tersebut. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
kondisi perekonomian keempat negara tersebut cukup terpengaruh oleh pergerakan harga minyak dunia karena keempat negara eksportir tersebut adalah
produsen minyak mentah terbesar di dunia.
Hasil berbeda justru diungkapkan oleh Adebiyi et al. 2009 yang mengestimasi pengaruh harga minyak dunia, nilai tukar, suku bunga, dan indeks
produksi industri terhadap indeks harga saham di Nigeria. Dengan menggunakan metode VAR, hasil penelitian menunjukan bahwa harga minyak dunia
berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham, yang artinya bahwa naiknya harga minyak dunia akan menurunkan indeks harga saham di Nigeria. Hasil
tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena Nigeria merupakan negara pengekspor minyak mentah sekaligus negara anggota Organization of
Petroleum Exporting Countries OPEC, dimana kenaikan harga minyak dunia
seharusnya meningkatkan indeks harga saham di Nigeria. Perbedaan penelitian Adebiyi et al. 2009 dengan dua penelitian sebelumnya yakni Bjornland 2008
dan Abdelaziz et al. 2008 adalah penelitian Adebiyi et al. 2009 membandingkan shocks harga minyak dunia dan shocks suku bunga terhadap
pasar saham untuk menentukan variabel mana yang lebih berperan menggerakkan indeks harga saham di Nigeria. Hasilnya adalah shocks suku bunga memiliki
pengaruh yang lebih besar dari pada shocks harga minyak dunia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan moneter di Nigeria secara sistematis
mengantisipasi inflasi yang ditimbulkan oleh kenaikan harga minyak dunia dengan peningkatan suku bunga, yang pada akhirnya akan menurunkan indeks
harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap indeks harga saham negara
importir minyak yakni penelitian Masih et al. 2010 yang menjelaskan dampak perubahan harga minyak dunia dan volatilitas harga minyak dunia terhadap indeks
harga saham, produksi industri, dan suku bunga di Korea Selatan, yang merupakan importir minyak. Hasil penelitian menunjukan bahwa pergerakan
harga minyak dunia mempengaruhi pasar saham. Adanya shock harga minyak dunia dan volatilitas harga minyak dunia membuat harga saham turun secara
perlahan dalam kurun waktu 9 bulan. Dalam kurun waktu tersebut suku bunga juga mempengaruhi pergerakan harga saham. Artinya, instrumen suku bunga
digunakan oleh pemegang kebijakan ekonomi di Korea Selatan untuk mengantisipasi inflasi yang ditimbulkan oleh pergerakan harga minyak dunia.